Jumat, 29 Maret 2019

Artikel Artikel Islami_4

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Banyak orang terbuai dunia. Hati mereka hanya disibukkan gemerlap dunia, sehingga melupakan kehidupan akhirat. Akibatnya, mereka lalai dari Khaliq mereka. Mereka abaikan syariat agama ini.

Allah Azza wa Jalla berfirman,
"Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan (atau lembah di neraka)." (QS. Maryam: 59)

Ada sebagian orang mengerjakan shalat. Namun tidak berefek positif pada kehidupan mereka. Mereka tidak memperhatikan adab-adab shalat, tidak konsisten menunaikan rukun dan adabnya. Yang ada, hanya gerakan fisik belaka namun kosong dari kekhusyukan. Seolah shalat itu hanya gerakan badan tanpa ada ruh dan hati.

Belum lagi keadaan mereka di luar shalat! Sebagiannya tetap saja bertutur kata kotor, berprilaku buruk, tak segan memakan haram, dan berbagai kemaksiatan lain masih ia langgar! Kadang timbul tanya, bukankah shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar? Lalu mengapa shalat mereka tidak membawa angin segar pada perangai mereka?

Jawabannya adalah, karena ruh shalat belum bisa mereka hadirkan, yaitu khusyuk. Allah Subhanahu wa Ta’ala mensifati kaum Mukminin bahwa mereka khusyuk dalam shalat dan sebagai balasannya, Allah memberikan kemenangan dan keberuntungan bagi mereka.

Allah Azza wa Jalla berfirman,
"Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya" (QS. Al-Mu’minun: 1-2)

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#shalat #khusyu #ingatAllah #dunia #sholat
_________________

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ketika menghadiri shalat Jum’at di masjid, tentu terdapat adab yang mesti diperhatikan. Di antara adab tersebut adalah diam ketika imam berkhutbah.

Ibnu Battol berkata, “Para ulama yang biasa memberi fatwa menyatakan wajibnya diam kala khutbah Jum’at.” (Syarh Al Bukhari, 4: 138, Asy Syamilah)

Memperingatkan orang lain ketika khutbah cukup dengan isyarat. Sebagaimana kata Imam Nawawi rahimahullah, “Jika kita ingin beramar ma’ruf kala itu, maka cukuplah sambil diam dengan berisyarat yang membuat orang lain paham. Jika tidak bisa dipahami, cukup dengan sedikit perkataan dan tidak boleh lebih dari itu.”

Pernyataan di atas didukung dengan hadits Anas bin Malik. Ia berkata, “Tatkala Rasulullahh shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di atas mimbar, berdirilah seseorang dan bertanya, “Kapan hari kiamat terjadi, wahai Nabi Allah?”. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam diam, tidak mau menjawab. Para sahabat lalu berisyarat pada orang tadi untuk duduk, namun ia enggan.” (HR. Bukhari no. 6167, Ibnul Mundzir no. 1807, dan Ibnu Khuzaimah no. 1796).  Hadits ini menunjukkan bahwa para sahabat melakukan amar ma’ruf ketika imam berkhutbah hanya dengan isyarat.

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#khutbah #shalatjumat #jumatan #khatib
___________________

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Saudariku muslimah, sekarang banyak kita jumpai fenomena yang sangat memprihatinkan dan menyedihkan hati. Banyak dari saudari-saudari kita yang terpesona dengan kehidupan dunia, sehingga timbul predikat ‘cewek matre’, yaitu bagi mereka yang menyukai laki-laki karena uangnya.

Ada juga diantara saudari kita yang memilih laki-laki hanya karena fisiknya saja. Ada juga diantara mereka yang menyukai laki-laki hanya karena kepintarannya saja, padahal belum tentu kepintarannya itu akan menyelamatkannya, mungkin justru wanita itu yang akan dibodohi.

Sebenarnya tidak mengapa kita menetapkan kriteria – kriteria tersebut untuk calon pasangan kita, namun janganlah hal tersebut dijadikan tujuan utama, karena kriteria-kriteria itu hanya terbatas pada hal yang bersifat duniawi, sesuatu yang tidak kekal dan suatu saat akan menghilang.

Lalu bagaimana solusinya? Saudariku, sebagai seorang muslim, standar yang harus kita jadikan patokan adalah sesuatu yang sesuai dengan ketentuan syariat. Karena hanya dengan itu kebahagian hakiki akan tercapai, bukan hanya kebahagian dunia saja yang akan kita dapatkan, tapi kebahagiaan akhirat yang kekal pun akan kita nikmati jika kita mempunyai pasangan yang bisa diajak bekerjasama dalam ketaatan kepada Allah.

Diantara kriteria-kriteria yang hendaknya kita utamakan antara lain:

1. Memilih calon suami yang mempunyai agama dan akhlak yang baik

2. Memilih calon suami yang bukan dari golongan orang fasiq, yaitu orang yang rusak agama dan akhlaknya, suka berbuat dosa, dan lain-lain.

3. Laki-laki yang bergaul dengan orang-orang sholeh.

4. Laki-laki yang rajin bekerja dan berusaha, optimis, serta tidak suka mengobral janji dan berandai-andai.

5. Laki-laki yang menghormati orang tua kita.

6. Laki-laki yang sehat jasmani dan rohani.

7. Mau berusaha untuk menjadi suami yang ideal, diantaranya: Melapangkan nafkah istri dengan tidak bakhil dan tidak berlebih-lebihan; memperlakukan istri dengan baik, mesra, dan lemah lembut

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#harta #matre #cowok #ganteng #tampan
▪▪▪☆☆☆▪▪▪☆☆☆

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Khotbah Simple tapi Mengena!

Khutbah Jumat kemarin di MRPI simple, tapi sangat mengena. Khatib adalah Prof. Dr. H. Yunasril, M.A., dosen UIN Jakarta Syarif Hidayatullah.

Menurut beliau, semangat pemberdayaan ekonomi umat belakangan ini yg dimotori alumni 212 sangatlah bagus dan perlu diapresiasi. Tapi ada satu hal yg kita tidak boleh lupa bahwa SELAMA UMAT ISLAM MASIH MEROKOK, maka SELAMANYA ekonomi umat akan terserap dengan mudah ke para TAIPAN/CUKONG ROKOK.

Ilustrasinya begini, jumlah rokok yg terjual setiap hari di Indonesia mencapai 90 juta bungkus. Yakinlah kita bahwa setidaknya 80% dari itu pembelinya adalah umat Islam. Bila satu bungkus rokok dibeli seharga Rp 10.000 (meski kenyataannya harga sebungkus rokok sudah di atas itu), maka setiap hari Rp 900 milyar uang masuk kantong para pemilik industri tembakau.

Bila sehari Rp 900 milyar terbakar, maka dalam 4 hari saja jumlahnya mencapai Rp 3,6 trilyun rupiah. Bandingkan dengan total jumlah WAZIS yg terkumpul dari semua LAZIS di tahun 2016 di seluruh Indonesia yg "hanya" Rp 3,7 trilyun, itu artinya jumlah ZIS yg dikumpulkan dengan susah payah selama satu tahun penuh ternyata sama besarnya dengan uang yg "dibakar" lewat rokok selama 4-5 hari saja!!  Ini adalah perbandingan yg luar biasa mencengangkan!!

Seandainya umat Islam kompak dengan penuh kesadaran berhenti merokok selama satu pekan saja, maka lihat berapa uang rokok tersebut bila disisihkan utk dana pemberdayaan umat. Luar biasa, 'kan? Bagaimana bila umat Islam berhenti merokok sama sekali dan uang rokok kompak disisihkan utk dana pemberdayaan ekonomi umat? Yakinlah insyaAllah umat Islam akan maju.

Siapa saat ini yang mayoritas menguasai industri rokok dari hulu hingga hilir? Tentu kita tahu jawabannya. Mereka itu 40-50 tahun lalu disebut sebagai tauke atau cukong dengan kepemilikan satu gudang tembakau dan satu pabrik rokok. Sekarang ini, anak-cucu mereka bukan lagi sekedar cukong atau tauke, melainkan mereka sekarang disebut taipan atau konglomerat. Cek saja, dari data Majalah Forbes, berapa dari mereka yg masuk 50 besar orang terkaya di Indonesia atau bahkan Asia?  Mereka jadi besar tidak lain dari hasil rokok yg dibeli oleh puluhan juta umat Islam.

Sekarang mereka bilang sebagai taipan, mereka besar bukan dari rokok saja.  Sekarang mereka punya pertambangan besar, real estate/properti raksasa, hingga perkebunan yg luas. Padahal semua itu modalnya didapat dari hasil industri tembakau juga. Sampai sekarang industri tembakau masih jadi pemasukan utama mereka. Selama umat tetap merokok, maka mereka akan terus semakin kaya!

Lihatlah, buruh tembakau adalah buruh yg --maaf-- hidup mengenaskan. Mereka miskin di bawah kaki para taipan yg luar biasa kaya. Siapa para buruh tembakau ini? Mereka mayoritas umat Islam juga. Padahal bos-bos mereka kaya raya dari hasil jual rokok yg dibeli umat Islam.

Para pecandu rokok sulit percaya bahwa rokok itu beracun dan bisa membunuh penghisapnya pelan2. Bila ada makanan atau minuman pada kemasannya ditulis "Beracun dan Membunuh", maka orang nggak ada yg berani beli dan memakannya. Anehnya, biarpun pada kemasan rokok sudah ditulis demikian, tetap saja orang beli dan menghisapnya tanpa ragu.

