кαנιαи ιℓмιαн
🇦 🇳 🇳 🇦 🇧 🇦
DOA SEBELUM MAKAN DAN MINUM.
Oleh Ustadz Berik Said hafidzhahullah
Doa sebelum makan/minun yang terkenal tetapi lemah. Yang sangat dikenal adalah dengan doa berikut:
اللَّهُمَّ بارِكْ لَنا فِيما رَزَقْتَنا وَقِنا عَذَابَ النَّارِ باسم اللَّهِ
“Ya Allah berkahilah rizki yang telah Engaku berikan kepada kami dan jauhkanlah kami dari siksa neraka, Bismillah..“
Penjelasan hadits di atas, hadits tersebut selengkapnya sebagai berikut, Abdullah bin ‘Amru radhiallahu ‘anhuma menceritakan:
عنِ النَّبيِّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ أنَّهُ كانَ يقولُ في الطَّعامِ إذا قُرِّبَ إليهِ قال اللَّهمَّ بارِك لنا فيما رزقتَنا وقِنا عذابَ النَّارِ بسمِ اللَّهِ "اللَّهمَّ بارِك لنا فيما رزقتَنا وقِنا عذابَ النَّارِ بسمِ اللَّهِ
"Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: bahwa ketika makanan didekatkan kepadanya, beliau biasa mengucapkan "Allahumma barik lana fima razaqtana waqina adzabannar". [HR. Thabrani dalam ad Du'aa 814, Ibnu Suni dalam 'Amalul Yaum wa al Lailah 456]
Dalam mata rantai sanadnya terdapat rawi yang bernama ابن أبي الزعيزعة (Ibnu Abi Az Zu’aiziah). Orang ini telah dikecam dengan pedas oleh sejumlah kritikus hadits handal yang sebagainya kami kutipkan pada sub fasal berikut.
Kritikan Para Kritikus Hadits Atas Ibnu Abi Az Zu'aiziah.
Kata Imam Bukhari rahimahullah sebagaimana dikutip oleh al Hafizh rahimahullah dalam Lisaanul Mizan (VII:136): "منكر الحديث (orang yang munkar haditsnya)". Kata Imam Abi Hatim rahimahullah sebagaimana dikutip oleh adz Dzahabi rahimahullah dalam Mizaanul I'tidal (III:549): "منكر الحديث جدا (teramat munkar haditsnya)". Kata Ibnu Qaisirani rahimahullah dalam Dakhiiratul Huffazh [II:852]: "Munkar". Bahkan Ibnu Hibban rahimahullah dalam al Majruuhiin [II:289] menyebut Ibnu Abi Az Zu'aiziah sebagai “دجال من الدجاجلة كان يروى الموضوعات (seorang dajjal diantara sekian banyak dajjal. Dia terbiasa meriwayatkan hadits-hadits palsu).“ Atas dasar itu maka tak heran bila Syaikh Saalim Al Hilaali hafidzhahullah dalam Kitabnya Shahih al Adzkar wa Dhaifihi [638] mengkategorikan hadits ini sebagai "Dhaif".
Kalau begitu doa apakah yang mesti dibaca saat makan dan minum ?
Aisyah radhiallahu ‘anha menceritakan:
إِذَا أَكَلَ أَحَدكُمْ طَعَامًا فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّه
“Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia ucapkan “Bismillah”. [HR.Turmudzi no.1858, Abu Dawud no.3767, Ibnu Majah no.3264, Daromi no.2020].
Baca Selengkapnya: http://dakwahmanhajsalaf.com/2019/08/doa-sebelum-makan-dan-minum.html
_________________________
кαנιαи ιℓмιαн
🇦 🇳 🇳 🇦 🇧 🇦
Ambillah Aqidahmu Dari Al-Quran Dan As-Sunnah Yang Shahih (Bagian 15)
Orang yang sudah meninggal tidak dapat mendengar doa.
Allah Ta’ala berfirman:
اِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتٰى
“Sungguh, engkau tidak dapat menjadikan orang yang mati dapat mendengar.” (QS. An-Naml: 80)
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَاۤ اَنْتَ بِمُسْمِعٍ مَّنْ فِى الْقُبُوْرِ
“Dan engkau (Muhammad) tidak akan sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar.” (QS. Fatir: 22)
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
Khudz Aqidataka minal kitab wa as-sunnah ash-shahihah oleh Syaikh Muhammad bin Jamiil Zainu rahimahullahu
http://dakwahmanhajsalaf.com/2019/07/ambillah-aqidahmu-dari-al-quran-dan-as-sunnah-yang-shahih-bagian-3.html
_________________________
кαנιαи ιℓмιαн
🇦 🇳 🇳 🇦 🇧 🇦
HUKUM MEMBACA HAMDALAH SETELAH BERSENDAWA DAN MEMBACA TA'AWUDZ SETELAH MENGUAP.
Oleh Ustadz Berik Said hafidzhahullah
Bersendawa maksudnya mengeluarkan suara yang biasanya akibat kekenyangan setelah makan. Tak sedikit orang yang setelah bersendawa ataupun setelah menguap dia mengucap "Alhamdulillah". Apakah ini memang termasuk sunnah ?
Berikut fatwa Syaikh Al 'Utsaimin rahimahullah:
إذا تجشأ الإنسان أو تثاءب فليس له ذكر، خلافاً للعامة، فالعامة إذا تجشئوا يقولون: الحمد لله! والحمد لله على كل حال؛ لكن لم يرد أن التجشؤ سبب للحمد، كذلك إذا تثاءبوا قالوا: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، وهذا لا أصل له، ولم يرد عن النبي عليه الصلاة والسلام أنه كان يفعل ذلك
"Bila seseorang bersendawa atau menguap, maka tidak ada dzikir khusus yang dibaca. Ini tidak seperti yang umumnya dilakukan kaum Muslimin. Dimana mereka umumnya saat bersendawa mengucapkan "Alhamdulillah" atau "Alhamdulillahi 'alaa kulli haal.." tidak ada yang menunjukkan bahwa bersendawa itu adalah sebab (disyariatkannya) memuji Allah. Demikian pula saat menguap, mereka mengucapkan "A'uudzu billahi minasy syaithaanir rajiim", maka ini pun tidak ada sumber hukumnya. Tidak ada riwayat dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang menunjukkan bahwa beliau melakukan hal tersebut". https://www.sahab.net/forums/index.php?app=forums&module=forums&controller=topic&id=145481
Kesimpulan, menganggap bagusnya membaca hamdalah saat bersendawa atau menguap, atau membaca ta'awudz saat menguap adalah bid'ah. Jadi tidak perlu baca apapun saat sendawa atau menguap.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
https://dakwahmanhajsalaf.com/2020/02/hukum-membaca-hamdalah-setelah-bersendawa-dan-membaca-taawudz-setelah-menguap.html
________________________
кαנιαи ιℓмιαн
🇦 🇳 🇳 🇦 🇧 🇦
PERMASALAHAN PENTING TERKAIT SUNNAH DAN BID'AH DALAM MASALAH DZIKIR SETELAH SHALAT.
Ustadz Berik Said hafidzhahullah
1) Bagaimana redaksi ucapan istighfar yang dibaca 3x setelah selesai shalat ? Apakah أستغفر الله saja, ataukah أستغفر الله العظيم ?
Perhatikan hadits berikut. Tsauban radhiallahu ‘anhu menceritakan:
كانَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ، إذَا انْصَرَفَ مِن صَلَاتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلَاثًا وَقالَ: اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ، تَبَارَكْتَ ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ
“Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam selesai dari shalatnya, beliau beristighfar 3x, kemudian membaca: "Allahumma antas salaam wa minkas salaam tabaarakta yaa dzal jalaali wal ikraam”. (Artinya: Ya Allah, Engkau-lah pemberi keselamatan dan dari-Mu keselamatan, Maha Suci Engkau, wahai Tuhan Pemilik Keagungan dan Kemuliaan).
قال الوليدُ: فقلتُ للأوزاعيِّ: كيف الاستغفارُ ؟ قال يقول: أستغفر الله ، أستغفر الله ، أستغفر الله
Al Waalid rahimahullah berkata: "Aku bertanya kepada Al Auz'i rahimahullah: "Bagaimana cara beristighfar ?" Al-Auza’i rahimahullah menjawab: "Caranya membaca ‘Astaghfirullah, ‘Astaghfirullah, ‘Astaghfirullah (Aku memohon ampun kepada Allah, aku memohon ampun kepada Allah, aku memohon ampunan kepada Allah)". [HSR. Muslim no.591, Turmudzi no.300, Abu Dawud no.1512, Darami no.1348]
Hadits di atas menunjukkan bacaan istighfar di awal dzikir tersebut redaksinya adalah أستغفر الله (Astaghfirullah), tanpa adanya tambahan redaksi العظيم (Al ‘Azhiim). Tentu saja penjelasan Al Auza’i rahimahullah orang yang meriwayatkan hadits ini lebih mengerti dibandingkan orang lain. Sampai hari ini ana sendiri belum menemukan tambahan redaksi العظيم setelah أستغفر الله (Astaghfirullah) dalam dzikir istighfar setelah shalat.
Maka yang lebih selamat dalam dzikir sehabis shalat fardhu adalah mencukupkan dengan redaksi أستغفر الله (Astaghfirullah) sebanyak 3x tanpa ada tambahan kata العظيم (Al ‘Azhiim). Sebaik-baik petunjuk tentu adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hal ini sebagaimana juga terdapat dalam Syaikh ‘Azmi hafidzhahullah yang berkata:
زيادة العظيم , لم ترد عن النبي صلى الله عليه وسلم وعلى هذا فإن المسلم يقتصر على قول أستغفر الله فقط ولا يزيد العظيم
"Tambahan ‘Al ‘Azhiim tidak memiliki sumber periwayatan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan demikian, maka semestinya seorang islam mencukupkan dengan ucapan أستغفر الله saja dan tidak perlu menambahkan kata العظيم". http://www.shabakatalsafa.com/vb/showthread.php?t=3550
2) Apakah dzikir awal setelah salam dari shalat fardhu sesudah membaca istighfar 3x dengan redaksi berikut adalah shahih:
اَللّهُمَّ اَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ وَاِلَيْكَ يَعُوْدُ السَّلاَمُ فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلاَمِ وَاَدْخِلْنَا اْلجَنَّةَ دَارَالسَّلاَمِ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ يَاذَاْلجَلاَلِ وَاْلاِكْرَام
Jelas pada hadits shahih yang kami tampilkan paling atas dari Tsauban radhiallahu ‘anhu itu, tidak ada tambahan redaksi.
فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلاَم, وَاَدْخِلْنَا اْلجَنَّةَ دَارَالسَّلاَمِ , تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ
Karena itu segala tambahan di atas adalah bid'ah dan tidak boleh dikatakan sebagai bid'ah hasanah. Barangsiapa menyatakan tambahan itu sunnah, maka wajib baginya mendatangkan dalil yang shahih".
Baca Selengkapnya: http://dakwahmanhajsalaf.com/2019/04/permasalahan-penting-terkait-sunnah-dan-bidah-dalam-masalah-dzikir-setelah-shalat.html
_________________________
кαנιαи ιℓмιαн
🇦 🇳 🇳 🇦 🇧 🇦
CARA MENGATASI WAS-WAS KETIKA SHALAT.
Oleh Ustadz Berik Said hafidzhahullah
Sesungguhnya was-was teristimewa saat kita sedang shalat maka itu datangnya dari setan. Akibat was-was menjadikan seseorang nyaris kehilangan kehusyuannya, tidak ada konsentrasi lagi dan berdampak sering lupa atau ragu berapa raka’at jumlah raka’at shalat yang tengah dilakukannya. Jika kasus ini muncul, apa yang semestinya kita lakukan ?
Seorang Shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bernama ‘Utsman bin Qabil Aash radhiallahu ‘anhu menceritakan:
أنه أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ حَالَ بَيْنِي وَبَيْنَ صَلَاتِي وَقِرَاءَتِي يَلْبِسُهَا عَلَيَّ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ خَنْزَبٌ ، فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ فَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْهُ وَاتْفِلْ عَلَى يَسَارِكَ ثَلَاثًا قَالَ: فَفَعَلْتُ ذَلِكَ فَأَذْهَبَهُ اللَّهُ عَنِّي .
"Sesunguhnya ia pernah menghadap kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya setan telah menganggu shalatku, mengacaukan bacaan shalatku.“ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Itulah gangguan setan yang disebut Khanzab. Maka jika kamu mengalami gangguan seperti itu hendaklah kamu: “Berlindunglah kepada Allah dari gangguannya (membaca ta’awudz)“. Sesudah itu meludah ke sebelah kirimu sebanyak tiga kali. Berkata (‘Utsman bin Abil Aash radhiallahu ‘anhu): “Setelah kulakukan yang demikian, maka dengan izin Allah godaan seperti itu hilang“. [HSR. Muslim no.2203]
Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan:
العبد إذا تعوَّذ بالله من الشيطان الرجيم ، وتَفَلَ عن يساره ، لم يضُرَّه ذلك ، ولا يقطعُ صلاته ، بل هذا مِن تمامها وكمالها
"Seorang hamba jika berta’awwudz kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk, lalu meludah ke sebelah kiri (sebanyak 3 kali -pent), maka hal itu tidak memudharatkan baginya dan juga tidak memutus (membatalkan) shalatnya, bahkan ini termasuk bagian dari kesempurnaannya“. (Zaadul Ma’aad III:602l)
Beberapa Pertanyaan Terkait Hadits Di Atas
Apa yang dimaksud “meludah“ pada hadits tersebut ?
Al ‘Aini rahimahullah mengatakan bahwa yang dimaksud meludah di sini adalah:
شَبِيهٌ بالبَزْقِ، وهو أقلُّ منه
“Meniup angin disertai sedikit ludah.“ (Umdatul Qoori IV:227)
Bagimana cara meludah saat shalat jika itu terjadi pada saat kamu sedang shalat sendirian di Masjid ?
Masalahnya meludah di Masjid teritimewa bila tidak berusaha dibersihkan bekas ludahnya itu adalah haram. Hal ini berdasarkan Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
الْبُزَاقُ فِي الْمَسْجِدِ خَطِيئَةٌ، وَكَفَّارَتُهَا دَفْنُهَا
“Meludah di masjid adalah kesalahan dan penebus kesalahannya adalah (dengan cara) menimbunnya." [HSR. Bukhari no.415 dan Muslim no.552, dan lain-lain]
Dulu masjid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam belum memakai keramik, karpet dan sebagainya seperti zaman kita sekarang ini, tetapi masih asli tanah biasa sehingga dulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan penebus kesalahan meludah di Masjid adalah dengan menimbun ludah/dahak tersebut.
Tetapi di zaman kita tentu lebih sulit lagi untuk meludah di masjid karena hampir semua masjid telah berlantai bagus dan bahkan berkarpet.
Baca Selengkapnya: http://dakwahmanhajsalaf.com/2019/06/cara-mengatasi-was-was-ketika-shalat.html
_________________________
кαנιαи ιℓмιαн
🇦 🇳 🇳 🇦 🇧 🇦
KEUTAMAAN SUJUD DALAM SHALAT.
Oleh Ustadz Berik Said hafidzhahullah
Ada banyak keutamaan sujud. Berikut sebagian dari keutamaannya:
1) Sujud adalah bagian dari Ibadah, bahkan termasuk puncak perendahan diri seorang hamba kepada Allah. Hal ini tergambar saat Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam mengatakan:
لاَ يَصْلُحُ لِبَشَرٍ أَنْ يَسْجُدَ لِبَشَرٍ، وَلَوْ صَلُحَ لِبَشَرٍ أَنْ يَسْجُدَ لِبَشَرٍ لأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا مِنْ عِظَمِ حَقِّهِ عَلَيْهَا
“Tidak sepatutnya bagi manusia bersujud kepada sesama manusia. Seandainya patut bagi manusia bersujud kepada sesama manusia, niscaya aku perintahkan wanita bersujud kepada suaminya, karena besarnya haknya atas isterinya”. [HR. Tirmidzi no.1159, Ahmad no.18913 dan no.12203, dan lain-lain. Al Albani rahimahullah dalam Shahih at Targhib no.1936 dan no.1937, Irwa'ul Gholil no.1988 menyatakan: Shahih].
Penjelasan, nah sekalipun ketaatan istri terhadap suami sedemikian besarnya, namun Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melarang istri sujud kepada suaminya, karena sujud itu hanya boleh ditujukan kepada Allah Ta'ala. Ini menunjukkan betapa tingginya nilai sujud sebagai suatu peribadatan.
2) Posisi terdekat seorang hamba dengan Tuhannya adalah saat sujud dalam shalat.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun pernah bersabda:
أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ ...
“Sedekat-dekatnya seorang hamba dengan Rabb-Nya adalah dalam keadaan dia sujud (dalam shalat -pent)". [HR. Muslim no.482, Abu Dawud no.875, Nasa'i no.1137, Ahmad no.9165]
3) Bergugurunnya dosa saat sujud shalat.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا قَامَ يُصَلِّي أُتِيَ بِذُنُوبِهِ فَوَضَعَتْ عَلَى رَأْسِهِ أَوْ عَاتِقِهِ فَكُلَّمَا رَكَعَ أَوْ سَجَدَ تساقطت عنه
“Sesungguhnya, tatkala seorang hamba berdiri shalat, didatangkanlah seluruh dosanya, kemudian diletakkan di atas kepala dan kedua bahunya, maka ketika ia (dalam posisi) ruku’ dan sujud, dosa-dosa tersebut berguguran”. [HR. Ibnu Hibban no.1734, Thabrani dalam al Ausath 7314, al Mawarzi dalam ash Shalat 294, al Baghawi 656. Syaikh al Albani rahimahullah dalam ash Shahihah 1398, mengatakan: "وهذا إسناد صحيح رجاله كلهم ثقات" dan ini merupakan sanad yang shahih, seluruh perawinya dapat dipercaya"].
4) Sujud dalam shalat dapat meninggikan derajat.
Baca Selengkapnya: http://dakwahmanhajsalaf.com/2019/07/keutamaan-sujud-dalam-shalat.html
________________________
кαנιαи ιℓмιαн
🇦 🇳 🇳 🇦 🇧 🇦
ADAKAH KEUTAMAAN MALAM NISYFU (Pertengahan Bulan) Sya’ban?
Syaikh Al-'Allamah Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin berkata:
في فضل ليلة النصف منه وقد وردت فيه أخبار قال عنها ابن رجب في اللطائف بعد ذكر حديث علي السابق: إنه قد اختلف فيها ، فضعفها الأكثرون ، وصحح ابن حبان بعضها وخرجها في صحيحه
"Terkait keutamaan malam nishfu Sya’ban maka terdapat riwayat-riwayat yang telah disebutkan oleh Ibnu Rojab dalam kitabnya “Al-Latho’if”. Akan tetapi para Ulama berselisih pendapat dalam menghukumi keabsahan riwayatnya. Mayoritas Ulama mendho’ifkannya (melemahkannya) sedangkan Ibnu Hibban menshohihkan sebagian riwayatnya dan mengeluarkannya dalam kitab Shohih beliau.
ومن أمثلتها حديث عائشة رضي الله عنها وفيه: أن الله تعالى ينزل ليلة النصف من شعبان إلى سماء الدنيا ، فيغفر لأكثر من عدد شعر غنم كلب، خرجه الإمام أحمد والترمذي وابن ماجه ، وذكر الترمذي أن البخاري ضعفه ، ثم ذكر ابن رجب أحاديث بهذا المعنى وقال: وفي الباب أحاديث أخر فيها ضعف . اهـ وذكر الشوكاني أن في حديث عائشة المذكور ضعفا وانقطاعا
Riwayat yang dimaksud antara lain dari Aisyah rodhiyallahu ‘anha, “Bahwa Allah ta’ala turun ke langit dunia pada malam pertengahan bulan Sya’ban, maka Allah mengampuni dosa-dosa hamba-Nya yang jumlahnya lebih banyak dari bulu kambing bani Kalb.” Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Dan At-Tirmidzi menyebutkan bahwa Al-Bukhori mendho’ifkan riwayatnya. Kemudian Ibnu Rojab membawakan hadits-hadits lain yang semakna lalu beliau berkata, “Di dalam bab ini ada hadits-hadits lain yang padanya ada kelemahan.” Al-Imam Asy-Syaukani juga berkata, “Bahwa dalam hadits Aisyah ini ada kelemahan dan terputus sanadnya.”
