Senin, 12 Muharram 1442 H / 31 Agustus 2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc.
📗 Kitab At-Tauhid
🔊 Halaqah 001: Muqaddimah (bagian 01)
Download audio: bit.ly/UAS-K-Tauhid-001
〰〰〰〰〰〰〰
MUQADDIMAH (BAGIAN 1)
بسم اللّه الرحم الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً
رب زدني علما وارزقني فهما
قال الله تعالى في كتابه الكريم: ياأيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا و أنتم مسلمون
فَإِنَّ أَصْدَقَ الحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، فكل محدثة في الدين بدعة، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ، أما بعد
Sahabat BiAS yang kami muliakan.
Syukur kita kepada Allāh atas nikmat dan karunia yang telah Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan, Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan kepada kita suatu kesempatan terbaik, dimana kita diberi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla untuk memperoleh dua nikmat.
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan di dalam hadītsnya:
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
"Dua nikmat yang sering dilalaikan banyak orang, nikmat sehat dan waktu luang."
Bersyukur kita kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, tatkala Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan kepada nikmat kesehatan dan kita gunakan nikmat itu untuk melakukan ketaatan.
Di antara bentuk ketaatan adalah kita berthalabul ilmi. Kita memperoleh suatu kesempatan untuk belajar meskipun melalui media audio.
Bersyukur kita kepada Allāh, manakala kita diberi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla suatu karunia dimana kita memiliki nikmat berupa sehatnya telinga. Sesuai petunjuk Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ketika kita berdo'a maka kita pun berdo'a:
اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَدَنِي ، اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي سَمْعِي ، اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَصَرِي ، لا إِلَهَ إِلا أَنْتَ
"Yā Allāh berikan kepada kami kesehatan pada badan kami, Yā Allāh berikanlah kepada kami kesehatan pada pendengaran kami, Yā Allāh berikanlah kami kesehatan pada penglihatan kami. Tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Engkau."
Di sini dua hal yang Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tekankan agar kita berdo'a terkait dengan panca indera.
⑴ Nikmatnya kita memiliki telinga.
⑵ Nikmatnya kita memiliki mata.
Karena sesungguhnya dengan dua nikmat ini seseorang bisa belajar.
Dia lah Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Dzat yang telah memberikan kepada kita suatu penjelasan dan Dia lah Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang telah memberikan kepada kalian pendengaran dan penglihatan.
Sahabat BiAS yang kami muliakan.
Untuk kesempatan kita kali ini, kita akan bahas kitāb Tauhīd. Dimana seorang muslim memiliki kewajiban untuk menjadi hamba Allāh yang bertauhīd.
Begitu kita berbicara masalah kitāb maka di sana akan kita jumpai adanya suatu pembahasan yang terkait dengan ilmu agama.
Berbeda tatkala kita bicara mengenai buku. Begitu seseorang menyebut buku maka seseorang bisa berkata buku biologi, buku bahasa Inggris, buku bahasa Indonesia.
Tetapi seseorang begitu berbicara biologi kemudian kita katakan kitāb biologi, kitāb matematika tentunya untuk orang Indonesia kurang cocok dan kurang pas.
Karena kitāb terkait dengan ilmu agama, seperti kitāb Bulughul Mahram, kitāb Tauhīd, kitāb Fathul Barī'. Tidak disebut buku Fathul Barī', bukan! Tetapi penisbatan yaitu dengan sebutan kitāb.
Dan begitu seseorang berbicara kitāb maka kita memiliki banyak arti termasuk di antaranya kumpulan ilmu pengetahuan.
Ataukah suatu tempat dimana disitu amal yang dilakukan oleh seseorang ditulis oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, sehingga semua kita menghadap Allāh dan masing-masing memiliki kitāb, yaitu catatan amal baik maupun amal buruk.
Sahabat BiAS yang kami muliakan.
Pembahasan kita adalah Kitāb At Tauhīd. Tauhīd berasal dari kata: وحد (wahhada), يوحد (yuwahhidu).
Kalau kita berbicara bilangan maka bilangan yang pertama adalah wahid, 7dalam bahasa Arab ada sebutan sifr (sifrun) artinya kosong. Sesudah kosong maka akan datang angka berikutnya yaitu wahīd (wahìdun).