Jadi umat Islam harus berhenti merokok SEKARANG JUGA! Alasannya bukan karena kesehatan, tapi alasan pemberdayaan ekonomi umat! Kalo alasan kesehatan 'kan para perokok sudah nggak percaya, meski sudah dibilang bahwa para taipan dan cukong itu sendiri tidak mau menghisap rokok yg mereka jual. Alasan PEMBERDAYAAN UMAT saat ini jauh lebih relevan utk berhenti merokok.

Berhentilah merokok sekarang juga dan sisihkan uang rokok tersebut secara berjamaah utk membangun perekonomian umat. Ekonomi umat harus dibangun secara bersyarikat, seperti halnya Syarikat Dagang Islam (SDI) yang dibangun oleh H. Samanhudi di Surakarta pada tahun 1911. Jadi sudah lebih dari satu abad lalu tokoh umat Islam mempelopori pemberdayaan umat secara bersyarikat atau berjamaah, tidak bisa ekonomi dibangun sendiri-sendiri. Umat Islam tinggal mencontoh dan melanjutkan apa yang sudah pernah dilakukan oleh SDI H. Samanhudi di masa lalu.

(disarikan dari Khutbah Jumat oleh Prof. Dr. H. Yunasril Ali, M.A. di Masjid Raya Pondok Indah hari Jumat, )
○●○●○●○●

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Sebenarnya, sangat mudah mengetahui seperti apa cerminan diri seseorang. Cukup dengan melihat bersama siapa saja dia sering bergaul, seperti itulah cerminan diri orang tersebut.

Kenyataan ini telah dipaparkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

"Seorang mukmin cerminan dari saudaranya yang mukmin" (HR. al-Bukhari dalam al-Adabul -Mufrad no. 239)

Kalau seorang biasa berkumpul dengan seseorang yang hobinya berjudi, maka kurang lebih dia seperti itu juga. Begitu pula sebaliknya, kalau dia biasa berkumpul dengan orang yang rajin shalat berjamaah, maka kurang lebih dia seperti itu.

Hati dan pemikiran seseorang terkadang tidak dapat ditutupi meski terkadang seseorang itu menampakkan kebaikan. Sehingga orang yang baik akan cenderung berteman dengan orang baik. Orang yang tabiatnya bermasalah pun akan cenderung bersama dengan orang yang tabiatnya serupa.

Allah Azza wa Jalla menciptakan ruh dan menciptakan sifat-sifat khusus untuk ruh tersebut. Di antara sifat ruh (jiwa) adalah dia tidak mau berkumpul dan bergaul dengan selain jenisnya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menegaskan hakekat ini dengan bersabda:

"Ruh-ruh itu bagaikan pasukan yang berkumpul (berkelompok). (Oleh karena itu), jika mereka saling mengenal maka mereka akan bersatu, dan jika saling tidak mengenal maka akan berbeda (berpisah)." (HR. al-Bukhari no. 3336 dan Muslim no. 6708).

#cariteman #pilihpergaulan #memilihsahabat #perkumpulan
○●○●○●○●○●○●

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Perlu kita sadari bahwa kesenangan dunia dan kesengsaraannya adalah ujian dari Tuhan semesta alam. Apakah menjadi hamba yang bersyukur saat diberi nikmat dan sabar saat diberi cobaan, ataukah sebaliknya. Karena dunia ini adalah negeri tempat ujian dan cobaan.

Allah ‘azza wajalla berfirman,
“Wahai manusia, Kami akan menguji kalian dengan kesempitan dan kenikmatan, untuk menguji iman kalian. Dan hanya kepada Kamilah kalian akan kembali” (QS. Al-Anbiya: 35).

Ikrimah –rahimahullah– pernah mengatakan,
“Setiap insan pasti pernah merasakan suka dan duka. Oleh karena itu, jadikanlah sukamu adalah syukur dan dukamu adalah sabar.”

Senang dan duka adalah sunatullah yang pasti mewarnai kehidupan ini. Tidak ada seorang manusia pun yang terus merasa senang, dan tidak pula terus dalam duka dan Kesedihan. Semuanya merasakan senang dan duka datang silih berganti. Jangankan kita, generasi terbaik umat ini, para wali Allah, yakni para sahabat Nabi shallallahu’alaihi wa sallam pun pernah dirundung kesedihan.

#sedih #bahagia #nangis #duka #ujian #senang
¤●¤●¤●¤●¤
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

BULAN SYA'BAN, PEMBUKAAN BULAN RAMADHAN

🔹 Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah berkata:

"Karena bulan Sya'ban itu seakan seperti pembukaan bulan Ramadhan, maka pada bulan tersebut disyariatkan amalan-amalan yang disyariatkan pada bulan Ramadhan, seperti puasa dan membaca al-Qur'an.

Hal ini agar siap menyambut Ramadhan dan jiwa menjadi terlatih dalam ketaatan kepada ar-Rahman."

📚 Latha-if al Ma'arif fima li mawasim al-'Am min al-Wazha-if hal: 258

قال الحافظ ابن رجب -رحمه الله- :

"لما كان شعبانُ كالمقدمة لرمضان، شُرعَ فيه ما يُشرَعُ في رمضان، من الصيامِ وقراءةِ القرآن؛

ليحصُل التأهُبُ لتلقي رمضان، وترتاضَ النفوسُ بذلك على طَاعةِ الرحمنِ".

📚 لطائف المعارف فيما لمواسم العام من الوظائف : (ص ٢٥٨ )

📑 Majmu'ah Manhajul Anbiya
○¤●¤○¤●¤○
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Tatkala lembaran catatan amal dibagikan, setiap umat berlutut di atas lutut mereka dan menanti panggilan untuk menghadap Rabb semesta alam. Allah Ta’ala berfirman:

“Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Jaatsiyaat: 28).

Semua berlutut menunggu dipanggil untuk menghadap Rabb semesta alam. Ketika seorang hamba tahu bahwa dirinyalah yang dicari dengan panggilan itu, maka seruan itu akan langsung menggetarkan hatinya. Tubuhnya gemetar dan ketakutan yang besar langsung menyelimutinya. Berubahlah rona wajahnya dan menjadi hampalah pikirannya. Kemudian kitab catatan amalnya dibentangkan dan dibuka di hadapannya. Lalu dikatakan kepadanya:

“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.” (QS. Al-Isro’: 13-14)

Pada saat itulah semua manusia akan teringat apa yang dulu telah ia lakukan. Semua telah tercatat dengan lengkap dan tiada kekeliruan sedikit pun.

Sebagian ulama mengatakan, “Sungguh, Allah telah berlaku adil, karena menjadikan dirimu sebagai penghisab atas dirimu sendiri.”

Sungguh tepat perkataan ini. Adakah kebijaksanaan yang lebih adil selain itu? Dikatakan kepadanya: “Silakan periksa, inilah amal perbuatanmu dan silakan engkau hisab sendiri!” Bukankah ini kebijaksanaan yang paling adil?! Bahkan inilah kebijaksanaan yang paling adil. Pada hari Kiamat kelak, kitab catatan amal akan dibentangkan dan dibuka di hadapan masing-masing hamba tanpa tertutup sedikitpun. Ia akan membacanya dan akan jelas baginya bahwa pada hari ini dan di tempat ini, ia telah melakukan ini dan ini. Semua telah tercatat tanpa penambahan dan pengurangan sedikit pun. Jika ia mengingkari dengan lesannya, maka lesannya akan dikunci dan bangkitlah para saksi yang akan memberikan kesaksian atasnya.

Allah Ta’ala berfirman,
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan kaki mereka memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS. Yaasiin: 65)

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Berjuang Mengikuti Kebenaran

Tidakkah kita lihat bahwa banyak orang terseret dalam kesesatan gara-gara fanatik kepada tokoh dan orang-orang yang dia kagumi secara berlebihan? Apabila kita buka kembali pelajaran aqidah maka kita akan menemukan bahwa salah satu bentuk thaghut adalah para tokoh yang dijadikan panutan dalam kesesatan dan penyimpangan dari jalan tauhid dan keimanan. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Thaghut adalah segala sesuatu yang membuat hamba menjadi melampaui batasan/berlebih-lebihan kepadanya baik dengan cara disembah, diikuti, atau ditaati.”

Di dalam Kitab Tauhid juga kita bisa mendapatkan pelajaran bahwa ketaatan kepada ulama atau umara dalam hal menghalalkan apa yang diharamkan Allah atau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah menjadikan mereka sebagai sosok sesembahan tandingan bagi Allah. Oleh sebab itu kita dapati para ulama salaf adalah orang-orang yang sangat tidak berambisi kepada kepemimpinan. Mereka berprinsip; lebih baik menjadi pengikut dalam kebenaran daripada menjadi pemimpin dalam kesesatan. Sebab yang menjadi ukuran adalah kesesuaian dengan Sunnah dan kebenaran, bukan perkara apakah dia menjadi pemimpin atau pengikut.

Oleh : Ustadz Ari Wahyudi hafizhahullah ta'ala
(www.al-mubarok.com)
○●○●○●○●

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan beberapa contoh di dalam Al Quran, bahwa pilihan Allah adalah yang terbaik, yang terkadang di luar imajinasi kita, di luar dugaan kita, di luar daya hayal kita.

Contohnya seperti kisah Nabi Yusuf ‘alaihissalam. Allah Ta’ala menyebutkan kisah yang sangat luar biasa tentang Nabi Yusuf di dalam Alquran. Lihatlah! Rentetan ujian yang dihadapi Nabi Yusuf ternyata semua itu kesimpulannya adalah anugerah, kesimpulannya adalah karunia, Allah hendak mengangkat Nabi Yusuf sebagai seorang pembesar di negeri Mesir bahkan seorang raja.