وذكر الشيخ عبد العزيز بن باز حفظه الله تعالى أنه ورد في فضلها أحاديث ضعيفة لا يجوز الاعتماد عليها ، وقد حاول بعض المتأخرين أن يصححها لكثرة طرقها ولم يحصل على طائل ، فإن الأحاديث الضعيفة إذا قدر أن ينجبر بعضها ببعض فإن أعلى مراتبها أن تصل إلى درجة الحسن لغيره ، ولا يمكن أن تصل إلى درجة الصحيح كما هو معلوم من قواعد مصطلح الحديث
Begitupula disebutkan oleh Syaikh Al-'Allamah Abdul Aziz bin Baz, “Terkait keutamaan malam nishfu Sya’ban telah diriwayatkan hadits-hadits yang dho’if dan tidak boleh bersandar dengannya. Meski sebagian Ulama muta'akhkhirin yang menshohihkan riwayatnya karena banyaknya sanad (jalur periwayatan). Akan tetapi alasan tersebut tidak dapat diterima karena hadits-hadits dho'if bila saling menguatkan maka paling tinggi derajatnya “hasan lighoirih”, tidak mungkin sampai kepada derajat “shohih” sebagaimana yang telah ma'lum dalam kaidah ilmu hadits.” (Majmu’ Fatawa wa Rosa’il 20/25-33)
Kesimpulan:
Hadits terkait keutamaan malam nishfu Sya'ban derajatnya dho'if tidak dapat menjadi hujjah.
Andaikata hasan derajatnya maka tidak ada amalan-amalan khusus yang dilakukan pada malam tersebut seperti yang dianjurkan oleh sebagian orang, karena Nabi ﷺ telah mengingatkan:
"Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak bersumber dari ajaran kami maka tertolak." (HR. Muslim 1718)
_________________________
кαנιαи ιℓмιαн
🇦 🇳 🇳 🇦 🇧 🇦
JANGAN BERMAJELIS DENGAN AHLUL BID'AH
Oleh Ustadz Berik Said hafidzhahullah
Masih demen bermajelis dan ngaji dengan ahlul bid'ah ? Nih, dengerin perkataan Imam Qadhi ‘Iyadh rahimahullah:
وَصَاحِبُ بِدْعَةٍ لا تَأْمَنُهُ عَلَى دِينِكَ وَلا تُشَاوَرْهُ فِي أَمْرِكَ ، وَلا تَجْلِسْ إِلَيْهِ , فَمَنْ جَلَسَ إِلَيْهِ وَرَّثَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ الْعَمَى
“Dan ahli bid’ah, maka kamu jangan merasa aman dengannya terhadap agamamu, dan janganlah kamu bermusyawarah dengannya dalam urusanmu, dan janganlah kamu bermajelis dengannya, dan barangsiapa yang bermajelis dengannya, maka Allah akan mewarisi kebutaan untuknya”. (Hilyatul Auliyaa 11.780 karya Abu Nu’aim al Ashbahaani rahimahullah).
Nah, jika orang sekelas beliau saja masih khawatir terhadap ahlul bid’ah sehingga beliau berkata seperti di atas, maka bagaimana mungkin sekelas kita coba-coba mencampur adukkan dan memanggil semua Ustadz lintas aliran dengan syubhat ambil yang haqnya, buang yang bathilnya.
Emangnya kita bisa menyaring yang haq dan bathil pakai dengkul?
Kalau kita bisa begitu, maka berarti kita lebih berilmu dong dibanding mereka.
Maka ngapain memanggil mereka sedang kita merasa diri kita sudah mampu memilah mana yang haq dan bathil. Mikir kalau mau ngomong tuh. Dan bercerminlah siapa diri kita ini.
Tahukah kalian siapa Imam Qadhi 'Iyadh rahimahullah yang memberikan nasehat ini?
Beliau adalah Ulama besar Madzhab Maliki yang lahir tahun 476 H/1083 M, dan wafat tahun 544 H/1149 M.
Beliau lautan ilmu yang semua Madzhab manusia butuh pada ilmunya. Beliau pakar ilmu nahwu, dialek bahasa arab, sejarah, dan nasab. Beliau juga pakar hadits dan fiqh yang sulit dicari tandingannya. Beliau memiliki guru yang jumlahnya hampir mencapai 100 orang.
Beliau telah menyusun banyak kitab bermanfaat, diantaranya Al Ikmaa Fi Syarhi Shahiihi Muslim, Masyaariq al Anwaar ‘alaa Dhahhaahil Aatsaar, At Tanbiihaat al Mustanbithah ‘alal Mudawwanah, dan lain-lain.
Walau beliau seorang Ulama Madzhab Maliki, tetapi pengaruhnya berimbas juga pada tiga Madzhab lainnya. Bahkan Kyai Haji Hasyim Asy’ari rahimahullah -pendiri NU- dalam kitab beliau At Tibyan Fin Nahyi an Munqathail Arham Wal Aqrab wal Akhwan banyak mengutip pendapat Al Qadhi 'Iyad rahimahullah.
Saking terkemukanya beliau, sampai-sampai salah satu Universitas di Spanyol dinamakan dengan nama beliau.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
https://dakwahmanhajsalaf.com/2020/03/jangan-bermajelis-dengan-ahlul-bidah.html
______________________
кαנιαи ιℓмιαн
🇦 🇳 🇳 🇦 🇧 🇦
BENARKAH VIRUS CORONA ADALAH KONSPIRASI YAHUDI, ILLUMINATI ATAU BUATAN DAJJAL?
Oleh Ustadz Berik Said hafidzhahullah
Ada sebagian orang yang bahkan telah diustadzkan oleh sebagian manusia, ternyata mereka telah menempuh manhaj UFO/Alien. Cirinya mereka ini suka sekali menghubungkan hadits-hadits yang menceritakan tentang musibah besar atau kasus besar yang akan menimpa ummat, lalu hampir pasti selalu di kait-kaitkan dengan dekatnya kiamat, dekatnya dajjal, konspirasi Yahudi, illuminati dan sebagainya.
Mulailah mereka ini merekayasa dalil dan memperkosa dalil dengan di hubungkan daya imajinasi/khayalan mereka sendiri -yang bisa jadi mereka ini terlalu terobsesi dengan bacaan fiksi modern-, dengan tidak merujuk pada pemahaman Salafush Shalih. Penafsiran mereka bahkan sampai pada menyeret mereka kepada perkara ghaib tanpa hujjah yang jelas.
Belakangan ini sejak wabah virus corona mendunia dan begitu viral, da’i-da'i model demikian semakin bermunculan. Ada yang otak-atik ayat Qur’an untuk dipas-paskan dengan wabah corona (cocoklogi). Ada yang mencoba merumuskan pencarian obat bagi virus corona dengan imaginasi rekaya otak mereka lalu dihubungkan dengan sekan datang dari agama ini, dan dengan menghubungkan ayat atau hadits tertentu yang tidak jelas dari sumber pengambilannya. Terakhir ini yang cukup ramai menghubungkan virus corona dengan illuminati, konspirasi Yahudi, dajjal, dan semakna itu.
Ana sengaja menyebut cara beragama semacam ini sebagai bermanhaj UFO/Alien karena ini persis seperti dalam cerita fiksi modern yang suka sekali mengubungkan sesuatu dengan hal semacam ini.
Sesungguhnya imajinasi liar mereka yang demikian dikarenakan mereka tidak pernah utuh mengkaji nash-nash yang shahih yang berbicara bab ini serta penjelasan para Ulama sunnah. Makanya mereka lebih suka mena'wil nash-nash yang mereka ketahui itu dengan ta'wil yang berbau fiksi.
Berikut ana akan tulis suatu bantahan atas adanya ceramah serta tulisan yang tersebar juga di medsos, yang menyatakan bahwa wabah corona ini sebagai konspirasi Yahudi, illuminati, buatan dajjal, dan yang semakna dengan ini dalam sub judul di bawah:
Bantahan Yang Menanggap Wabah Corona Adalah Konspirasi Yahudi/Illuminati atau Buatan Dajjal
Beberapa dalil yang jelas menunjukkan bahwa virus menular termasuk corona adalah takdir kauniyyah Allah yang tidak ada hubungannya dengan illuminati, dajjal dan sebagainya.
Pertama, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ هَذَا الْوَجَعَ أَوْ السَّقَمَ رِجْزٌ عُذِّبَ بِهِ بَعْضُ الْأُمَمِ قَبْلَكُمْ ثُمَّ بَقِيَ بَعْدُ بِالْأَرْضِ فَيَذْهَبُ الْمَرَّةَ وَيَأْتِي الْأُخْرَى…
"Wabah penyakit ini adalah sebuah adzab yang dengannya Allah telah membinasakan sebagian ummat sebelum kalian, dan sisanya masih ada di muka bumi, dimana ia terkadang datang dan terkadang pergi.." [HSR. Bukhari 6974 dan Muslim 2218]
Hadits di atas banyak memberikan kepada kita faidah dan informasi.
Faidah Dari Hadits Di Atas
1. Perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ هَذَا الْوَجَعَ أَوْ السَّقَمَ رِجْزٌ
"Wabah penyakit ini adalah sebuah adzab".
Ini menunjukkan bahwa wabah penyakit menular itu (tentu termasuk corona atau apapun) awalnya adzab Allah. Jadi tidak ada hubungannya dengan konspirasi Yahudi, illuminati, dajjal, dan sebagainya, seperti sering disampaikan ustadz yang hoby otak-atik nash dengan logikanya sendiri.
Baca Selengkapnya: https://dakwahmanhajsalaf.com/2020/03/benarkah-virus-corona-adalah-konspirasi-yahudi-illuminati-atau-buatan-dajjal.html
________________
кαנιαи ιℓмιαн
🇦 🇳 🇳 🇦 🇧 🇦
BENARKAH JAWABAN DARI SHALAT ISTIKHARAH LEWAT MIMPI?
Oleh Ustadz Berik Said hafidzhahullah.
Banyak yang menyangka bahwa jawaban dari istikharah itu hanya dianggap benar jika telah datang suatu mimpi padanya, ini adalah anggapan bid’ah.
Padahal jawaban dari istikharah itu bisa dalam bentuk adanya kekuatan hati untuk menjalankan atau meninggalkan sesuatu perkara yang telah ia istikharahi itu, dan atau dimudahkannya dia hendak menempuh apa yang telah ia istikharahi tersebut. Jadi tak mesti menunggu datangnya mimpi.
Hal ini sebagaimana dikatakan Ibnu Taimiyyah rahimahullah:
فإذا استخار الله كان ما شرح له صدره وتيسّر له من الأمور هو الذي اختاره الله له
"Maka jika seseorang beristikharah kepada Allah, maka apa yang Allah lapangkan dadanya dan Allah mudahkan baginya dari perkara yang ia istikharai itu, itulah berarti (tanda) yang Allah pilihkan baginya". (Majmu’ Fatawa X:539)
Syaikh Al’ Utsaimin rahimahullah menjelaskan:
لا يشترط أن يرى المستخير شيئاً يدله على أن هذا هو الأفضل له ، بل متى تيسر له الشيء بعد استخارته فليعلم أن هذا هو الخير ، إذا كان قد دعا ربه بصدق وإخلاص ؛ لأن في دعاء الاستخارة يقول الرجل أو المرأة المستخيرة: (اللهم إن كنت تعلم أن هذا -ويُسَمِّي حاجتَه- خير لي في ديني ودنياي وعاجل أمري وآجله فاقدره لي ويسره لي) فإذا تيسر له الأمر بعد الاستخارة فليعلم أن هذا هو الخير ؛ لأنه دعا الله أن يختار له ما هو خير ييسره له ، فإذا تيسر فهذا علامة أن ذلك هو الخير .