Bilāl radhiyallāhu ta'āla 'anhu tatkala beliau mendapatkan suatu perlakuan yang buruk dari Ummayah ibnu Khalaf, dimana Bilāl ditarik ke padang pasir, kemudian disiksa, kemudian tidak muncul dari mulut Bilāl kecuali ucapan ahad, ahad.
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
"Dialah Allāh, Dzat yang Maha Esa."
Wahīd itu satu, seseorang menjadikan sesuatu hal yang banyak menjadi satu, sehingga dikatakan: wahhada - yuwahhidu.
Wahhada memiliki arti menyatukan, memperdamaikan, menjadikan sesuatu yang banyak menjadi satu pemikiran.
Seorang muslim hendaknya menjadi seorang yang muwahīd.
Tatkala kita berbicara materi dan materi kita adalah materi aqidah. Aqidah memiliki banyak nama diantara nama aqidah adalah tauhīd.
Aqidah adalah suatu keyakinan. Bila kita berbicara secara umum maka semua orang punya aqidah. Orang Yahūdi punya aqidah, orang Nashrāni punya aqidah, orang Majūsi punya aqidah, umat Islām punya aqidah.
Tetapi aqidah yang dimaksud oleh kaum muslimin adalah tauhīdullāh (meng-Esa-kan Allāh Subhānahu wa Ta'āla).
Sahabat BiAS yang kami muliakan.
Nama lain tauhīd adalah as sunnah. Ada suatu kitāb yang memiliki : السنة لابن عاصم , As Sunnah li ibnu ‘Āshim.
Ada juga kitāb yang dikenal dengan materi as sunnah juga yaitu Fiqul Akbar miliknya Imām Abū Hanifah.
Ada juga penamaan tauhīd dengan penamaan lain yaitu Ushūluddīn atau Ushūluddianah yang membahas juga tauhīd.
Begitu kita berbicara At Tauhīd maka disana ada penamaan lain pula diantara namanya adalah Asy Syariah, maka itu juga tauhīd, maka seorang memiliki satu kesempatan untuk bisa belajar.
Bagi kita yang barangkali mennjumpai suatu kitāb yang ; كتاب الشريعة للإمام الأجري , Kitābu Asy Syariah Lil Imām Al Ajury. Mungkin bayangan kitaz kitāb tersebut membahas masalah fiqih, akan tetapi kitāb tersebut membahas masalah tauhīd.
Demikian kajian kita pada kesempatan kali ini.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان لا اله الا انت استغفرك واتوب اليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 13 Muharram 1442 H / 01 September 2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc.
📗 Kitab At-Tauhid
🔊 Halaqah 002: Muqaddimah (bagian 02)
⬇ Download audio: bit.ly/UAS-K-Tauhid-002
〰〰〰〰x〰〰〰
MUQADDIMAH (BAGIAN 2)
بسم اللّه الرحم الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً
رب زدني علما وارزقني فهما
قال الله تعالى في كتابه الكريم: ياأيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا و أنتم مسلمون
فَإِنَّ أَصْدَقَ الحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، فكل محدثة في الدين بدعة، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ، أما بعد
Sahabat BiAS yang dimuliakan.
Pengarang memulai penulisannya dengan "Bismillāhirrahmānirrahīm", Bismillāhi (dengan menyebut nama Allāh), Arrahmāni (dzat yang Maha Pengasih), Arrahīmi (dzat yang Maha Penyayang).
Maka disebutkan di dalam sebuah hadīts yang diriwayatkan Ibnu Hibbān, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لاَ يُبْدَأُ فِيْهِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ فَهُوَ أَقْطَعُ
"Setiap perkara yang tidak dimulai dengan Bismillāhirrahmānirrahīm maka amalan tersebut adalah aqtha' (terputus)."
(Hadīts riwayat Ibnu Hibbān dan selainnya. Ibnu Shalah menyatakan hadīts ini hasan).
Di dalam riwayat lain dikatakan:
فَهُوَ أَبْتَرُ
Yang memiliki arti: ganjil atau tidak genap atau tidak sempurna.