Sesungguhnya Allah lebih mengetahui kemaslahatan yang terbaik bagi seorang hamba daripada hamba itu sendiri karena Dialah yang mencipta sang hamba, dan Pencipta lebih paham tentang ciptaannya. Kita boleh berencana boleh bercita-cita, tapi yakinlah, jika kita telah berusaha dan berdoa maka keputusan Allah itulah yang terbaik bagi kita, meskipun terkadang menurut kasat mata kita itu adalah buruk bagi kita.

Seorang ulama salaf berkata, "Aku heran dengan seseorang yang tidak ridho dengan pilihan Allah untuknya!!!, dia yang lebih mengetahui kemaslahatan dirinya ataukah Penciptanya??

Segala sesuatu yang terjadi pada seorang muslim dan hal tersebut tidak sesuai dari apa yang diharapkannya adalah salah satu bentuk kasih sayang-Nya. Ujian itu hadir dengan tujuan menuntut mereka menuju kesempurnaan diri dan kesempurnaan kenikmatan-Nya. Jangan buru-buru mencela musibah yang Allah berikan, yakinlah ketetapan Allah adalah yang terbaik.

Allah juga berfirman:
“Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa’: 19)

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#ridhokeputusanAllah #ikhtiar #ridho #sayang
○●○●○●○●○
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

KAJIAN USTAD YAZID BIN ‘ABDUL QADIR JAWAS -hafizhahullaah- (di Masjid Al-Fitrah RS. Pindad, Bandung)

[1]- (Kita berharap) dengan memahami dan mengamalkan Islam berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah dengan pemahaman Salaf: mudah-mudahan kita dimasukkan oleh Allah ke dalam Surga-nya.

[2]- Maka, sesuai dengan judul dari kajian ini: Keutamaan dan Kewajiban Penuntut Ilmu dan Ulama di Zaman Fitnah; maka yang dimaksud dengan zaman fitnah adalah: zaman yang dipenuhi dengan fitnah.

Fitnah sudah ada sejak wafatnya Nabi -shallallaaahu ‘alaihi wa sallam-, beliau bersabda: Nanti akan terjadi fitnah. Para Shahabat bertanya: Bagaimana dengan kita wahai Rasulullah? Beliau menjawab:

تَرْجِعُوْنْ إِلَى أَمْرِكُمُ الْأَوَّلِ

“Kalian kembali kepada perkara kalian yang pertama.” [HR. Ath-Thabrani]

[3]- Fitnah ada dua:

1. Syahwat, berkaitan dengan: dunia, wanita, harta, kedudukan, jabatan.

2. Fitnah Syubhat, berkaitan dengan: pemahaman, golongan, pemikiran, dan aliran (yang sesat).

FITNAH SYAHWAT

[4]- Fitnah Syahwat merusak tujuan manusia, yang harusnya tujuan mereka hidup di dunia untuk beribadah kepada Allah; kemudian mereka berpaling darinya dikarenakan Fitnah Syahwat ini. Padahal Allah berfirman:

{وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ}

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”(QS. Adz-Dzariyat: 56)

Dengan ibadah kita; maka kita ingin masuk Surga, tapi karena Fitnah Syahwat ini seorang bisa berpaling dari tujuan ini. Maka orang yang terkena fitnah dunia: ketika masuk dalam ibadah; menjadi rusak niatnya. Hal ini menjangkiti semua kalangan: orang awam, da’i, sampai ulama. Dan kalau sudah terkena; maka sulit untuk hilang. Terkadang diingatkan dan dia pun ingat, akan tetapi kemudian kembali terkena fitnah dunia ini; baik karena dia ingin kaya atau ingin mendapatkan jabatan. Maka ini merusak agama, sebagaimana disabdakan oleh Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-:

مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلاَ فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ

“Tidaklah dua serigala dilepas di tengah-tengah kerumunan kambing lebih merusak terhadap agama seseorang daripada ketamakan atas harta dan kemuliaan.”

Serigala ketika sudah kenyang; maka ditinggalkan. Adapun manusia; maka akan terus tamak sampai habis. Hal ini berlaku baik dalam masalah dagang maupun politik.

[5]- Dan Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً، وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ

“Setiap umat memiliki fitnah (ujian), dan fitnah ummatku adalah harta.” [HR. At-Tirmidzi, Ahmad, dan lainnya]

مَا تَرَكْتُ بَعْدِيْ فِـتْنَةً هِيَ أَضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Tidaklah aku tinggalkan bagi laki-laki sebuah fitnah/ujian yang lebih berbahaya dibandingkan kaum wanita.” [Muttafaqun ‘Alaihi]

Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- mengkhawatirkan umatnya akan berlomba-lomba dalam urusan dunia, beliau bersabda:

فَوَاللهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ، وَلَكِنِّي أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ، كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا، وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ

“Demi Allah, tidaklah kefakiran/kemiskinan yang aku takutkan menimpa kalian, akan tetapi yang aku takutkan adalah dibentangkannya dunia kepada kalian sebagaimana telah dibentangkan kepada umat-umat sebelum kalian, sehingga kalian pun saling berlomba-lomba terhadapnya sebagaimana mereka berlomba-lomba, maka dunia itu membinasakan kalian sebagaimana telah membinasakan mereka.” [Muttafaqun ‘Alaihi]

[6]- Bukan mustahil seorang ulama rusak karena dunia.

Seorang yang punya titel dan sudah belajar di luar negeri kemudian pulang: menjadi rusak karena dunia, padahal dunia lebih jelek dari bangkai kambing, sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-. Dan beliau juga bersabda:

لَوْ كَانَتْ الدُّنْيَا تَزِنُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ، مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا قَطْرَةً أَبَدًا

“Kalaulah dunia di sisi Allah sebanding dengan sayap nyamuk; tentulah Dia tidak akan memberikan minum kepada orang kafir setetes pun selama-lamanya.”

Kalau seorang bicara politik; maka masuk mana? Masuk dalam masalah dunia. Dan kita lihat banyak ustadz-ustadz yang ngompol -ngomong politik-, sampai dalam khuthbah Jum’at dan kajian. Padahal apakah orang-orang politk membela agama, membela Tauhid, dan menghancurkan kesyirikan? Tidak. Yang dikejar hanyalah dunia dan jabatan. Kalau kampanye; memang mereka meneriakkan bela agama, akan tetapi isinya hanyalah kebohongan. Dan, kalau antum ikut bela politik; maka nomor berapa pun yang antum bela: antum akan bergabung dengan berbagai kelompok.

[7] Maka, dakwah harus ikhlas dengan kita mengharap pahala dari Allah dan agar umat faham terhadap agama Allah.

Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- pernah ditanya tentang mukmin yang paling berakal (cerdas); maka beliau menjawab:

أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا، وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا، أُولَئِكَ الْأَكْيَاسُ

“Yang paling banyak mengingat kematian dan paling bagus persiapannya untuk menghadapi setelah kematian, itulah orang-orang yang berakal.”

Maka orang yang mengejar dunia:

1. Seolah-olah dia tidak beriman terhadap akhirat.

2. Akal dia tidak waras.

Kalau dia beriman terhadap kehidupan akhirat; tentunya dia akan sibuk dengan amal shalih untuk bersiap-siap menghadapi kehidupan di akhirat. Allah berfirman:

{بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا * وَالآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى}

“Sedangkan kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia, padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’laa: 16-17)

Allah juga berfirman:

{كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ}

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga; maka sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. Ali ‘Imraan: 185)

Banyak yang tertipu dengan dunia; baik orang awam, penuntut ilmu, maupun ulama, kecuali orang-orang yang dirahmati oleh Allah.

Kalau orang yang berakal disuruh memilih: dia hidup di dunia 60 s/d 70 tahun, sedangkan di akhirat selama-lamanya; pasti orang yang berakal memilih akhirat.

[8]- Dan disebutkan oleh Imam Ibnul Qayyim -rahimahullaah- dalam ‘Uddatush Shaabiriin: “Cinta dunia adalah sumber berbagai dosa.”

Ketika orang-orang mengadakan ritual kesyirikan dan kebid’ahan; maka mereka melakukannya karena mencari dunia. Ada sebagian orang yang melarang kajian Sunnah yang dengan terang-terangan mengatakan alasannya melarang: karena di kajian Sunnah dibahas kejelekan dari kesyirikan dan kebid’ahan; sedangkan itu adalah sumber pemasukan mereka.

Dan tetap kita sampaikan yang haq itu haq dan yang bathil itu bathil. Kalaupun orang tidak menerimanya; maka itu tidak masalah, karena kita tidak mencari banyaknya orang. Jangan sampai kita mengikuti ulama Ahli Kitab yang Allah firmankan tentang mereka:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِنَ الأحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ...}

“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya banyak dari orang-orang alim dan rahib-rahib (dari kalangan Ahlul Kitab) mereka benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil, dan (mereka) menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah…” (QS. At-Taubah: 34)

Kita setiap hari berdo’a agar jangan sampai mengikuti Ahlul Kitab:

{اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ * صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ}

“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-Fatihah: 6-7)

“mereka yang dimurkai” adalah orang-orang Yahudi, dan “mereka yang sesat” adalah orang-orang Nashrani.

FITNAH SYUBHAT

[9]- Pembahasan yang kedua adalah tentang Fitnah Syubhat, yaitu yang berkaitan dengan: aliran, golongan, dan pemikiran sesat. Fitnah ini merusak ilmu dan pemahaman (terhadap agama). Bisa jadi seorang hafal Al-Qur-an, akan tetapi rusak ilmunya; seperti kaum Khawarij, yang mereka meyakini: pelaku dosa besar adalah kafir dan kekal di Neraka.