"Tidak disyaratkan seorang yang melakukan istikharah dia bermimpi sesuatu yang menunjukkan pilihan yang lebih utama. Akan tetapi, kapan saja sesuatu dimudahkan setelah istikharah, hendaknya dia menyadari bahwa itu baik baginya jika dia berdoa kepada Allah dengan jujur dan ikhlas. Karena dalam doa istikharah, seorang laki-laki atau wanita yang istikharah berkata, "Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku, sekarang atau yang akan datang, maka takdirkanlah dia untukku serta mudahkanlah dia untukku." Maka jika sebuah perkara dimudahkan setelah istikharah, ketahuilah bahwa itu merupakan yang terbaik baginya, karena dia telah berdoa kepada Allah agar dimudahkan apa yang baginya. Maka jika dia mendapatkan kemudahan, itu merupakan petunjuk bahwa hal tersebut baik baginya.
(lantas dibagian lainnya diantara beliau mengatakan):
وأما قول بعض الناس لا بد أن يرى الإنسان في الرؤيا أنه اختير له الإقدام أو الترك : فهذا لا أصل له...
Adapun pendapat sebagian orang bahwa seseorang harus mendapatkan mimpi terlebih dahulu untuk menentukan apakah dia akan terus melaksanakannya atau meninggalkannya, hal ini tak ada landasannya...“ (Fatawa Nuur ‘alaa Darb li Syaikh al ‘Utsaimin VI:166)
Walhamdu lillaahi rabbil’aalamiin, wa shallallahu ‘alaa Muhammadin..
http://dakwahmanhajsalaf.com/2019/08/benarkah-jawaban-dari-shalat-istikharah-lewat-mimpi.html
_________________________
кαנιαи ιℓмιαн
🇦 🇳 🇳 🇦 🇧 A
MENASIHATI ITU TIDAK HARUS MENJADI SEMPURNA.
Oleh Ustadz Berik Said hafizhahullah
Seringkali ketika menasihati seseorang, maka orang yang kita nasihati bukannya menerima, bahkan berbalik memojokkan kita dengan berkata jangan sok suci, kayak kamu gak pernah berbuat dosa saja, atau kalimat yang semakna dengan itu. Maka jawabannya adalah sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Rajab al Hanbali rahimahullah:
لو لم يعظ إلا معصوم من الزلل، لم يعظ الناس بعد رسول الله صلى الله عليه وسلم أحد، لأنه لا عصمة لأحد بعده
“Seandainya tidak boleh memberi nasihat kecuali seseorang yang terbebas dari segala kesalahan (ma’shum), niscaya tidak akan mungkin ada seorang pun yang menasihati orang lain selain Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, karena tidak ada yang ma’shum lagi setelah beliau". (Lathaa’iful Ma’aarif, karya Ibnu Rajab al Hanbali rahimahullah hal.19)
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
https://dakwahmanhajsalaf.com/2020/03/menasihati-tidak-harus-menjadi-sempurna.html
_________________________
Bismillah...
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
JIKA KAMU SUDAH MULAI BERTANYA : MANA DALILNYA? MAKA INI TANDA KAMU MULAI SERIUS MEMPERHATIKAN AGAMAMU
Ulama Syafi’i berkata mengenai kaedah ,
اَلْأَصْلَ فِي اَلْعِبَادَةِ اَلتَّوَقُّف
“Hukum asal ibadah adalah tawaqquf (diam sampai datang dalil).” Perkataan di atas disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (5: 43).
Ibnu Hajar adalah di antara ulama besar Syafi’i yang jadi rujukan. Perkataan Ibnu Hajar tersebut menunjukkan bahwa jika tidak ada dalil, maka suatu amalan tidak boleh dilakukan. Itu artinya asal ibadah adalah haram sampai ada dalil yang memerintahkan. Di tempat lain, Ibnu Hajar rahimahullah juga berkata,
أَنَّ التَّقْرِير فِي الْعِبَادَة إِنَّمَا يُؤْخَذ عَنْ تَوْقِيف
“Penetapan ibadah diambil dari tawqif (adanya dalil)” (Fathul Bari, 2: 80). Ibnu Daqiq Al ‘Ied, salah seorang ulama besar Syafi’i juga berkata,
لِأَنَّ الْغَالِبَ عَلَى الْعِبَادَاتِ التَّعَبُّدُ ، وَمَأْخَذُهَا التَّوْقِيفُ
“Umumnya ibadah adalah ta’abbud (beribadah pada Allah). Dan patokannya adalah dengan melihat dalil”. Kaedah ini disebutkan oleh beliau dalam kitab Ihkamul Ahkam Syarh ‘Umdatil Ahkam.
Dalam buku ulama Syafi’iyah lainnya, yaitu kitab Ghoyatul Bayan Syarh Zubd Ibnu Ruslan disebutkan,
الأصل في العبادات التوقيف
“Hukum asal ibadah adalah tawqif (menunggu sampai adanya dalil).”
Ibnu Muflih berkata dalam Al Adabu Asy Syar’iyah,
أَنَّ الْأَعْمَالَ الدِّينِيَّةَ لَا يَجُوزُ أَنْ يُتَّخَذَ شَيْءٌ سَبَبًا إلَّا أَنْ تَكُونَ مَشْرُوعَةً فَإِنَّ الْعِبَادَاتِ مَبْنَاهَا عَلَى التَّوْقِيفِ
“Sesungguhnya amal diniyah (amal ibadah) tidak boleh dijadikan sebagai sebab kecuali jika telah disyari’atkan karena standar ibadah boleh dilakukan sampai ada dalil.”
Imam Ahmad dan para fuqoha ahli hadits -Imam Syafi’i termasuk di dalamnya- berkata,
إنَّ الْأَصْلَ فِي الْعِبَادَاتِ التَّوْقِيفُ
“Hukum asal ibadah adalah tauqif (menunggu sampai adanya dalil)” (Dinukil dari Majmu’ Al Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 29: 17)
🌐 Rumaysho 📷 @ittiba.id
〰〰〰〰〰〰〰
кαנιαи ιℓмιαн
🇦 🇳 🇳 🇦 🇧 🇦
Ambillah Aqidahmu Dari Al-Quran Dan As-Sunnah Yang Shahih (Bagian 16).
Kita tidak boleh beristighatsah kepada mereka.
(memohon keselamatan dari kesulitan dan kebinasaan) kepada orang-orang yang sudah mati atau tidak hadir.
Allah Ta'ala berfirman:
وَا لَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ لَا يَخْلُقُوْنَ شَيْـئًا وَّهُمْ يُخْلَقُوْنَ ۗ اَمْوَا تٌ غَيْرُ اَحْيَآءٍ ۚ وَمَا يَشْعُرُوْنَ اَيَّانَ يُبْعَثُوْنَ
"Dan (berhala-berhala) yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apa pun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang. (Berhala-berhala itu) benda mati, tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak mengetahui kapankah (penyembahnya) dibangkitkan." (QS. An-Nahl: 20)
Allah Ta'ala berfirman:
اِذْ تَسْتَغِيْثُوْنَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَا بَ لَـكُمْ
"(Ingatlah), ketika engkau beristighatsah kepada Rabb kalian lalu Dia mengabulkan permohonan kalian." (QS. Al-Anfal: 9)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ
"Wahai Yang Maha Hidup, wahai Yang Berdiri Sendiri, hanya dengan rahmatMu aku memohon keselamatan." [Hasan riwayat At-Tirmidzi]
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
Khudz Aqidataka minal kitab wa as-sunnah ash-shahihah oleh Syaikh Muhammad bin Jamiil Zainu rahimahullahu
http://dakwahmanhajsalaf.com/2019/07/ambillah-aqidahmu-dari-al-quran-dan-as-sunnah-yang-shahih-bagian-3.html
_________________________
к α נ ι α η - ι ℓ м ι α н
🇨 🇮 🇦 🇳 🇯 🇺 🇷
PENYANYI WANITA ADALAH 'AIB DAN PENYEBAB KERUSAKAN DI BUMI.
Hakikat seorang wanita itu pemalu, jika dia sudah tidak malu lagi bernyanyi di depan umum di lihat banyak pria, mempublikasikan dirinya di sosial media, sungguh wanita tersebut sudah keluar dari fitrahnya.
Ketahuilah oleh kalian wahai para wanita, suara kalian adalah 'aurat, dan kalian tidak diperbolehkan untuk menjadi penyanyi, sebagaimana Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam bersabda :
“Di akhir zaman nanti akan ada (peristiwa) di mana orang-orang ditenggelamkan (ke dalam bumi), dilempari batu dan diubah wajahnya menjadi buruk”. Beliau Shallallaahu alaihi wassalam ditanya, “Kapankah hal itu terjadi wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ketika alat-alat musik dan para PENYANYI WANITA telah merajalela, serta khamr di anggap halal”. (HR. Ath Thabrani dalam Mu’jam Al Kabir [5672], juga Ar Ruyani dalam Musnad nya [1041], derajatnya hasan, bahkan dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Targhib [3665]).
Rasulullah Shallallahu ’alaihi Wasallam juga bersabda :
"Jangan beli (budak yang merupakan) PENYANYI WANITA dan jangan ajari budak wanitamu bernyanyi. Tidak ada kebaikan dalam jual-beli mereka dan hasil jual-belinya haram. Karena perkara seperti inilah turun ayat : "Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan lahwal hadits untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah" (QS. Luqman : 6)." (HR. Tirmidzi no. 3195, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).
Imam syafi'i berkomentar tentang nyanyian :
"Nyanyian merupakan perkara melalaikan yang dibenci, menyerupai kebathilan. Barangsiapa yang memperbanyaknya maka dia seorang yang bodoh. Persaksianya ditolak" (Imam asy-Syafi'i rahimahullah muntaqan nafis min talbis iblis. 301)
Allahul Musta'an...
•═══•••●◎❅❦۩❁۩❦❅◎●•••═══•
кαנιαи ιℓмιαн
🇦 🇳 🇳 🇦 🇧 🇦
ANJURAN MEMBERIKAN NAMA YANG BAIK UNTUK ANAK
Alhamdulillah...