Sahabat BiAS yang dimuliakan
Seorang muslim memulai aktifitasnya dengan Bismillāh, kapan kita memulai Bismillāh ?
Setiap aktifitas kita, khususnya tatkala kita hendak makan.
Ada shahābat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang bernama Umar ibnu Abī Salamah, beliau berkata:
كُنْتُ غُلاَمًا فِي حَجْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَتْ يَدِي تَطِيشُ فِي الصَّحْفَةِ، فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، «يَا غُلاَمُ، سَمِّ اللَّهَ
Dahulu aku besar dibawah naungan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, dan dahulu tatkala aku makan, aku biasa menjadikan tanganku tidak pernah menetap di suatu tempat, kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam memberikan satu arahan.
Beliau bersabda:
"Wahai anak kecil, jika kamu makan maka ucapkanlah bismillāh."
Dalam riwayat lain dikatakan:
إذَا أكَلَ أحَدُكُمْ طَعَاماً؛ فَلْيَقُلْ: بِسْمِ اللَّـهِ
"Jika salah satu di antara kalian hendak makan, maka ucapkanlah basmallāh."
Maka Basmallāh disini bisa dua hal, yaitu:
⑴ Ucapan Bismillāh itu sendiri.
⑵ Bismillāhirrahmānirrahīm
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memberikan arahan kepada Umar Abū Salamah dengan sabdanya:
وَكُلْ بِيَمِينِكَ
"Makanlah dengan tangan kananmu."
Dari sinilah kemuliaan Islām, tatkala seseorang menjadikan sesuatu, maka hendaknya hal tersebut dimulai dengan menggunakan tangan kanan.
Seperti:
√ Hendak memakai baju.
√ Hendak memakai celana.
√ Hendak memakai sandal.
√ Bahkan menyisir maka hendaknya mendahulukan sisi kanan dulu baru sisi kiri.
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:
وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ
"Makanlah makanan yang terdekat."
Apa yang dikayakan Umar bin Abī Salamah?
Dia berkata:
وتِلْكَ طِعْمَتِي بَعْدُ
"Dan itu adalah sifat tatkala aku makan, dan senantiasa aku memegang apa yang menjadi nasehat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam (yaitu membaca Basmallāh)."
Begitu juga kita dianjurkan untuk membaca Basmallāh tatkala kita memasuki awal surat Al Falaq.
Begitu juga sebelum membaca surat An Nas, maka kitapun membaca Basmallāh. Sebelum membaca surat Al Ikhlās membaca Basmallāh.
Kita dianjurkan membaca Basmallāh ketika memasuki awal surat, kecuali surat At Tawbah (Barā'ah), dimana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memberikan kepada kita petunjuk agar kita tidak membaca Basmallāh di awal surat At Tawbah.
Pengarang di sini mengatakan: Bismillāh, dengan menyebut nama Allāh.
Ketika seseorang membaca Basmallāh, dia yakin bahwasanya dirinya adalah dhaif. Begitu seseorang membaca Basmallāh maka dia yakin bahwasanya dirinya adalah lemah. Oleh karena itu seseorang sebelum melakukan aktifitas hendaknya membaca Basmallāh.
Ketika kita keluar dari rumah kita, kitapun membaca:
بِسْمِ اللَّهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ
"Dengan nama Allāh, aku bertawakkal kepada Allāh, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allāh."
(Hadīts riwayat Abū Dāwūd nomor 5095, Tirmidzī nomor 3426 dan dishahīhkan Syaikh Albāniy rahimahullāh)
Ketika hendak keluar rumah sebaiknya kita membaca do'a ini, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi dirumah kita. Bagi seorang laki-laki, begitu dia keluar dari rumah maka dia meninggalkan istrinya, anaknya, rumah dan harta yang ada di dalam rumah tersebut. Kita bertawakal kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Begitu seseorang keluar dengan membaca:
بِسْمِ اللَّهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّه
"Dengan nama Allāh, aku bertawakkal kepada Allāh, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allāh."
Maka kita serahkan kepada Allāh keamanan istri kita, anak kita, kesehatan mereka, keamanan harta yang kita miliki.