[10]- Orang yang terkena syubhat; mungkin tidak tertarik dengan dunia, seperti Khawarij ini, bahkan mereka menjauhi dunia. Dan yang bisa mengembalikan mereka kepada kebenaran adalah orang berilmu, seperti Ibnu ‘Abbas yang mendebat Khawarij, dan ahirnya banyak dari mereka yang bertaubat. Dan Khawarij ini ada pada setiap zaman, bahkan sampai akhir zaman; dimana mereka menjadi pengikut Dajjal -sebagaimana disebutkan dalam hadits-. Mereka membaca Al-Qur-an akan tetapi tidak melewati tenggorokannya.

[11]- Imam Adz-Dzahabi -rahimahullaah- berkata:

الْقُلُوْبُ ضَعِيْفَةٌ وَالشُّبَهُ خَطَّافَةٌ

“Hati itu lemah, sedangkan syubhat sangat menyambar.”

Maka ketika ada syubhat; kita kembalikan kepada orang yang berilmu. Adapun tugas kita adalah belajar. Oleh karena itu kita harus benar dalam cara belajar kita, harus sesuai dengan manhaj yang benar.

[12]- Ketika ada fitnah; maka yang terbaik adalah diam. Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

مَنْ صَمَتَ نَجَا

“Barangsiapa diam; niscaya dia selamat.”

Beliau juga bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir; hendaklah ia berkata baik atau diam.”

[13]- Para ulama Salaf sedikit perkataannya tapi banyak keberkahannya.

Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali -rahimahullaah- berkata dalam “Fadhlu ‘Ilmis Salaf ‘Alal Khalaf”:

“Banyak dari kalangan orang belakangan yang tertipu dengan hal ini; dimana mereka menyangka: Bahwa orang yang banyak perkataannya, debatnya dan perselisihannya -dalam masalah-masalah agama-; adalah lebih berilmu dibandingkan dengan orang yang tidak demikian.

Dan ini murni kebodohan.

Lihatlah kepada para pembesar Shahabat dan Ulama mereka -seperti: Abu Bakar, ‘Umar, ‘Ali, Mu’adz, Ibnu Mas’ud, Zaid bin Tsabit; bagaimana keadaan mereka? Perkataan mereka lebih sedikit….”

Imam Ibnu Abil ‘Izz Al-Hanafi -rahimahullaah- berkata dalam “Syarh Al-‘Aqiidah Ath-Thahaawiyyah”:

“Perkataan orang-orang belakangan adalah banyak; akan tetapi sedikit keberkahannya. Berbeda dengan perkataan orang-orang terdahulu yang sedikit akan tetapi banyak keberkahannya.”

[14]- Ketika terjadi peperangan fitnah di kalangan para Shahabat; maka hanya sedikit dari mereka yang mengikutinya. Sa’d bin Abi Waqqash -radhiyallaahu ‘anhu- ketika ada orang yang mengajak untuk mengikuti perang fitnah tersebut; beliau berkata: Diamlah! Saya mendengar Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ، الْغَنِيَّ، الْخَفِيَّ

“Sungguh, Allah mencintai hamba yang bertaqwa, merasa cukup, dan tersembunyi.” [HR. Muslim]

-ditulis dengan ringkas oleh: Ahmad Hendrix
~~~~~~~~~~~~~
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga

Dalam sebuah hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan umatnya berlaku jujur dalam perkataan, perbuatan, ibadah dan dalam semua perkara. Jujur itu berarti selaras antara lahir dan batin, ucapan dan perbuatan, serta antara berita dan fakta.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa berdusta itu membawa kepada kejahatan. Yaitu, jika seseorang berdusta dalam perkataannya, maka dia akan terus dalam keadaan seperti itu sampai akhirnya berbuat jahat. Wal ‘iyadzu billah. Dan itu telah keluar dari ketaatan, termasuk kedurhakaan dan maksiat. Berbuat jahat menyeret seseorang ke Neraka, Allah Azza wa Jalla berfirman :

"Sekali-kali jangan begitu! Sesungguhnya catatan orang yang durhaka benar-benar tersimpan dalam Sijjin. Dan tahukah engkau apakah Sijjin itu? (Yaitu) kitab yang berisi catatan (amal). Celakalah pada hari itu, bagi orang-orang yang mendustakan! (yaitu) orang-orang yang mendustakannya (hari pembalasan).” (QS. Al-Muthaffifiin:7-11)

Kedustaan merupakan sarana yang membawa kepada kejahatan, dan kejahatan akan membawa ke Neraka. Akhlak yang buruk yang paling dibenci oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dusta atau bohong. Dusta adalah sifat munafik dan kemunafikan dibangun di atas kedustaan.

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#bohong #dusta #pembohong #jujur
~~~~~~~~~~~
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Sebuah kisah Arab badui yang datang kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ia mengaku dan menampakkan diri bahwa dirinyalah yang telah berjasa menolong beliau, berjasa telah membantu Islam dan Nabi, akan tetapi ini sungguh terbalik. Akhirnya diabadikan dalam Al-Quran,

“Mereka merasa telah berjasa kepadamu dengan keIslaman mereka. Katakanlah, “Janganlah kamu merasa berjasa kepadaku dengan keIslamanmu, sebenarnya Allah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukkan kamu kepada keimanan, jika kamu orang yang jujur.” (QS. Al-Hujurat: 17)

At-Thabari rahimahullah berkata,
“Disebutkan bahwa mereka adalah Arab badui dari bani Asad yang menyebut-nyebut (jasa) kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam , mereka berkata, kami masuk Islam tanpa peperangan, kami tidak memerangimu sebagimana orang yang lain. Maka Allah menurunkan Ayat ini.” (Tafsir AT-Thabri)

Dalam Tafsir Al-Muyassar dijelaskan,
“Orang Arab Badui (bani Asad) menyebut-nyebut (jasa) kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan masuk Islamnya mereka, mengikuti dan menolong. Maka katakan kepada mereka, jangan sebut jasa kalian dengan masuk Islam karena manfaatnya kembali kepada kalian. Allah yang memberikan kenikmatan kepada kalian yaitu memberikan taufik dalam keimanan. Jika iman kalian benar.” (At-Tafsir Al-Muyassar)

Karenanya buang jauh-jauh tablis iblis yang dibisikkan dalam hati kita, merasa berjasa dalam dakwah ini. Merasa karena kitalah dakwah ini bisa tersebar, karena kitalah seseorang mendapat hidayah dan lain sebagianya. Semoga Allah memberikan kita hati-hati yang ikhlas dalam berdakwah dan tidak merasa ujub dengan keberhasilan yang didapatkan. Wallahu'alam.

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#dakwah #sunnah #ujub #merasaberjasa
~~~~~~~~~~~~
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Maka barangsiapa yang tidak mau taat kepada dalil, seolah ia tidak beriman bahwasanya Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam adalah utusan Allah dan seolah ia tidak mengimani bahwa apa yang dibawa oleh beliau adalah petunjuk dari Allah Ta’ala.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam juga bersabda:
“Wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunnahku dan sunnah khulafa ar rasyidin sepeninggalku. Peganglah ia erat-erat, gigitlah dengan gigi geraham kalian. Jauhilah dengan perkara (agama) yang diada-adakan karena setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. At Tirmidzi no. 2676. ia berkata: “hadits ini hasan shahih”).

Tidak diragukan lagi bahwa setiap bid’ah dalam agama adalah sesat dan haram, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Hati-hatilah kalian terhadap perkara-perkara yang baru. Setiap perkara-perkara yang baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud no. 4607)

Demikian juga sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Barangsiapa yang mengada-ngada dalam urusan (agama) kami ini, sesuatu yang bukan bagian darinya, maka ia tertolak” (HR. Al-Bukhari no. 2697)

Kedua hadits di atas menunjukkan bahwa perkara baru yang dibuat-buat dalam agama ini adalah bid’ah, dan setiap bid’ah itu sesat dan tertolak. Bid’ah dalam agama itu diharamkan.

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#sunnah #ibadah #dalil #nabi
~~~~~~~~~~~~
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Sebagian orang yang belajar agama hanya untuk menambah wawasan, enggan diamalkan. Padahal seharusnya ilmu dipelajari supaya meningkatkan amalan. Karena amalan itu adalah buah dari ilmu.

Ada empat hal yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam minta pada Allah untuk dijauhkan,

“Allahumma inni a’udzu min ‘ilmin laa yanfa’, wa min qolbin laa yakhsya’, wa min nafsin laa tasyba’, wa min da’watin laa yustajaabu lahaa (artinya: Ya Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak pernah merasa puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan).” (HR. Muslim no. 2722).

Malik bin Dinar berkata,
Barangsiapa yang mencari ilmu (agama) untuk diamalkan, maka Allah akan terus memberi taufik padanya. Sedangkan barangsiapa yang mencari ilmu, bukan untuk diamalkan, maka ilmu itu hanya sebagai kebanggaan (kesombongan)” (Hilyatul Auliya’, 2: 378).

Dalam perkataan lainnya, Malik bin Dinar berkata,
“Jika seorang hamba mempelajari suatu ilmu dengan tujuan untuk diamalkan, maka ilmu itu akan membuatnya semakin merunduk. Namun jika seseorang mempelajari ilmu bukan untuk diamalkan, maka itu hanya akan membuatnya semakin sombong (berbangga diri).” (Hilyatul Auliya’, 2: 372).