Tidak diragukan lagi bahwa masalah memberi nama ini termasuk masalah yang penting dalam kehidupan manusia; karena nama itu menjadi tanda dan bukti bagi yang punya nama tersebut, juga menjadi hal yang mendesak agar saling bisa memahami antar sesama, dari dan untuknya. Nama menjadi hiasan bagi pemiliknya, manjadi wadah, syiar dan julukan baginya, baik di dunia maupun di akhirat. Sebuah kebanggaan terhadap agama, agar merasa bahwa dia termasuk bagian dari pemeluk agama Islam ini. Nama menurut kebiasaan manusia mempunyai gambaran dan petunjuknya, bagi mereka nama laksana pakaian, jika terlalu pendek dianggap tidak baik dan jika terlalu panjang dianggap tidak baik juga.
Hukum asal dari sebuah nama adalah mubah dan boleh, hanya saja ada beberapa rambu-rambu syar’i yang sebaiknya dihindari pada saat memilih nama, di antaranya adalah:
1. Jika mengandung penghambaan kepada selain Allah –‘Azza wa Jalla-, baik penghambaan kepada Nabi yang diutus atau malaikat yang dekat dengan Allah. Maka tidak dibolehkan sama sekali menghamba kepada selain Allah. Dan di antara nama-nama yang bermakna penghambaan kepada selain Allah adalah Abdur Rasul, Abdun Nabi, Abdul Amir, dan nama-nama lainnya yang mempunyai arti penghambaan atau kehinaan kepada selain Allah –‘Azza wa Jalla-. Bagi pemilik nama-nama tersebut dan orang yang akan memberi nama bagi anggota keluarganya dengan nama-nama tersebut wajib dirubah. Seorang sahabat Nabi yang mulia Abdurrahman bin ‘Auf –radhiyallahu ‘anhu- berkata:
“Dulu nama saya adalah Abdu ‘Amr –menurut riwayat lainnya- Abdul Ka’bah, setelah saya masuk Islam Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- merubah nama saya dengan Abdurrahman”. (HR. Hakim; 3/306 dan setujui oleh Imam Dzahabi)
2. Memberi nama dengan salah satu Nama-nama Allah –Tabaraka wa Ta’ala- yang bermakna khusus hanya untuk-Nya, seperti; Nama Al Khalik (Maha Pencipta), Ar Raziq (Maha Permberi Rizeki), Ar Rabb (Maha Pemelihara), Ar Rahman (Maha Pengasih) atau yang serupa dengannya. Atau dengan Nama-nama yang tidak pantas untuk disandang oleh selain Allah, seperti Malikul Muluk (Raja diraja), Al Qahir (Maha Berkuasa) Dan lain sebagainya. Nama-nama seperti itu haram hukumnya untuk penamaan seorang anak, dan kalau ada wajib dirubah. Allah –‘Azza wa Jalla- berfirman:
هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيّاً (مريم: 65)
“Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?”. (QS. Maryam: 65)
3. Memberi nama dengan nama-nama orang kafir yang dijadikan identitas mereka secara khusus, seperti; Abdul Masih, Batris, Jarjas, dan nama-nama lainnya yang menunjukkan kepada agama non Islam.
4. Memberi nama dengan nama-nama patung atau dengan nama para thagut (para tokoh yang melampaui batas) dan disembah selain Allah, seperti penamaan dengan syetan atau yang serupa dengannya.
Semua nama-nama di atas tidak boleh bahkan haram hukumnya, maka barang siapa yang dirinya mempunyai nama-nama di atas dan telah menamakan orang lain dengan nama-nama di atas, maka harus merubahnya.
5. Makruh hukumnya memberi nama dengan nama-nama yang artinya menjadikan orang lain menjauh, bisa jadi karena mengandung arti yang buruk atau berpotensi untuk menjadi bahan olokan, di samping juga hal itu menyimpang dari petunjuk Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang memerintahkan untuk memberi nama dengan nama-nama yang baik, seperti; nama Harb (perang), Rasysyasy (percikan darah), Hiyam (nama penyakit onta), dan nama lain diantara nama-nama yang mangandung arti buruk dan tidak baik.
6. Makruh hukumnya memberi nama dengan nama-nama yang mengandung lembek atau mengundang syahwat. Hal ini banyak untuk penamaan anak perempuan, seperti halnya beberapa nama yang mempunyai sifat seksual dan mengundang syahwat.
7. Makruh hukumnya member nama dengan nama-nama orang fasik seperti para penyanyi laki-laki dan atau para penyanyi perempuan, para artis laki-laki atau perempuan, dan nama lainnya. Namun demikian jika nama-nama mereka mengandung makna yang baik, maka dibolehkan untuk menamakan diri dengannya tapi karena mengandung makna yang baik tersebut, bukan untuk menyerupai mereka atau mengikuti jejak langkah mereka.
8. Makruh hukumnya memberi nama dengan nama-nama yang mengandung makna dosa dan maksiat, seperti; Sariq (pencuri), Zhalim (orang zhalim), atau memberi nama dengan nama-nama para Fir’aun dan para pelaku maksiat, seperti; nama Fira’un, Haman dan Qarun.
9. Makruh hukumnya memberi nama dengan nama-nama hewan yang dikenal dengan sifat yang tercela, seperti; himar (keledai), Kalb (anjing), Qird (kera) dan lain sebagainya.
10. Makruh hukumnya memberi nama dengan nama-nama yang disandarkan kepada agama dan kepada Islam, seperti; Nuruddin (cahaya agama), Syamsuddin (matahari agama), demikian halnya dengan Nurul Islam (cahaya Islam), Syamsul Islam (matahari Islam); karena mengandung pemberian sesuatu kepada pemilik nama di atas hak yang seharusnya. Para ulama salaf mereka tidak menyukai pemberian julukan kepada mereka dengan gelar-gelar tersebut. Imam Nawawi –rahimahullah- tidak menyukai julukan dirinya dengan Muhyiddin (yang menghidupkan agama), demikian juga Syeikh Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah- beliau tidak menyukai beliau dijuluki dengan Taqiyuddin (orang yang bertakwa dalam agama) dengan mengakatakan: “…hanya saja keluargaku menjulukiku dengan julukan tersebut, lalu menjadi tersebar kemana-mana”.
11. Makruh hukumnya memberi nama dengan nama-nama yang disandarkan kepada Nama Allah -‘Azza wa Jalla- selain Abdullah (hamba Allah), seperti; Hasbullah (Cukuplah dengan Allah), Rahmatullah (rahmat Allah) dan lain sebagainya, demikian juga nama-nama yang disandarkan kepada Rasulullah.
12. Makruh hukumnya memberi nama dengan nama-nama malaikat, demikian juga dengan nama-nama surat di dalam Al Qur’an, sepeti; Thaha, Yasiin dan lain sebagainya. Nama-nama ini termsuk huruf-huruf pembuka surat dan bukan termasuk nama-nama Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Baca; Tuhfatul Maudud karya Ibnu Qayyim –rahimahullah- hal. 109 .
Makruhnya pemberian nama dengan nama-nama di atas jika dilakukan sejak awal ia akan memberikan nama, adapun jika keluarganya telah memberikan nama tertentu dan sudah menjadi dewasa dan sudah sulit untuk dirubah maka tidak diwajibkan untuk dirubah.
Nama, Mempunyai Lima urutan :
1️⃣ Dua nama Abdullah dan Abdurrahman, hal ini berdasarkan hadits Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang shahih bahwa beliau bersabda:
أحب الأسماء إلى الله عبد الله وعبد الرحمن ) رواه مسلم في صحيحه 1398 .(
“Nama-nama yang paling dicintai oleh Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman”. (HR. Muslim dalam kitab Shahihnya: 1398)
2️⃣ Semua nama yang menghamba kepada Allah –‘Azza wa Jalla-, seperti: Abdul Aziz, Abdurrahim, Abdul Malik, Abdul Ilah, Abdussalam dan lain sebagainya.
3️⃣ Nama-nama para Nabi dan Rasul –‘alaihimus shalatu was salam-, dan tidak diragukan lagi bahwa sebaik-baik nama di antara mereka adalah sayyid para Nabi adalah Nabi kita Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, dan di antara nama-nama beliau adalah Ahmad, kemudian baru para Nabi Ulum Azmi, mereka adalah Ibrahim, Musa, Isa dan Nuh –‘alaihis shalatu wa salam- kemudian baru semua para Nabi dan Rasul –‘alaihimus shalatu was salam- lainnya.
4️⃣ Nama-nama para hamba Allah yang sholeh, yang lebih utama dari mereka adalah para sahabat Nabi kita yang mulia, maka disunnahkan memberi nama dengan nama-nama mereka yang baik; agar terdorong untuk mentauladani mereka dan meminta diangkat derajatnya.
5️⃣ Semua nama-nama yang baik dan yang mempunyai arti yang benar dan bagus.
Dianjurkan untuk memperhatikan beberapa hal berikut ini pada saat memberikan nama kepada anak-anak :
1. Hendaknya mengetahui bahwa nama tersebut akan terus melekat bersamanya sepanjang hidup, nama yang tidak pantas bisa jadi akan menyebabkannya merasa sempit, sedih dan tidak merasa nyaman dengan kedua orang tuanya atau kepada orang yang telah memberinya nama tersebut.
2. Pada saat melihat daftar nama untuk memilih salah satunya, penting untuk mempertimbangkannya dari banyak sisi, maka hendaknya dilihat sisi nama tersebut, penting juga difikiran kesesuaian nama tersebut pada saat masih anak-anak, remaja bahkan sampai usia lanjut nantinya, termasuk kesesuaian nama tersebut jika ia dipanggil dengan nama tersebut, juga sejauh mana keserasian dengan nama ayahnya dan seterusnya.
3. Pemberian nama itu menjadi hak yang syar’i bagi seorang ayah; karena dialah yang akan menjadi garis nasabnya, akan tetapi disunnahkan bagi seorang ayah untuk melibatkan ibu untuk menentukan nama anaknya dan mengambil pendapatnya jika pilihannya baik.
4. Wajib hukumnya untuk menyandarkan nasab seorang anak kepada ayahnya, meskipun sudah meninggal dunia, dicerai dan lain sebagainya; meskipun ayahnya tidak ikut membesarkannya atau belum pernah sama sekali melihatnya. Haram hukumnya menisbatkan nasab anak kepada selain bapaknya, kecuali hanya pada satu kondisi yaitu; jika anak tersebut buah dari hubungan badan di luar nikah –na’udzubillah-, maka pada kondisi seperti ini anak dinisbatkan kepada ibunya dan tidak boleh dinisbatkan kepada bapaknya.
Oleh Syeikh Muhammad Sholih Al-Munajid
Sumber : islamqa.
_________________________
кαנιαи ιℓмιαн
🇦 🇳 🇳 🇦 🇧 🇦
BAHAYA GHIBAH.