Jangan sampai kita pergi kemudian muncul pencuri, jangan sampai kita keluar kemudian terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan, kebakaran misalnya.
Maka di sinilah seseorang bertawakal kepada Allāh.
"Yā Allāh, aku tinggalkan rumahku, aku berserah diri kepada Mu."
Maka di sinilah Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Dzat yang senantiasa dimohonkan kepada-Nya untuk menjaga kita semuanya.
Do'a, ungkapan yang pendek ini yang kadang kita lupa, yaitu:
بِسْمِ اللَّهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ
لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّه
"Dengan nama Allāh, aku bertawakkal kepada Allāh, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allāh."
Tidak ada daya dan upaya, tidak ada kekuatan yang sempurna kecuali hanya milik Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Dan Dia lah Allāh yang melakukam segala sesuatu atas kehendak-Nya.
Nabi Nūh alayhissallām, tatkala hendak berlayar maka beliau pun berkata:
بِسْمِ ٱللَّهِ مَجْر۪ىٰهَا وَمُرْسَىٰهَآ
"Dengan menyebut nama Allāh di waktu berlayar dan berlabuhnya."
(QS Hūd: 41)
Di sinilah seorang mukmin menyatakan bahwasanya dirinya adalah lemah, maka dia kembalikan semua urusan yang dia miliki hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla semata. Karena Dia lah, Allāh Subhānahu wa Ta'āla Dzat yang Maha melakukan segala sesuatu.
√ Allāh Subhānahu wa Ta'āla Maha Kaya.
√ Allāh Subhānahu wa Ta'āla Maha Perkasa.
Dengan demikian seseorang ingat akan firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
"Segala puji bagi Allāh, Tuhan seluruh alam."
(QS Al Fātihah: 2)
Bisa diingat tatkala kita membaca: Alhamdulilāh (segala puji hanya milik Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Rabb yang mengatur alam semesta).
Begitu seseorang memahami ayat: رَبِّ الْعَالَمِينَ , maka dia akan meyakini bahwa Allāh adalah Dzat yang Maha segalanya.
√ Maha Perkasa.
√ Maha Bijaksana.
√ Maha Kuat.
√ Maha Memaksa.
Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan untaian sesudah: الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ , adalah bacaan: الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ.
Sebagaimana disebutkan di dalam Basmallāh, Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang."
Demikian kajian kita dikesempatan kali ini.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان لا اله الا انت استغفرك واتوب اليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 14 Muharram 1442 H / 02 September 2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc.
📗 Kitab At-Tauhid
🔊 Halaqah 003: Muqaddimah (bagian 03)
⬇ Download audio: bit.ly/UAS-K-Tauhid-003
〰〰〰〰〰〰〰
MUQADDIMAH (BAGIAN 3)
بسم اللّه الرحم الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً
رب زدني علما وارزقني فهما
قال الله تعالى في كتابه الكريم: ياأيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا و أنتم مسلمون
فَإِنَّ أَصْدَقَ الحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، فكل محدثة في الدين بدعة، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ، أما بعد
Sahabat BiAS yang kami muliakan.
Maka Ar Rahmān (الرَّحْمَٰنِ) adalah kasih sayang Allāh yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan kepada semua hamba-Nya, baik muslim maupun non muslim, semuanya memperoleh rahmat (kasih sayang Allāh) yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan kepada semua makhluk-Nya.
√ Semua dapat makan.
√ Semua dapat minum.
√ Semua dapat bernafas.
Subhānallāh (Maha Suci Allāh), Allāh adalah Dzat yang Maha Kaya. Allāh memberikan apa yang kita minta dan apa yang tidak kita minta.
Tidak ada di antara kita yang selama sepekan ini meminta kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla agar diberi oxigen. Tapi Allāh Subhānahu wa Ta'āla Maha Tahu akan apa yang menjadi kebutuhan hamba-Nya, maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberi tanpa diminta oleh hamba-Nya.
Ini adalah kasih sayang Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang Allāh berikan kepada semua makhluk-Nya.
Adapun Ar Rahīm (الرَّحِيمِ) adalah kasih sayang Allāh yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan kepada mereka orang-orang yang beriman.