Wahb bin Munabbih berkata,
“Permisalan orang yang memiliki ilmu lantas tidak diamalkan adalah seperti seorang dokter yang memiliki obat namun ia tidak berobat dengannya.” (Hilyatul Auliya’, 4: 71).

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#amal #ilmu #belajar #wawasan
~~~~~~~~~~~~~~
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang zhalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksanya." (QS. al-Anfal:25)

Adzab Allah Azza wa Jalla itu sangat pedih. Jika adzab itu diturunkan pada suatu tempat, maka ia akan menimpa semua orang yang ada di tempat tersebut, baik orang shaleh maupun thâlih (keji).

Dalam ayat ini, Allah Azza wa Jalla memperingatkan kaum Mukminin agar mereka senantiasa membentengi diri mereka dari siksa tersebut dengan melaksanakan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya serta menyeru manusia kepada kebaikan dan melarang mereka dari kemungkaran.

Menegakkan amar ma’ruf nahi munkar merupakan salah satu bentuk iqamatul hujjah (penyampaian hujjah, keterangan yang jelas akan kebenaran dari Allah Azza wa Jalla ) bagi seluruh umat manusia secara umum, dan para pelaku maksiat secara khusus. Sehingga ketika turun musibah dan bencana mereka tidak bisa berdalih dengan tidak adanya orang yang memberikan peringatan dan nasehat kepada mereka.

Amar ma’ruf nahi munkar adalah salah satu sebab terbesar untuk mendapatkan kepemimpinan (penguasaan) di muka bumi. Allah yang telah menciptakan bumi, maka Dia Azza wa Jalla lah yang berhak mengangkat penguasa di muka bumi tersebut. Allah Azza wa Jalla berfirman menyebutkan ciri-ciri para penguasa pilihan-Nya:

"Allah pasti akan menolong orang-orang yang menolong (agama)-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kedudukan di muka bumi, mereka menegakkan shalat, menunaikan zakat, memerintahkan kepada kebajikan dan mencegah dari yang munkar, dan kepada Allah lah kembali segala urusan.” (QS. al-Hajj: 40-41)

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#salah #benar #amarmaruf #nahimunkar #siksa #azab
~~~~~~~~~~~~

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Pendidikan anak sangatlah urgent, lebih-lebih pendidikan agama untuk saat ini. Namun kebanyakan orang tua menyampingkannya. Masalah lain yang timbul, apakah setiap anak mesti dipondokkan, yaitu masuk ke pesantren dan nginap di sana sehingga jauh dari orang tua?

Ataukah sebaiknya di awal waktu ketika anak belum baligh, ia tetap bersama orang tua di mana orang tua menyekolahkan di tempat terdekat dan tetap memperhatikan pendidikan agama si anak?

Jawaban yang tepat adalah ketika anak belum dewasa, sebaiknya ia tidak jauh dari ibunya. Beberapa hadits telah menyinggung hal ini seperti,
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam melarang memisahkan antara ibu dan anaknya. Ada yang bertanya pada beliau, ‘Wahai Rasulullah, sampai kapan?’ Beliau menjawab, ‘Sampai mencapai baligh bila laki-laki dan haidh bila perempuan.’”
(HR. Al Hakim dalam Mustadroknya. Al Hakim berkata bahwa hadits tersebut sanadnya shahih dan tidak dikeluarkan oleh Bukhari-Muslim)

Akan tetapi jika memang ada mashlahat dan kebaikan yang lebih banyak dengan berdasarkan musyawarah dan pertimbangkan yang matang, pada keadaan tertentu bisa saja anak yang belum baligh dimasukan full pondok pesantren, tetapi perlu diingat hukum asalnya anak-anak yang belum baligh sebaiknya bersama kasih sayang orang tua.

Demikian juga semisal anak laki-laki yang sudah akan masuk Usia SMP/SLTP mungkin akan menjelang usia baligh (tetapi belum baligh), bisa dipertimbangkan masuk full pondok pesantren.

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#pondok #anak #baligh
---------------------
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Dalil-dalil shahih tentang harumnya bau badan atau keringat Rasulullah shalallahu alaihi wasallam:

1. Anas bin Malik mengatakan,

وَلاَ شَمِمْتُ رِيحًا قَطُّ أَوْ عَرْفًا قَطُّ أَطْيَبَ مِنْ رِيحِ أَوْ عَرْفِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم

“Saya tidak pernah mencium aroma atau bau minyak wangi yang lebih harum daripada aroma atau wangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Al-Bukhari no. 3297, Muslim no. 6200 dan lainnya, lafazh di atas milik Al-Bukhari).

2. Dari Anas radhiyallahu ‘anhu berkata: “Nabi pernah mengunjungi kami, kemudian beliau tidur siang sehingga berkeringat. Datanglah ibu saya dengan membawa sebuah botol. Kemudian beliau mengalirkan keringat beliau ke botol tersebut, sehingga Nabi terbangun dan bertanya: Wahai Ummu Sulaim, apa yang kamu lakukan? Ibu saya menjawab: Keringatmu ini akan kami jadikan sebagai parfum. Karena dia merupakan parfum yang paling wangi.” (HR. Muslim. Dinukil dari: Mengenl Pribadi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Penulis: Syaikh Muhammad Jamil Zainu. Alih bahasa: Mukhlish Zuhdi. Penerbit Yayasan Al-Madinah, Shafar 1419 H, hal. 22-23)

3.
    حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ حَمَّادِ بْنِ طَلْحَةَ الْقَنَّادُ حَدَّثَنَا أَسْبَاطٌ وَهُوَ ابْنُ نَصْرٍ الْهَمْدَانِيُّ عَنْ سِمَاكٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةَ الْأُولَى ثُمَّ خَرَجَ إِلَى أَهْلِهِ وَخَرَجْتُ مَعَهُ فَاسْتَقْبَلَهُ وِلْدَانٌ فَجَعَلَ يَمْسَحُ خَدَّيْ أَحَدِهِمْ وَاحِدًا وَاحِدًا قَالَ وَأَمَّا أَنَا فَمَسَحَ خَدِّي قَالَ فَوَجَدْتُ لِيَدِهِ بَرْدًا أَوْ رِيحًا كَأَنَّمَا أَخْرَجَهَا مِنْ جُؤْنَةِ عَطَّارٍ

Telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin Hammad bin Thalhah Al Qannad; Telah menceritakan kepada kami Asbath yaitu Ibnu Nashr Al Mahdani dari Simak dari Jabir bin Samurah, dia berkata; “Saya pernah ikut shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada shalat zhuhur. Setelah itu beliau keluar untuk menemui istrinya dan saya pun turut menyertainya. Kemudian beliau disambut oleh beberapa anak kecil dan beliau pun segera mengusap kedua pipi mereka secara bergantian.” Jabir berkata; ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun mengusap pipi saya dan saya merasakan tangan beliau yang dingin dan harum seolah-olah baru keluar dari tempat minyak wangi.’
(Hadits Muslim No.4297 Secara Lengkap)

4.
    و حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ ح و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَاللَّفْظُ لَهُ حَدَّثَنَا هَاشِمٌ يَعْنِي ابْنَ الْقَاسِمِ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ وَهُوَ ابْنُ الْمُغِيرَةِ عَنْ ثَابِتٍ قَالَ أَنَسٌ مَا شَمَمْتُ عَنْبَرًا قَطُّ وَلَا مِسْكًا وَلَا شَيْئًا أَطْيَبَ مِنْ رِيحِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا مَسِسْتُ شَيْئًا قَطُّ دِيبَاجًا وَلَا حَرِيرًا أَلْيَنَ مَسًّا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Dan telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id; Telah menceritakan kepada kami Ja’far bin Sulaiman dari Tsabit dari Anas; Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb dan lafazh ini miliknya; Telah menceritakan kepada kami Hasyim yaitu Ibnu Al Qasim; Telah menceritakan kepada kami Sulaiman dan dia Ibnu Al Mughirah dari Tsabit, dia berkata; [Anas] berkata; “Minyak misik dan minyak ambar atau sesuatu yang lain yang pernah saya cium, tidak ada yang melebihi semerbak wanginya badan beliau.” Dan tidaklah saya menyentuh sesuatu, baik berupa sutera atau yang lainnya yang lebih halus dari pada telapak tangan beliau.”  (Hadits Muslim No.4298 Secara Lengkap)