Oleh Ustadz Berik Said Hafizhahullah
Al-Imam Al-Auza'i rahimahullah berkata:
بلغني أنه يقال للعبد يوم القيامة: قم فخذ حقك من فلان
Telah sampai kepadaku kabar, bahwasanya akan dikatakan kepada seorang hamba pada hari kiamat: "Bangkitlah kamu, ambillah hakmu dari si fulan".
Orang ini berkata:
ما لي قبله حق
"Saya tidak memiliki hak dari sisinya".
Maka dikatakan:
بلى؛ ذكرك يوم كذا وكذا بكذا وكذا.
"Bahkan kamu punya hak darinya. Dia menyebut-nyebut (kejelekanmu) pada hari ini dan ini dengan (ghibah) ini dan ini". (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi, Syu'abul Iman 6313)
Ibnul Jauzy rahimahullah juga berkata:
فكم أفسدتِ الغيبةُ من أعمال الصالحين! وكم أحبطت من أجور العاملين! وكم جلبت من سخط رب العالمين!
"Maka betapa banyak ghibah telah merusak amalannya orang-orang shalih ! Dan betapa banyak telah menggugurkan pahala orang-orang yang beramal ! Dan betapa banyak orang yang mendapatkan kemurkaan dan Rabb alam semesta !!". (At Tadzkiroh Fil Wa'dz 124)
Ya Allah mungkin tidak terhitung lisan kami mengghibah saudara-saudara kami yang bersumber karena kedengkian, iri, kesombongan, dan jeleknya jiwa kami. Ampunkan kami Ya Allah.
Janganlah kami termasuk orang yang kelak akan dituntut dengan tuntutan yang amat berat ini, maafkan kami.
Kepada seluruh saudaraku yang barangkali merasa telah terghibahi oleh lisanku akibat buruknya jiwa ini, mohon sudilah mema’afkan dan kelak tidak menuntutku di Hari Pengadilan, mohon maafkan segala kehilafanku.
لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
“Tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya“.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
https://dakwahmanhajsalaf.com/2020/04/bahaya-ghibah.html
_________________________
кαנιαи ιℓмιαн
🇦 🇳 🇳 🇦 🇧 🇦
MENGAPA MEREKA AHLUL MAKSIAT LEBIH SUKSES EKONOMINYA?
Oleh Ustadz Berik Said hafidzhahullah
Kita terkadang ngiri melihat mereka yang biasa maksiat, jauh dari beribadah kepada Allah namun seakan dunia mengejarnya, sementara kamu merasa banyak ibadah namun merasa amat berat beban ekonominya?
Nih dengerin hadits berikut:
إِذَا رَأَيْتَ اللَّهَ يُعْطِي الْعَبْدَ مِنْ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاج
“Bila engkau melihat Allah memberikan kepada seorang hamba sesuatu yang ia cintai berupa dunia atas kemaksiatan-kemaksiatannya, maka semua itu hanyalah Istidraj (tipuan dan pembiaran)”. [HR. Ahmad no.16.860, Thabrani dalam Al Ausath no.9268, Al Haitsami no.17.796, kata As Suyuthi rahimahullah dalam Jaam’us Shaghir no.625: Hasan, kata Al Albani rahimahullah dalam Shahih Al Jaami no.561: Shahih].
Menjelaskan hadits diatas, berkata Imam Ath Thibi rahimahullah:
ومعنى استدراج الله استدراجهم قليلا قليلا إلى ما يهلكهم ، ويضاعف عقباهم من حيث لا يعلمون ما يراد بهم ، وذلك أن تواتر الله نعمه عليهم مع انهماكهم في الغي ،
"Makna Istidraj (perangkap yang amat samar) dari Allah adalah Allah sengaja membiarkan mereka sedikit demi sedikit menuju sesuatu yang akan menghancurkan mereka. Dan melipatgandakan hukuman mereka dari sisi yang mereka tidak pernah menyangka akan sesuatu yang diinginkan (direncanakan) baginya. Dan (salah satu bentuk Istidraj/perangkap dari Allah kepada Ahlul maksiat) adalah Allah terus menerus memberikan kepada mereka nikmat dan mereka semakin asik dengan kemaksiatan.
فكلما جدد عليهم نعمه ازدادوا بطرا وجددوا معصية ، فيتدرجون في المعاصي بسبب ترادف النعم ، ظانين أن متواترة النعم أثرة من الله وتقريب ، وإنما هي خذلان منه وتبعيد….
Maka semakin Allah berikan kepada mereka tambahan nikmat yang baru kepada mereka, semakin bertambah kesombongannya dan bahkan mereka semakin bergelimang dengan kemaksiatannya. Akhirnya, mereka terus bergelimang dalam berbagai macam maksiat karena sebab berlimpahnya berbagai nikmat duniawi (datang kepada mereka), sedang mereka menyangka bahwa berlimpahnya nikmat duniawi kepada mereka adalah bukti keistimewaan dan kedekatan mereka dari Allah. Padahal itu semua adalah kehinaan (baginya) dari Allah dan penjauhan dari rahmat-Nya….“ (Mirqah Al Mafaatuh XV: 101)
Pada ujungnya orang yang diperangkap Allah dengan Istidraj ini akan kaget karena saat mereka dipuncak kenikmatan, maka Allah bisa datangkan padanya adzab secara tiba-tiba.
Hal ini sebagaimana disebutkan pada ayat berikut, Allah Ta'ala berfirman:
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّىٰ إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ
"Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa". (QS. Al-A'nam: 44)
Na’uudzu billaahi min dzaalik.
Karena itu ana sarankan agar kita tak tertipu dengan kenikmatan ini semua yang akan membawa kehancuran mengerikan. Bersabarlah atas apa yang Allah tetapkan pada kita.
Walhamdu lillahi rabbil ‘aalamiin, wa shallallahu ‘alaa Muhammadin.
http://dakwahmanhajsalaf.com/2019/10/mengapa-mereka-ahlul-maksiat-lebih-sukses-ekonominya.html
_________________________
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
JANGANLAH BERPRASANGKA BURUK TERHADAP SAUDARAMU.
Janganlah berprasangka buruk terhadap saudaramu, karena…
1️⃣ Allah melarangmu dari hal itu
2️⃣ Kebanyakan prasangka buruk merupakan bisikan yang didikte oleh iblis ke dalam hatimu
3️⃣ Jika toh ternyata prasangkamu ternyata benar, maka engkau tetap tdk mendapatkan pahala, bahkan bisa jadi engkau tetap berdosa karena Allah melarang berprasangka buruk terhadap saudara sesama muslim
4️⃣ Apalagi jika ternyata prasangka burukmu salah, dan inilah yang sering terjadi. Karenanya Nabi berkata ((Sesungguhnya persangkaan adalah pembicaraan yang paling dusta))
5️⃣ Buah dari prasangka buruk adalah engkau akan bermuamalah buruk terhadap Saudaramu, karena bawaanmu selalu curiga kepadanya
6️⃣ jika engkau berprasangka baik kepada Saudaramu dan ternyata persangkaanmu keliru, toh engkau akan mendapatkan pahala, karena engkau telah menjalankan perintah Allah. Seorang salaf berkata “Orang mukmin berusaha mencari alasan-alasan yang baik atas kesalahan saudaranya, adapun orang munafik maka mencari-cari kesalahan saudaranya”
7️⃣ Berprasangkalah baik kepada saudaramu maka engkau akan mendapati ketenangan dalam hatimu dan kebahagiaan.
Ditulis oleh:
Ustadz DR. Firanda Andirja MA, حفظه الله تعالى
========🌴🌴🌴🌴🌴========
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Bismillaah.
SYIRIK BESAR(AKBAR)
MEMAJANG FOTO ULAMA, HABIB,
SYAIKH, KYAI, WALI, AGAR BAROKAH. TERCELA DAN TERLAKNAT NYA MEREKA YANG MENJADIKAN PERANTARA KEPADA SELAIN ALLAH. ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA TIDAK BUTUH DI SEKUTUKAN. SEPERTI KELAKUAN KAUM NASRANI YANG MENJADIKAN FOTO YANG MEREKA ANGGAP NABI ISA SEBAGAI ANAK TUHAN. "BARANGSIAPA YANG MENYERUPAI SUATU KAUM, MAKA TERMASUK BAGIAN DARI MEREKA".
Nabi Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam telah melarang (mengancam) orang-orang yang menggambar/melukis benda-benda yang bernyawa.Terlebih lagi menggambar
/melukis orang-orang yang di agungkan seperti ulama (kyai, habaib, ustadz, guru besar), raja, pemimpin/panglima, orang-orang sholeh ataupun pemerintah. Baik gambar itu di pakaian, dinding, kertas dan lainnya, baik gambar itu dengan lukisan, photograph ataupun pahatan yang berbentuk patung. Dan Nabi juga melarang untuk menggantungkan gambar/lukisan itu didinding serta memajang patung-patung, karna semua itu merupakan wasilah/jalan yang dapat menyebabkan kepada kesyirikan. Karna awal terjadi kesyirikan di muka bumi ini adalah akibat gambar/lukisan dan patung.
Dulu terdapat beberapa orang laki-laki yang sholeh dari kaum Nuh alaihis salam. Tatkala mereka meninggal, maka kaum mereka dirundung kesedihan yang mendalam. Syetan pun datang dan menyuruh mereka untuk membuat patung-patung yang menyerupai mereka dan diberi nama sesuai dengan nama-nama mereka (yang telah meninggal) kemudian di letakkan di majlis tempat mereka biasa berkumpul, mereka pun melakukannya, akan tetapi mereka tidak menyembah patung itu (hanya untuk mengingat mereka). tatkala generasi yang membuat patung-patung itu telah meninggal, maka muncullah generasi yang baru (yang tidak tahu sejarah pantung itu) dan mereka pun menyembah patung-patung itu. Ketika Allah Subahanahu Wa Ta'ala mengutus Nabi Nuh alaihis salam untuk mencegah kesyirikan yang terjadi akibat patung-patung itu, kaumnya menolak da’wah beliau dan mereka tetap terus menyembah patung-patung itu yang telah berubah menjadi berhala.
{ وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا } ) نوح : 23 (
“Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr” Itu adalah nama-nama orang-orang sholeh dari kaum nuh yang telah di jadikan patung oleh kaumnya untuk di ingat, di kenang dan dimuliakan.
Lihatlah apa yang terjadi akibat lukisan-lukisan dan patung-patung itu, kesyirikan dan pembangkangan terhadap perintah nabi. Semua itu telah membuat mereka di binasakan oleh Allah dengan tofan dan air bah, dan juga mendapatkan murka dari Allah dan juga para Makhluk. Ini adalah sebagian dari bahaya lukisan dan patung.