Disebutkan di dalam Al Qur'ān, Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا
"Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang berimān."
(QS Al Ahzāb: 43)
Disebutkan di dalam hadīts shahīh, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
الراحمون يرحمهم الرحمن
"Sesungguhnya orang-orang yang memiliki belas kasih sayang maka akan disayangi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla."
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
"Hendaknya kalian memberikan kasih sayang kepada siapa saja yang berada di muka bumi, niscaya Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Dzat yang berada di langit, akan memberikan kasih sayang kepada kalian."
Dalam hadīts lain, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ شَرفَ كَبِيرِنَا
"Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi orang yang lebih muda dan tidak hormat kepada orang yang lebih tua."
Orang muda, mereka memerlukan bimbingan, mereka membutuhkan kasih sayang. Sedangkan orang tua, mereka memiliki hak untuk mendapatkan penghormatan.
Tatkala Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam hidup bersama dengan shahābatnya, ketika makanan hadir, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata:
"Dahulukan yang tua, dahulukan yang tua, dahulukan yang tua."
Bisa kita lihat, bagaimana perhatiannya Islām terhadap sesama. Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memberikan kepada kita agar kita memiliki akhlaq yang mulia dengan cara memuliakan orang tua dan menyayangi yang lebih muda.
Sahabat BiAS yang kami muliakan.
Berikutnya, tatkala kita berbicara akhlaq mulia tentunya akhlaq mulia itu ada pada tiga hal, yaitu:
⑴ Akhlaq mulia yang ada pada satu keadaan dimana seseorang senantiasa memiliki wajah yang riang (menyenangkan).
⑵ Akhlaq mulia yang senantiasa mengajak kepada kebaikan.
Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ
"Hendaklah saling tolong menolong dalam kebaikan."
⑶ Akhlaq mulia yang tidak akan mengerjakan perbuatan yang buruk, mencegah keburukan tidak melakukan hal-hal yang dusta.
Maka seorang harus ingat firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
"Janganlah kalian satu sama lain tolong menolong dalam perkara kemungkaran."
Demikian kajian kita pada kesempatan kali ini.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان لا اله الا انت استغفرك واتوب اليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 15 Muharram 1442 H / 03 September 2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc.
📗 Kitab At-Tauhid
🔊 Halaqah 004: Muqaddimah (bagian 04)
⬇ Download audio: bit.ly/UAS-K-Tauhid-004
〰〰〰〰〰〰〰
MUQADDIMAH (BAGIAN 4)
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله
Sahabat BiAS yang kami muliakan.
Setelah mualif (penulis) menyebut dengan:
بسم الله الرحمن الرحيم
Maka mualif berkata:
الحمد لله وصلى الله على محمد وعلى آله وسلم
Setelah membaca basmalah, perkara mulia yang wajib kita ucapkan tatkala kita hidup (adalah) mensyukuri nikmat dan karunia yang telah Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan.
Salah satu di antara bentuk syukur adalah kita: الحمد لله (Segala puji dan syukur hanya milik Allāh Subhānahu wa Ta'āla), karena nikmat dan karunia yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan kepada kita sangatlah banyak.
Seseorang tatkala memperoleh nikmat, maka yang terbaik adalah mengucapkan: الحمد لله.
Lalu bagaimana dengan seseorang yang dalam keadaan sakit?
Jika kita datang ke rumah sakit dan kita jumpai orang sakit, (misalnya) ketika kita menengok saudara kita yang sakit.
Yang pertama kali kita ucapkan adalah salam:
السلام عليكم ورحة الله و بركاته
Berikutnya akan muncul pertanyaan dari mulut kita, maka kita akan mengatakan:
"Apa kabar?" Bertanya kabar.
Apa yang akan kita dengar (jawaban dari saudara kita yang sakit ini)?
Dia pun akan berkata: "Alhamdulillāh."
Subhānallāh.
Orang yang sakit (dirawat di rumah sakit selama seminggu), ditanya kabarnya dia menjawab: “Alhamdulillāh."
Padahal kakinya patah tetapi dia (orang sakit itu) tetap mengucapkan: "Alhamdulillāh."