Catatan:
- Kaum muslimin wajib mengimani bahwasanya Rasulullah memiliki aroma tubuh yang wangi, baik dari badannya sendiri maupun dari parfum yang beliau shalallahu alaihi wasallam pakai ke tubuhnya, karena banyak dalil2 shahih tentang ini.
- Seseorang yang mengingkari atau menolak masalah ini, maka secara sengaja maupun tidak sengaja sama saja dengan menolak dalil2 shahih tsb.
- Seseorang yang mencela Rasulullah atau mencela dalil2 tsb, maka dia bisa terjatuh ke dalam perbuatan kekafiran, dengan niat mengolok2, bersenda gurau, atau lainnya. Seperti halnya mencela wangi tubuhnya Rasulullah dengan diibaratkan seperti kebon, atau kata2 lain yg konotasinya tidak pantas. La hawla wala quwwata illa billah.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman… [QS. At Taubah : 65-66].
~~~~~~~~~~~~~~
CARA NABI MEMBANGUNKAN SAHUR

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari ummul mukminin ‘Aisyah radliyallaahu‘anha sebagai berikut :

أن بلالا كان يؤذن بليل فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم كلوا واشربوا حتى يؤذن بن أم مكتوم فإنه لا يؤذن حتى يطلع الفجر

“Sesungguhnya Bilal adzan pada waktu malam.

Maka Rasulullahﷺ shallallaahu‘alaihi wa sallam bersabda :

"Makan minumlah kalian sampai Ibnu Ummi Maktum adzan. Karena dia tidak akan adzan kecuali setelah terbitnya fajar shadiq.” (HR. Bukhari no. 1918).

Dari Ibnu Mas’ud radliyallaahu‘anhu, bahwasannya Nabiﷺ bersabda :

لا يمنعن أحدا منكم أذان بلال أو قال نداء بلال من سحوره فإنه يؤذن أو قال ينادي بليل ليرجع قائمكم ويوقظ نائمكم

“Janganlah adzannya Bilal itu menghalangi salah seorang di antara kalian dari sahurnya. Karena Bilal menyerukan adzan di malam hari supaya orang-orang yang shalat malam kembali beristirahat sejenak dan orang yang masih tidur segera bangun.” (HR. Muslim no. 1093).

Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan maksud lafadz hadits (ويوقظ نائمكم) “Membangunkan orang yang masih tidur” :
Yaitu untuk mempersiapkan diri menjelang waktu shubuh bagi seseorang yang ingin melakukan amal-amal (yang disyari’atkan)* seperti :
▪Shalat tahajjud ringan,
▪Shalat witir bagi mereka yang belum melaksanakan shalat witir,
▪Makan sahur bagi mereka yang ingin melaksanakan puasa, mandi, berwudlu’, atau yang lainnya dari apa-apa yang ingin dilaksanakan sebelum Fajar”
📔 (Al Minhaj hlm. 793).

🍃Inilah salah satu sunnah Rasulullahﷺ yang ditinggalkan oleh banyak kaum muslimin tentang hal ini yaitu adzan pertama untuk membangunkan orang-orang yang masih tidur, dan mereka menggantinya dengan sesuatu yang lain (yang bukan berasal dari beliau).

```Wallahu ta’ala ‘alam.```

📝 Editor Team 💞 Pecinta Sunnah Akhwat
📝 Pembina : Ustadz Aris Munandar SS M.P.I

🖋Ditulis oleh : Muhammad Fatwa Hamidan
(Alumni PP Hamalatul Qur’an Yogyakarta, Mahasiswa Universitas Islam Madinah)
📃 Artikel : Hamalatul quran Com

◉◉═══ ༻❀○❁○❀༺═══ ◉◉

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Sunnah Sunnah di Sholat Hari Raya

Perkara yang disunnahkan pada Sholat Hari Raya adalah ;

1]. Mengerjakannya di tanah lapang.
2]. Menyegerakan sholat Iedul Adha. 
3]. Mengakhirkan Sholat Iedul Fitri.
4]. Makan sebelum mengerjakan Sholat Iedul Fitri yaitu dengan Kurma. Dianjurkan agar kurma yang dimakan jumlahnya ganjil.
5]. Mandi dan memakai wewangian.
6]. Memakai pakaian yang paling bagus.
7]. Berangkat dengan melewati satu jalan dan kembali lewat jalan yang lain.

Manhajus saalikiin wa taudhihul fiqhi fid dien karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir as Sa'di

Broadcast ini bisa juga dinikmati di
📱Grup Whatsapp Nusantara Mengaji (https://chat.whatsapp.com/Cc5s7PbZdt2JF8c69r8ThE)
🌐 Channel Telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )

Wallahua'lam
Semoga bermanfaat.
==============
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kemungkaran Kemungkaran Yang Biasa Terjadi Pada Hari Raya

1. Berhias Dengan Mencukur Jenggot.

2. Berjabat Tangan Dengan Wanita Yang Bukan Mahram.

3. Tasyabbuh (Meniru) Orang-Orang Kafir Dan Orang-Orang Barat Dalam Berpakaian Dan Mendengarkan Alat-Alat Musik Serta Perbuatan Mungkar Lainnya.

4. Bercampur Dan Bercengkerama Dengan Wanita-Wanita Yang Bukan Mahram.

5. Wanita-Wanita Yang Bertabarruj (Berdandan Memamerkan Kecantikan) Kemudian Keluar Ke Pasar-Pasar Atau Tempat Lainnya.

6. Mengkhususkan Ziarah Kubur Pada Hari Raya : Membagi-bagikan manisan dan makanan di pekuburan, duduk di atas kuburan, bercampur baur antara pria dan wanita, bergurau dan meratapi orang-orang yang telah meninggal, dan kemungkaran-kemungkaran lainnya.

7. Boros Dalam Membelanjakan Harta Yang Tidak Ada Manfaatnya Dan Tidak Ada Kebaikan Padanya.

8. Kebanyakan Manusia Meninggalkan Shalat Berjama'ah Di Masjid Tanpa Alasan Syar'i Atau Mengerjakan Shalat Ied Tetapi Tidak Shalat Lima Waktu. Demi Allah, Sesungguhnya Ini Adalah Salah Satu Bencana Yang Amat Besar.

9. Berdatangannya Sebagian Besar Orang-Orang Awam Ke Kuburan Setelah Fajar Hari Raya ; Mereka meninggalkan shalat Ied, dirancukan dengan bid'ah mengkhususkan ziarah kubur pada hari raya.
[Al-Madkhal 1/286 oleh Ibnu Hajj,
Al-Ibda hal.135 oleh Ali Mahfudh dan Sunnanul Iedain hal.39 oleh Al-Syauqani]

10. Tidak Adanya Kasih Sayang Terhadap Fakir Miskin.

11. Ucapan "minal 'aidin wal faa-idzin" ketika hari raya 'Iedul Fithri.
Yang benar mengucapkan "‘Taqabbalallahu minna wa minkum.”

12. Tidak Mengeraskan Takbir Ketika Berjalan Menuju Lapangan Tempat Shalat ‘Ied.
>>>>>>>>><<<<<<<<<

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

SIRAH NABI 24: USAHA KAUM MUSYRIKIN QURAISY DALAM MENGHALANGI DAKWAH NABI

Pada awalnya orang-orang kafir Quraisy menyangka bahwasanya dakwah Nabi sama seperti dakwah orang-orang ahnaaf yang kadang muncul kadang hilang.

Namun ternyata tidak, dakwah Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam terus menerus berkembang.

Di samping itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam mulai berani berdakwah secara terang-terangan, mulai membicarakan tentang sesembahan-sesembahan orang-orang Quraisy, mulai berbicara mengenai tauhid, dan mulai melarang mereka untuk melakukan kesyirikan.

Seandainya Nabi bertauhid hanya seorang diri dan tidak mengusik mereka, maka hal ini tidak menjadi masalah bagi mereka.

Akan tetapi ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam menyuruh mereka untuk meninggalkan kesyirikan dan mengatakan bahwa apa yang selama ini mereka dan nenek moyang mereka lakukan adalah suatu kesalahan, maka ini telah mengusik urusan pribadi mereka.

Akhirnya mulailah mereka menolak dakwah Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam.

Adapun sebab-sebab kenapa orang kafir Quraisy menolak dakwah Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam, maka diantaranya adalah;

⑴ Karena pertimbangan duniawi.

Ka’bah di kota Mekah merupakan PUSAT PERIBADATAN. Orang-orang dari penjuru dunia datang ke kota Mekah untuk melakukan praktek kesyirikan.

Selain untuk thawaf dan haji, mereka juga berdoa kepada patung-patung yang ada di Mekah. Berbagai macam kabilah datang untuk meminta permintaan kepada patung-patung tersebut.

Kita tahu bahwa banyak patung (360 patung) yang berada di Ka’bah, masing-masing patung punya fungsi sendiri, ada patung khusus untuk meminta rizki, ada patung khusus untuk meminta jodoh.

Demikian juga masing-masing kabilah mungkin menggandrungi patung tertentu. Oleh karena itu, seandainya patung-patung ini disingkirkan, orang-orang tidak akan datang lagi ke kota Mekah.

Selain itu, Mekah juga merupakan PUSAT PERDAGANGAN. Hal ini disebabkan karena orang-orang berbondong-bondong datang dan berkumpul di situ, sehingga terjadilah banyak transaksi perdagangan.

Seandainya patung-patung yang berada di Ka’bah dibersihkan sehingga orang-orang menjauh dari kota Mekah, maka perdagangan di kota Mekah akan menjadi lambat atau bahkan terhalang.

⑵ Taklid terhadap nenek moyang

Namun diantara perkara yang paling membuat mereka tidak mau meninggalkan ajaran mereka adalah karena taklid terhadap nenek moyang mereka.

Sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebutkan perkataan orang-orang kafir Quraisy. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

وَكَذَلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ

Dan demikianlah, tidaklah Kami mengutus sebelum engkau wahai Muhammad pada setiap negeri dari Rasul yang memberi peringatan, kecuali orang-orang yang hidup mewah diantara mereka berkata, “Kami mendapati nenek moyang kami berada di atas agama ini dan kami hanya mengikuti ajaran mereka”. (QS Az-Zukhruf : 23)

Ini adalah perkara yang sangat berat bagi mereka apabila mereka meninggalkan kesyirikan-kesyirikan tersebut, karena mereka sudah ratusan tahun berada dalam keadaan ini.

Dan sesungguhnya mempertahan tradisi yang salah adalah sebab yang paling besar yang menghalangi seseorang dari HIDAYAH. Karenanya para Nabi ditolak oleh kaum mereka karena bertentangan dengan tradisi nenek moyang mereka.