Oleh karna itulah Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam melaknat para pelukis (tukang gambar). Beliau juga mengabarkan bahwa mereka itu (pelukis dan tukang gambar) adalah yang paling berat siksanya di hari kiamat kelak. Beliau juga mmerintahkan untuk melenyapkan semua gambar/lukisan dan mengabarkan bahwa malaikat tidak memasuki rumah yang didalamnya terdapat gambar/lukisan (makhluk bernyawa).
MENGGANTUNGKAN/MEMAJANG GAMBAR dan LUKISAN.
Menggantungkan dan memajang gambar/lukisan di dinding, meja dan lain sebagainya adalah di larang, dan diwajibkan bagi setiap orang yang mampu untuk mencopot/menurunkannya jika ia tidak mau merobeknya. Hal ini berdasarkan hadits-hadits berikut:
عن عائشة رضي الله عنها قالت : ( دخل علي رسول الله صلى الله عليه وسلم وقد سترت سهوة ( 1 ) لي بقرام ( 2 ) فيه تماثيل ( وفي رواية : فيه الخيل ذوات الأجنحة ) فلما رآه هتكه وتلون وجهه وقال : يا عائشة أشد الناس عذابا عند الله يوم القيامة الذين يضاهون بخلق الله. ) أخرجه البخاري ومسلم والسياق له (( وفي رواية : إن أصحاب هذه الصور يعذبون ويقال لهم : أحيوا ما خلقتم ثم قال : إن البيت الذي فيه الصور لا تدخله الملائكة ) قالت : عائشة : فقطعناه فجعلنا منه وسادة أو وسادتين [ فقد رأيته متكئا على إحداهما وفيها صورة ]
Dari Aisyah Radhiyallaahu 'anhaa dia berkata: suatu ketika Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam masuk ke dalam rumahku, dan saat itu aku menutupi rumahku dengan kain penutup yang terdapat gambar (bernyawa) padanya. Tatkala beliau meliahatnya, wajah beliau berubah (merah karna marah) dan beliau langsung menariknya dan bersabda: “ wahai Aisyah, sesungguhnya orang yang paling berat azabnya di hari kiamat nanti adalah orang yang mencoba menyaingi Allah dalam hal ciptaannya.” Dalam riwayat yang lain Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “sesungguhnya pemilik gambar-gambar ini akan di siksa pada hari kiamat nanti, kemudian diperintahkan kepada mereka: “hidupkanlah apa yang telah kalian ciptakan”. Kemudian Beliau bersabda lagi : “sesungguhnya rumah yang di dalam nya terdapat gambar/lukisan tidak akan di masuki oleh para malaikat”. Aisyah berkata: “ maka kami memotong kain itu dan menjadikannya satu/dua buah bantal, dan sungguh aku telah melihat beliau bertelekan (duduk) di atas salah satu bantal itu yang ada gambarnya.” (HR. Bukhori Muslim)
قوله صلى الله عليه وسلم : أتاني جبريل عليه السلام فقال لي : أتيتك البارحة فلم يمنعني أن أكون دخلت إلا أنه كان على الباب تمثال [ الرجال ] وكان في البيت قرام ستر فيه تماثيل وكان في البيت كلب فمر برأس التمثال الذي في البيت يقطع فيصير كهيئة الشجرة ومر بالستر فليقطع فليجعل منه وسادتين توطآن ومر بالكلب فليخرج [ فإنا لا ندخل بيتا فيه صورة ولا كلب ] وإذا الكلب [ جرو ] لحسن أو حسين كانت تحت نضد لهم ( وفي رواية : تحت سريره ) [ فقال يا عائشة متى دخل هذا الكلب ؟ فقالت : والله ما دريت ] فأمر به فأخرج [ ثم أخذ بيده ماء فنضح مكانه )حديث صحيح وهو مجموع من رواية خمسة من الصحابة : أبو هريرة والسياق له وعائشة وميمونة عند مسلم وأبو رافع وأسامة بن زيد عند الطحاوي بسند حسن(
Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda: “Malaikat Jibril mendatangiku tadi malam dan berkata: ‘aku telah mendatangimu tadi malam, akan tetapi aku tidak bisa masuk karna di pintu ada patung dan juga kain pintu yang ada gambar (bernyawa) nya serta seekor anjing. Maka adapun patung itu, maka penggallah/potonglah kepala nya sehingga ia menyerupai sebatang pohon, dan potonglah kain itu dan jadikanlah dua buah bantal, dan suruhlah anjing itu untuk keluar karna sesungguhnya kami tidak memasuki rumah yang di dalamnya terdapat gambar/lukisan dan anjing.” Dan ternyata anjing itu berada di bawah tempat tidurnya, anjing itu adalah milik hasan atau husein. Maka nabi bersabda: “hai Aisyah, kapankah anjing ini masuk?” Aisyah menjawab: “Demi Allah aku tidak tau” maka Nabi memerintahkan anjing itu untuk keluar.”
Artikel : Kitab Tauhid.
Penjelasan: Syaikh Abdullah Bin Abdul Aziz Bin Baz.
Al-Hikam: Hukum mengantungkan dan memajang foto, gambar, lukisan dan patung. Haram.
👤 Ustadz abu Fahran Abu Furaihan.
Media sunnah Aceh.
#DakwahTauhid #Dakwahsalaf #Salaf #IttibaRasul #TauhidkanAllah #MurnikanAqidah #Lailahaillah #HanyakepadaAllahkitamenyembah #Syirikdosabesar #Allahtidakridhodisekutukan #Allahmurka #AllahmelaknatmerekayangberbuatzalimkepadadiriNya #Nerakajahanamtempatkembali
〰〰〰〰〰〰〰
кαנιαи ιℓмιαн
🇦 🇳 🇳 🇦 🇧 🇦
TIDAK BOLEH SEORANG IBU BERPAKAIAN LINGERIE (SEXY) DI HADAPAN ANAK-ANAKNYA YANG MASIH KECIL.
Oleh Ustadz Berik Said hafidzhahullah
Lajnah ad Daa’imah (Lembaga Fatwa Arab Saudi) pernah ditanya seorang ibu yang dia menceritakan bahwa dirinya berpakaian lingerie (jika duduk akan terlihat apa yang ada di atas lutut) di hadapan suami dan anak-anaknya yang berusia 3-9 tahun. Suaminya tidak menyukai hal itu karena khawatir berdampak psikologis kelak pada anak-anaknya. Maka bagaimana hukum masalah ini ?
Berikut jawaban Lajnah ad Daa’imah atas pertanyaan di atas:
يجب عليك طاعة زوجك بالمعروف، ومن ذلك ما أمرك به من التستر والاحتشام عند أولادك، حتى لا يعتادوا رؤية العورات ومفاتن النساء، والذي يجوز كشفه للأولاد هو: ما جرت العادة بكشفه؛ كالوجه والكفين والذراعين والقدمين ونحو ذلك.
"Wajib bagimu mentaati suamimu dalam hal yang ma’ruf, termasuk (perkara yang ma’ruf itu adalah) diantaranya apa yang telah suami perintahkan kepadamu agar menutup aurat dan memiliki rasa malu di depan anak-anakmu, sehingga mereka tak terbiasa melihat aurat dan bagian tubuh wanita yang menarik.
Adapun yang boleh ditampakkan di hadapan anak-anak adalah apa yang biasa ditampakkan saja, seperti: wajah, tangan, lengan, kaki dan yang semisalnya". (Fatwa Lajnah ad Daa’imah No.20,576 yang saat itu masih diketuai oleh Syaikh Bin Baaz rahimahullah)
Syaikh Shalih Al-Fauzan hafidzhahullah juga berkata:
لا يجوز للمرأة أن تلبس القصير من الثياب أمام أولادها ومحارمها، ولا تكشف عندهم إلا ما جرت العادة بكشفه مما ليس فيه فتنة، وإنما تلبس القصير عند زوجها فقط.
"Seorang wanita tidak boleh memakai pakaian yang sexy/mini di depan anak-anaknya dan mahramnya, janganlah ia menampakkan tubuhnya melainkan apa yang biasa tampak yang tidak menimbulkan fitnah. Ia hanya boleh mengenakan pakaian yang sexy/mini di hadapan suaminya saja". (Al-Muntaqo min Fatawa asy-Syaikh Sholeh al-Fauzan, Fatwa no. 455)
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
https://dakwahmanhajsalaf.com/2019/06/bolehkah-seorang-ibu-berpakaian-sexy-di-hadapan-anak-anaknya-yang-masih-kecil.html
_________________________
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
BERBAIK SANGKA PADA SAUDARAMU.
“Jika sampai kepadamu berita tentang tindakan saudaramu yang tidak engkau sukai, maka berusahalah mencari alasan (berbaik sangka) kepadanya semampumu.
Jika engkau tidak mendapatkan alasan untuknya, maka katakanlah pada dirimu sendiri, 'Mungkin saudaraku itu mempunyai alasan yang tidak aku ketahui.'”
Abu Qilabah رحمه الله
[ Hilyatul Auliya - 2/285 ]
Sumber: https://www.instagram.com/p/B8JbzsihQL8/?igshid=dhg64eqaqsi1
〰〰〰〰〰〰〰
кαנιαи ιℓмιαн
🇦 🇳 🇳 🇦 🇧 🇦
HUKUM MENGUTUK PENYAKIT
Fadhilah As-Syaikh Ibnu Utsaimin رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَىٰ
»| Apabila dia mengatakan : "kalau sekiranya aku melakukan demikian tentu akan demikian" sebagai bentuk penyesalan dan kemarahan terhadap takdir, maka ini haram dan tidak boleh seseorang mengucapkannya, berdasarkan sabda Nabi - عَلَيهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ - :
«احرص على ما ينفعك، واستعن بالله، ولا تعجز، فإن أصابك شيء فلا تقل: لو أني فعلت لكان كذا وكذا، فإن لو تفتح عمل الشيطان، ولكن قل: قد قدر الله وما شاء فعل» .
"semangatlah kepada sesuatu yang bermanfaat bagimu, dan mintalah tolong kepada Allah, dan jangan lemah, dan jika sesuatu menimpamu maka jangan engkau katakan : kalau saja aku melakukan demikian tentu akan demikian dan demikian, karena kata 'kalau' akan membuka amalan syaitan, akan tetapi ucapkanlah : telah menjadi ketetapan Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi".
Dan inilah yang wajib bagi seorang insan untuk mengerjakan apa yang diperintahkan dan agar menerima apa yang telah ditakdirkan, karena senyatanya apa yang Allah kehendaki pasti terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki pasti tidak akan terjadi.