Ada juga yang sampai lumpuh, bahkan tidak bisa duduk tegak dan ketika ditanya kabarnya menjawab: "Alhamdulillāh."
Dia mengatakan: "Alhamdulillāh," dengan berharap memperoleh kesembuhan.
Oleh karenanya, orang arab menyebut hal ini dengan sebutan (istilah) "tafa'ulan", yaitu optimis untuk memperoleh kesembuhan bagi yang sakit.
Bukan berarti, patah tangannya kemudian dia berkata yang: "Puji syukur hanya pada Allāh," (mensyukuri patahnya tangan), bukan.
Tangannya patah atau kakinya patah, punggungnya patah dia berkata: "Bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla," bukan!
Tapi dia mengucapkan: "Alhamdulillāh," berharap memperoleh kesembuhan.
Maka yang tepat tatkala seseorang memperoleh sesuatu hal yang kurang menyenangkan maka berkata: "Alhamdulillāh alā kulli hal (Segala puji dan syukur hanya milik Allāh dalam semua keadaan)."
Contoh lain.
Mereka yang jualan dan jualannya tidak laku, begitu ditanyakan dia akan mengatakan: "Alhamdulillāh," dan dia berharap jualannya bisa laku dan lancar.
Berikutnya:
وصلى الله على محمد وعلى آله وسلم
Ini merupakan shalawat kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, pujian yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Sebagaimana malāikat memberikan pujian, maka seorang mukmin hendaknya memberikan pujian kepada Nabi kita (shallallāhu 'alayhi wa sallam).
Sebagaimana kita dengar setiap hari Jum'at:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Begitu kita membaca shalawat maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan:
مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا
"Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allāh akan bershalawat kepadanya sepuluh kali."
(Hadīts riwayat Muslim nomor 408)
Ini adalah kemuliaan yang ada pada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Tatkala kita menyebut (berbicara) tentang Nabi kita, maka selayaknya kita bershalawat kepada Beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam), karena Beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) adalah orang yang terbaik.
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam suatu ketika pernah bersabda:
أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ وَلاَ فَخْرَ
"Aku adalah anak cucu Ādam yang terbaik dan aku tidak membanggakan diri.”
Beliau juga bersabda:
لاَ تُطْرُوْنِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ
Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang-orang Nashrani telah berlebih-lebihan memuji ‘Īsā putera Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka kata-kanlah, "Abdullāh wa Rasūluhu (hamba Allāh dan Rasul-Nya).”
(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 3445)
Sahabat BiAS yang kami muliakan.
Mualif mengatakan:
الكتاب التوحد
Dan telah kita sampaikan sedikit terkait dengan Kitābu At Tauhīd dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah dzat yang Maha Esa.
Maka dia lah Allāh yang memberikan kepada kita suatu pernyataan:
وَإِلَـٰهُكُمْ إِلَـٰهٌۭ وَٰحِدٌۭ ۖ لَّآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلرَّحْمَـٰنُ ٱلرَّحِيمُ
"Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Dzat yang berhak disembah melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”
(QS Al Baqarah: 163)
Seorang mukmin memiliki kewajiban untuk meng-Esakan Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan Dia lah Allāh Subhānahu wa Ta'āla Dzat yang telah memberikan kepada kita suatu pernyataan:
وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.”
(QS Al Bayyinah: 5)
Kemuliaan bagi kita yang bertauhīd, kemuliaan bagi kita yang sama-sama mulai mengkaji Kitabul At Tauhīd, sehingga di dalam kehidupan ini masing-masing berharap untuk memperoleh kebaikan dan masing-masing berusaha untuk memperoleh suatu kemuliaan.
Dan tidak ada kemuliaan di atas kemuliaan yang ada di sisi Allāh kecuali kemuliaan tauhīd, karena sesungguhnya Allāh memberikan satu pernyataan:
فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًۭا صَـٰلِحًۭا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا
"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shālih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.”
(QS Al Kahfi: 110)
Demikian kajian kita pada kesempatan kali ini, in syā Allāh pada pertemuan yang akan datang kita akan membahas kelanjutan dari pembahasan Kitābu At Tauhīd.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان لا اله الا انت استغفرك واتوب اليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