Kaum ‘Aad menolak dakwah Nabi Huud ‘alaihis salam dengan alasan tradisi nenek moyang. Allah berfirman :

قَالُوا أَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللَّهَ وَحْدَهُ وَنَذَرَ مَا كَانَ يَعْبُدُ آبَاؤُنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ

Mereka berkata: “Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar”. (QS Al-A’roof : 70)

Demikian pula Kaum Tsamuud tatkala menolak dakwah Nabi Sholih ‘alaihis salam. Allah berfirman :

يَاصَالِحُ قَدْ كُنْتَ فِينَا مَرْجُوًّا قَبْلَ هَذَا أَتَنْهَانَا أَنْ نَعْبُدَ مَا يَعْبُدُ آبَاؤُنَا وَإِنَّنَا لَفِي شَكٍّ مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ مُرِيبٍ (62)

Kaum Tsamud berkata: “Hai Shaleh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? dan sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami.” (QS Huud : 62)

Demikian penolakan penduduk Madyan terhadap Nabi Syu’aib ‘alaihis salam. Allah berfirman :

قَالُوا يَاشُعَيْبُ أَصَلَاتُكَ تَأْمُرُكَ أَنْ نَتْرُكَ مَا يَعْبُدُ آبَاؤُنَا أَوْ أَنْ نَفْعَلَ فِي أَمْوَالِنَا مَا نَشَاءُ إِنَّكَ لَأَنْتَ الْحَلِيمُ الرَّشِيدُ (87)

Mereka berkata: “Hai Syu´aib, apakah sembahyangmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal.” (QS Huud : 87)

Demikian juga alasan kaum Ibrahim tatkala menolak dakwah Nabi Ibrahim, Allah berfirman :

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ إِبْرَاهِيمَ (69) إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا تَعْبُدُونَ (70) قَالُوا نَعْبُدُ أَصْنَاماً فَنَظَلُّ لَهَا عَاكِفِينَ (71) قَالَ هَلْ يَسْمَعُونَكُمْ إِذْ تَدْعُونَ (72) أَوْ يَنفَعُونَكُمْ أَوْ يَضُرُّونَ (73) قَالُوا بَلْ وَجَدْنَا آبَاءنَا كَذَلِكَ يَفْعَلُونَ (74)

Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim. Ketika Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām berkata kepada kaumnya, “Apa yang kalian sembah?” Mereka menjawab, “Kami menyembah patung-patung berhala, kami akan terus i’tikaf di patung-patung ini dan kami tidak akan meninggalkan patung-patung ini.” Kata Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām, “Apakah mereka mendengar kalian ketika kalian menyeru mereka, ataukah patung-patung tersebut memberi manfaat kepada kalian atau memberi kemudharatan kepada kalian?” Mereka menjawab, “Demikianlah kami mendapati nenek moyang kami berbuat begitu.” (QS Asy-Syu’arā 70-71)

Namun Allah tidak menerima hujjah tradisi nenek moyang yang dijadikan argument oleh kaum musyrikin, Allah berfirman :

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ (172) أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ آبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِنْ بَعْدِهِمْ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ (173)

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. Atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu"? (QS AL-A’roof : 172-173)

Bersambung in syaa Allah

Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja
www.firanda.com
>>>>>>>><<<<<<<<

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Cuaca di bumi ada kaitannya dengan panas dan dinginnya neraka, disebutkan dalam sebuah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Apabila cuaca sangat panas, akhirkanlah shalat zhuhur sampai waktu dingin karena panas yang sangat merupakan hawa panas neraka jahannam.” (HR. Bukhari no. 536 dan Muslim no. 615)

Dalam hadits muttafaqun ‘alaih, dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Neraka berkata; ‘Ya Rabbi, kami memakan satu sama lainnya, (maka izinkanlah kami untuk bernapas!)’ Maka Allah mengizinkan untuk bernapas dua kali, napas ketika musim dingin dan napas ketika musim panas. Hawa yang amat panas, itu adalah dari panasnya neraka. Hawa yang amat dingin, itu adalah dari dinginnya (dingin bekunya) neraka.” (HR. Bukhari no. 3260 & Muslim no. 617)

Dari Ka’ab, ia berkata, “Sesungguhnya di neraka terdapat dingin yaitu zamharir (dingin yang amat beku), yang ini bisa membuat kulit-kulit terlepas hingga mereka (yang berada di neraka) meminta pertolongan pada panasnya neraka.”

‘Abdul Malik bin ‘Umair berkata, “Telah sampai padaku bahwa penduduk neraka meminta pada penjaga neraka untuk keluar pada sisi neraka. Mereka pun keluar ke sisi, namun mereka disantap oleh zamharir atau dinginnya neraka. Hingga mereka pun akhirnya kembali ke neraka. Dan mereka menemukan dingin yang tadi mereka dapatkan.” (Lathoif Al Ma’arif, hal. 575.)

“Inilah (azab neraka), biarlah mereka merasakannya, (minuman mereka) air yang sangat panas dan air yang sangat dingin (ghossaq).” (QS. Shaad: 57)

Semoga cuaca yang amat panas dan dingin mengingatkan kita akan neraka, sehingga kita pun seharusnya meminta perlindungan pada Allah dari siksanya yang begitu mengerikan.

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
<<<<<<<<>>>>>>>>>

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Janganlah sebagian dari kita merasa berkedudukan tinggi lagi terhormat dengan memakai kerah dan baju putih namun penghasilan dari pekerjaannya merupakan hasil dari pekerjaan yang haram. Padahal bisa jadi petani dan pedagang di pasar lebih mulia penghasilannya dari pada seseorang yang duduk di kursi yang emuk lagi ber AC.

Perbaguslah cara mencari rezeki, dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya, walaupun terlambat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR. Ibnu Majah no. 2144, dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani).

Dalam hadits tersebut terdapat dua maslahat yang diperintahkan untuk dicari yaitu maslahat dunia dan maslahat akhirat. Maslahat dunia dengan pekerjaan yang halal, maslahat akhirat dengan takwa.

Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan, ”siapa yang bertakwa pada Allah, maka ia akan mendapatkan kelezatan dan kenikmatan akhirat. Siapa yang menempuh jalan yang baik dalam mencari rezeki (ijmal fii tholab), maka akan lepas dari rasa penat dalam mengejar dunia. Hanyalah Allah yang memberikan pertolongan.” (Lihat Al Fawaid, hal. 96).

Berarti jika kita mendapatkan keuntungan dunia dan akhirat serta tidak ada rasa letih dalam mencari nafkah, maka cukupkanlah diri pada pekerjaan yang halal.

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
================

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ada beberapa hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyinggung masalah masjid. Salah satunya adalah jual-beli di dalamnya. Yang bahkan di zaman ini bukan hanya dilakukan secara offline namun juga jual beli secara online menggunakan smartphone atau laptop.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Bila engkau mendapatkan orang yang menjual atau membeli di dalam masjid, maka katakanlah kepadanya, ‘Semoga Allah tidak memberikan keuntungan pada perniagaanmu.’ Dan bila engkau menyaksikan orang yang mengumumkan kehilangan barang di dalam masjid, maka katakanlah kepadanya, ‘Semoga Allah tidak mengembalikan barangmu yang hilang.”[HR. Tirmidzi no. 1321]

Dahulu, Atha’ bin Yasar bila menjumpai orang yang hendak berjualan di dalam masjid, beliau menghardiknya dengan berkata, “Hendaknya engkau pergi ke pasar dunia, sedangkan ini adalah pasar akhirat.”[HR. Imam Malik dalam al-Muwaththa’, 2: 244, no. 601]

Termasuk juga terlarang adalah berjualan di lingkungan masjid yang masih masuk dalam pagar masjid. Hal ini karena para ulama telah menggariskan satu kaidah yang menyatakan,

“Sekelilingnya sesuatu memiliki hukum yang sama dengan hukum yang berlaku pada sesuatu tersebut.”[Al Asybah wan Nazha-ir karya As Suyuthi, 1: 286]

Bahkan memasang iklan promosi suatu produk di masjid juga terlarang karena bagian dari promosi. Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan berkata, “Aku memandang bahwa pemasangan iklan pameran dan semacamnya yang ditempel di masjid tetap terlarang guna menutup dari hal yang terlarang (yaitu jual beli di dalam masjid).”[Min Fiqhil Mu’amalat, hal. 51]

Yang masih dibolehkan di dalam masjid adalah akad selain jual beli seperti melunasi utang, akad nikah, dan menjaminkan barang. Akad-akad semacam ini tidak disebut jual beli.

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
×××××××××××××××

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Sedekah dengan harta haram, maka bisa ditinjau dari tiga macam harta haram berikut:

1- Harta yang haram secara zatnya.
Contoh: khomr, babi, benda najis. Harta seperti ini tidak diterima sedekahnya dan wajib mengembalikan harta tersebut kepada pemiliknya atau dimusnahkan.

2- Harta yang haram karena berkaitan dengan hak orang lain.
Contoh: HP curian, mobil curian. Sedekah harta semacam ini tidak diterima dan harta tersebut wajib dikembalikan kepada pemilik sebenarnya.

3- Harta yang haram karena pekerjaannya.
Contoh: harta riba, harta dari hasil dagangan barang haram. Sedekah dari harta jenis ketiga ini juga tidak diterima dan wajib membersihkan harta haram semacam itu. Namun apakah pencucian harta seperti ini disebut sedekah? Para ulama berselisih pendapat dalam masalah ini. Intinya, jika dinamakan sedekah, tetap tidak diterima karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tidaklah diterima shalat tanpa bersuci, tidak pula sedekah dari ghulul (harta haram)” (HR. Muslim no. 224).