Adapun orang yang mengutuk penyakit dan apa yang menimpanya dari perbuatan Allah - Azza wa Jalla - maka ini termasuk dari kejelekan terbesar - na'udzubillah - karena kutukannya terhadap penyakit yang itu merupakan bagian dari takdir Allah Ta'ala sama halnya dengan mencela Allah - سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ - maka atas orang yang mengucapkan kalimat seperti ini untuk bertaubat kepada Allah, dan kembali kepada agama-Nya, dan agar dia tahu bahwa penyakit berdasarkan takdir Allah, dan bahwasanya apa yang menimpanya dari sebuah musibah maka itu disebabkan oleh ulah tangannya, dan Allah tidaklah mendzhaliminya, akan tetapi dialah yang telah berbuat dzhalim kepada dirinya. |«
📕 Majmu'Al-Fatawa (3/126).
_________________________
кαנιαи ιℓмιαн
🇦 🇳 🇳 🇦 🇧 🇦
OBAT HATI
Ustadz Abu Abd rahman bin Muhammad Suud Al-Atsary hafidzhahullah
قال ابي زكريا يحي بن شريف النووي رحمه الله ،
و قال السيد الجليل ذو المواهب و المعارف ، ابراهيم الخواص
دواء القلب خمسة :
- قرأة القرآن بألتدبر ،
- و خلاء البطن ،
- و قيام الليل ،
- و التضرع عند السحر ،
- و مجالسة الصالحين .
Berkata Imam Abu Zakariya Yahya bin Syarif An-Nawawy rahimahullah (dalam Kitab At-Tibyan fi Adabil Hamalatil Qur'an), berkata Imam Ibrahim Al Khawas:
Obat hati itu ada lima:
1) Membaca Al Qur'an dengan tadabbur.
2) Membiasakan puasa.
3) Shalat malam.
4) Berdzikir dengan kesungguhan di waktu sahur.
5) Berkumpul dengan orang shalih.
Wahai saudaraku, obat itu bermanfaat bila di minum, sedang membaca resep tanpa meminum obat adalah sebuah tindakan kebodohan. Maka dari itu, bagi setiap orang yang menginginkan untuk memiliki hati yang tenang, hendaknya ia menempuh sebab-sebabnya.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
https://dakwahmanhajsalaf.com/2020/04/obat-hati.html
_________________________
кαנιαи ιℓмιαн
🇦 🇳 🇳 🇦 🇧 🇦
HUKUM BERMAAF-MAAFAN MENJELANG RAMADHAN.
Oleh Ustadz Berik Said hafizhahullah
Tidak diragukan lagi, meminta maaf adalah perkara mulia dan dituntut oleh syari’at, serta dipuji bagi yang melakukannya, terlebih bagi yang mau memaafkan kesalahan orang lain. Terlalu banyak ayat Qur’an maupun hadits shahih yang menyebutkan hal ini, diantaranya ayat berikut:
Allah Ta'ala berfirman:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِا لْعُرْفِ وَاَ عْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِيْنَ
"Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh". (QS. Al-A'raf: 199)
Dalam sebuah hadits shahih disebutkan:
مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ، فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ اليَوْمَ، قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ
"Barangsiapa yang pernah berbuat aniaya (zhalim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun hendaklah dia meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari yang ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham. Jika dia tidak lakukan, maka (nanti pada hari kiamat) bila dia memiliki amal shalih akan diambil darinya sebanyak kezhalimannya. Apabila dia tidak memiliki kebaikan lagi maka keburukan saudaranya yang dizhaliminya itu akan diambil lalu ditimpakan kepadanya”. [HSR. Bukhari no.2449]
Kapan Permintaan Maaf dilakukan?
Sebaik-baiknya permintaan maaf hendaklah dilakukan begitu dia merasa telah melakukan kesalahan. Semestinya dia saat itu juga meminta maaf kepada orang yang merasa telah dizhalimimya, jangan menunda-nundanya, karena dia tidak tahu apakah dia masih akan hidup sampai besok atau tidak.
Dan Allah pun telah memerintahkan kita untuk bersegera dalam kebaikan. Tidak diragukan meminta maaf atas kesalahan adalah kebaikan yang bernilai tinggi. Maka mestinya disegerakan dan jangan ditunda-tunda.
Allah Ta’ala berfirman:
وَسَا رِعُوْۤا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَا لْاَ رْضُ ۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ ۙ
"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan Surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa". (QS. Ali 'Imran: 133)
Adapun menyengaja membiasakan meminta maaf menjelang datangnya Ramadhan baik lewat sms, telfon, atau lainnya, maka ini adalah sesuatu yang tidak memiliki sumber dari Al-Qur'an, As-Sunnah maupun amalan para Salaf radhiallahu 'anhum.
Andaikata mengkhususkan meminta maaf menjelang Ramadhan adalah sunnah, sudah pasti Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam akan menjelaskannya kepada kita, dan jelas para Salafpun akan segera menukilkan periwayatannya kepada kita, dan mereka yang paling bersemangat akan mengamalkannya. Maka hendaklah kita tidak melampaui batas. Apa yang Salaf kita tidak menganggapnya sebagai sunnah, maka janganlah kita menganggapnya sebagai sunnah.
Kesimpulannya, meminta maaf dan memberi maaf termasuk perbuatan amat mulia. Meminta maaf yang terbaik adalah dilakukan saat seseorang tersadar bahwa dirinya salah, maka ia mesti meminta maaf dan tidak perlu menunggu hari apalagi bulan tertentu. Membiasakan diri bermaaf-maafan menjelang Ramadhan dan apalagi menganggapnya sebagai bentuk ibadah, maka anggapan ini adalah bid'ah.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
https://dakwahmanhajsalaf.com/2020/04/hukum-bermaaf-maafan-menjelang-ramadhan.html
_________________________
Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Bismillahirrahmanirrahim.
KARTINI, SEBUAH DISTORSI SEJARAH (STUDI KRITIS TENTANG KEYAKINAN KARTINI).
Oleh Ustadz Abu Abd rahman bin Muhammad Suud Al-Atsary hafizhahullah
Allahu Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
تلك امة قد حلت ، لها ما كسبت و لكم ما كسبتم
"Mereka itu ummat terdahulu, bagi mereka amalan mereka, bagimu amalanmu". (QS. Al-Baqarah: 141)
Raden Adjeng Kartini (1879 - 1904).
Sesungguhnya tidaklah di kenal kontribusinya dalam sejarah kecuali sebagai korespondensi yang menghasilkan surat menyurat dengan teman-temannya di Eropa alumni 'Europa Lagere Scool' ELS, juga sebagai anak ningrat yang dekat dengan Belanda di Jepara - Rembang, di banding sebagian pejuang wanita muslimah lain, peran Kartini tidak ada, sekolah Kartini di dirikan setelah meninggalnya, lalu kenapa Kartini yang di tonjolkan ? Tidak lain untuk mengecilkan peran ummat Islam (distorsi) di pentas perjuangan.
Kartini memulai korespondensi sejak umur 20, dari tulisan Kartini kita bisa melihat "keyakinan" yang dianutnya.
Kartini Dan Pluralisme Serta Penghinaannya Pada Islam.
"Ya Tuhan, adakalanya aku berharap alangkah baiknya tidak ada agama itu, karena berlainan tempat menyeru Tuhan, berdirilah tembok yang membatasi hati, benarkah agama itu sebagai restu bagi manusia ? Tanyaku pada diri sendiri dengan bimbang hati". (Surat 6 Nov 1899)
Kartini Dengan Mistisme.
"Mengenai spiritisme yang dianut tuan Van kol dengan setia, saya senang sekali di ajarkan kepercayaan itu, bukan memangil rohnya, tapi mengenal indahnya ajaran itu, ajaran yang mendamaikan banyak hal, bahwa kegagalan kita sekarang adalah penebus dosa dari kehidupan sebelumnya melalui spiritisme kita memperoleh banyak nasihat dari dunia arwah". (Surat 15 Jul 1902)
Kartini Tidak Tahu Ajaran Islam.
"Apabila nyonya Abendanon bertemu teman nyonya, tuan snouck Hurgronje mohon tanyakan tentang hukum Aqil baligh di dalam undang-undang mereka, kami sendiri (orang Islam) tidak tau tentang hal itu".
Kartini Dan Ajaran Teosofi (Kebatinan Yahudi).
"Orang bilang, bahwa tanpa saya sadari sendiri telah menjadi penganut teosofi". (Surat 24 Agustus 1902)
Agama Kartini Islam?
"Sepanjang hemat kami, agama paling indah dan paling suci adalah agama kasih sayang, dan haruskah seorang untuk berbudi untuk memeluk Budha, Brahma, Kristen atau Islam ? Bahkan orang kafir dapat hidup dengan kasih sayang yang murni". (Surat 14 Des 1902)
"Agama sesungguhnya adalah kebatinan, bisa di peluk baik Kristen atau Islam". (Surat 31 Jan 1902)
"Kalau mau ajarkan agama pada orang Jawa, ajarkan kepada mereka Tuhan satu satunya bapa pengasih, tuhan semua ummat, baik Islam, Kristen, Budha, yahudi". (Surat 31 Jan 1903)
"Tidak peduli agama apa yang di peluk orang dan bangsa, jiwa mulia akan mulia". (Surat 5 Jun 1903)
*Kartini Tidak Percaya Akhirat Dan Surga Serta Neraka.*
"Tuhan kami adalah nurani, Surga dan Neraka kami adalah nurani, bila melakukan kejahatan nuranilah yang menghukum kami, bila melakukan kebaikan, nurani yang memberi karunia kami". (Surat 15 Agust 1902)
Istilah ```"Habis Gelap Terbitlah Terang"``` Bukan Dari Al-Qur'an Tapi Ajaran Kelompok Cahaya, Fremasonry.
Habis gelap terbitlah terang, Door Duisternis tot Licht adalah kalimat baiat kelompok cahaya Iluminati dan Fremasonry.
Kami tidak menghujat seorang yang telah mati, karena mereka telah bertemu amalnya, namun menerangkan dengan sebenarnya keyakinan Kartini selama hidup yang jarang di ketahui orang dan tidak ada petunjuk tertulis bahwa Kartini telah mengoreksi/merevisi pemahamannya, meski menjelang wafat di umur 29 tahun belajar dan bertemu seorang kyai, bernama kyai Soleh Darat. Dan hendaknya menjadi koreksi untuk para orang tua dan guru yang akan mengijinkan putra dan anak didiknya untuk merayakan hari Kartini. Wabillahi Taufiq
http://dakwahmanhajsalaf.com/2019/04/kartini-sebuah-distorsi-sejarah-studi-tentang-keyakinan-kartini.html
•┈┈•••○○❁🌻💠🌻❁○○•••┈┈•