Ghulul yang dimaksud di sini adalah harta yang berkaitan dengan hak orang lain seperti harta curian. Sedekah tersebut juga tidak diterima karena alasan dalil lainnya yang telah disebutkan,

“Tidaklah seseorang bersedekah dengan sebutir kurma dari hasil kerjanya yang halal melainkan Allah akan mengambil sedekah tersebut dengan tangan kanan-Nya lalu Dia membesarkannya sebagaimana ia membesarkan anak kuda atau anak unta betinanya hingga sampai semisal gunung atau lebih besar dari itu” (HR. Muslim no. 1014). Lihat bahasan Syaikh Sa’ad bin Nashir Asy Syatsri dalam Syarh Al Arba’in An Nawawiyah, hal. 92-93.

Adapun bersedekah dengan harta yang berkaitan dengan hak orang lain (barang curian, misalnya), maka Ibnu Rajab membaginya menjadi dua macam,

1- Jika bersedekah atas nama pencuri, sedekah tersebut tidaklah diterima, bahkan ia berdosa karena telah memanfaatkannya. Pemilik sebenarnya pun tidak mendapatkan pahala karena tidak ada niatan dari dirinya. Demikian pendapat mayoritas ulama.

2- Jika bersedekah dengan harta haram tersebut atas nama pemilik sebenarnya ketika ia tidak mampu mengembalikan pada pemiliknya atau pun ahli warisnya, maka ketika itu dibolehkan oleh kebanyakan ulama di antaranya Imam Malik, Abu Hanifah dan Imam Ahmad. Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 264-268.

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#sedekah #curian #riba #harta #hartaharam #ghulul #harta
============

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Jika kita bertanya; doa seperti apa yang dikabulkan? Mungkin banyak di antara kita akan menjawab; doa di sepertiga malam yang terakhir, doa antara adzan dan iqomat, doa di depan Ka'bah, doa di Raudhoh, mengangkat kedua tangan, mengkonsumsi yang halal, dan seterusnya. Ini semua adalah perkara yang agung, perlu diwujudkan saat kita berdoa.

Namun ada rahasia dalam berdoa yang mungkin banyak di antara kita tidak memberikan perhatian kepadanya, padahal itulah unsur utama terkabulnya doa.

Diantara keutamaan doa yang bisa disimpulkan dari ayat-ayat al-Qur’an, adalah bahwa kerutinan seorang hamba dalam berdoa merupakan pertanda tingginya makrifat dia kepada Allah, juga tanda kuatnya hubungan dia dengan-Nya. Karena itu kita dapati para Nabi dan Rasul adalah orang-orang yang paling terdepan dalam memperbanyak doa dengan sempurna di segala kondisi dan kesempatan.

Allah berfirman,
Artinya: “Sungguh mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami”. (QS. Al-Anbiya’: 90).

Dalam berdoa ada harapan kepada Allah, ada kecemasan dan keluh kesah, ada ungkapan kebutuhan hamba pada Allah, ada pengakuan bahwasanya Dialah yang Mahakuasa, Mahakaya, dan Mahapengasih. Dalam doa ada pengakuan bahwasanya kita benar-benar hamba yang faqir dan hina di hadapan Allah. Inilah tauhid yang sesungguhnya.

Inilah rahasia terkabulnya doa para Nabi. Pertama, mereka menampakkan kebutuhan yang sangat di hadapan Allah. Kedua, mereka mengungkapkan pengakuan; pengakuan akan kuasa Allah, pengakuan bahwa hanya Dia yang berhak diibadahi, pengakuan bahwa hamba telah berbuat khilaf. Ketiga, mereka berdoa dengan sepenuh jiwa dan khusyu', karena berada dalam keadaan bahaya dan genting. Keempat, mereka berdoa dalam kesunyian dan kesendirian, di saat hanya Allah yang melihat dan mendengar. Ini menggambarkan betapa tinggi ketulusan doa mereka.

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#khusyu #doa #harap #terkabul #rahasia
~~~~~~~~~~~~~~~

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Nasehat Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I حفظه الله pada temu alumni di sela-sela Kegiatan Dauroh Syar’iyyah ke-20
(Rabu, 22 Syawal 1440 H / 26 Juni 2019)

1. Kami bergembira dan bersyukur, serta terus mendoakan antum sekalian agar menjadi manusia yang bermanfaat di masyarakat. Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang banyak” (hadits shahih riwayat Thabrani).

Setiap orang hendaknya berupaya untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi umat,  dan seerang tidak akan menjadi orang yang bermanfaat bagi umat,  kecuali dengan berupaya untuk mengikis sifat ego/anani yang ada dalam dirinya.

2. Nikmat-nikmat yang  Allah anugerahkan kepada kita, hendaklah diupayakan untuk  negeri akhirat. Nikmat Allah tidak hanya dalam bentuk materi, akan tetapi terdapat nikmat yang jauh lebih besar dari materi,  yaitu: berupa aqidah yang benar dan manhaj yang haq/benar, mengenal dan memahami hakikat as-Sunnah, teman-teman yang baik, seorang yang memiliki pengaruh, sehingga omongannya didengar dan pengaruh tsb, digunakan untuk memberi manfaat kepada kaum muslimin. Semua itu merupakan nikmat Allah yang patut disyukuri. Gunakan nikmat-nikmat tersebut untuk mendapatan dan meraih kebahagiaan di akhirat. Allah berfirman:

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi” (QS. al-Qashash: 77)

3. Jangan mencari ketenaran dan popularitas, karena seseorang tidak terkenal di dunia, namun dia dikenal di sisi Allah, ini jauh lebih baik dan lebih mulia. Pikirkan, apa amalanmu untuk akhiratmu kelak, boleh jadi ada amalan yang kamu menganggap sepele dihadapan manusia, tetapi besar di sisi Allah. Demi Allah, seseorang tidak terkenal, namun dia mengajarkan anak-anak mengaji di desanya yg jauh dari perkotaan, orang tsb. jauh lebih mulia.

4. “Jangan Semua aktifitas dan kegiatanmu diuangkan”, ini adalah nasehat yang sering saya sampaikan berulang kali kepada para mahasiswa. Karena materi itu akan habis dan akan ditinggalkan, kecuali yang dibelanjakan di jalan Allah.

5. Setiap orang dari kita semua,  harus memiliki ruh dan jiwa perjuangan untuk Islam, dan di antara bentuk perjuangan Islam yang sangat mulia dan mudah dikerjakan adalah “MENGAJAR ILMU YANG BERMANFAAT".

6. Kita berada pada nikmat yang besar, yang mana orang-orang di sekeliling kita iri dan cemburu keadaan kita. Hanya saja kita tidak menyadarinya dan sebagian kita tidak mengetahuinya, yaitu nikmat berada di atas aqidah dan manhaj yang lurus, nikmat berada di atas sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Banyak orang yang Allah berikan nikmat berupa harta, namun mereka kebingungan mencari ketenangan karena mereka tidak mendapatnya dlm kehidupan ini. Kekayaan sejati, adalah kekayaan hati dan jiwa, bukan kaya harta dan materi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Bukanlah kekayaan itu dari banyaknya harta, akan tetapi kekayaan itu adalah rasa cukup yang ada di dalam hati.”

7. Jangan mengeluh dan mengadu kepada manusia, karena manusia sejatinya fakir dan miskin,  tidak memiliki apa-apa. Akan tetapi mengaduhlah dan mohonlah kepada Allah, Dzat yang Maha Kaya, Yang Kuasa, Yang Maha Pemberi.
Bangunlah di malam hari, sholatlah,  berdoa dan mohonlah kepada Allah kemudian serahkanlah dan bertawakkallah kepada-Nya.
Inilah aqidah tauhid yang diajarkan kepada kita. Tauhid dan Manhaj bukan sekedar Teori yg diceramahkan, bukan dan bukan....akan tetapi hakikat yang harus diterapkan dan praktekkan dalam kehidupan nyata kita.

8. Sesuatu yang paling dikejar dan dibutuhkan seorang beriman adalah mendapatkan ketenangan jiwa, dan itu diperoleh hanya dengan bertauhid kepada Allah.

9. Dalam dunia dakwah, orang-orang yang anda hadapi, tidaklah lebih buruk dari Fir’aun dan yang semisalnya, dan Ingatlah dan camkanlah, tatkala Musa diperintahkan Allah untuk menda'wai Fir’aun, maka yang pertama yang beliau mohon kepada Allah adalah:
- kelapangan dada
- kemudahan untuk menyampaikan dakwah, lisan yang Allah mudahkan
- saudara yang membantunya dalam dakwah, yaitu Harun
Sebagaimana firman Allah:

اذْهَبْ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ (24) قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي (25) وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي (26) وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِي (27) يَفْقَهُوا قَوْلِي (28) وَاجْعَل لِّي وَزِيرًا مِّنْ أَهْلِي (29) هَارُونَ أَخِي (30)

“Pergilah kepada Fir'aun; sesungguhnya ia telah melampaui batas. Berkata Musa: ‘Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku, Supaya mereka memahami perkataanku saat menyampaikan risalah. Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku.’” (QS. Thaha: 24-30)

10.  Anda tidak bisa berdakwah sendirian, anda memerlukan dan membutuhkan saudara dan teman. Maka jangan seorang da’i merasa kurang hati di saat ada saudaranya yang membantunya dalam berdakwah.

11. Jangan mengejar dukungan manusia dalam berda'wah , akan tetapi kejarlah dan berharaplah pertolongan Allah.

12. Manusia dalam interaksinya dengan sesama, kebanyakan termotifasi oleh suatu kemaslahatan dan kebanyakan adalah kemaslahatan yang bersifat duniawi. Maka dari itu interaksi seseorang dengan saudaranya karena Allah, berbeda nilainya dengan yang terdorong oleh kemaslahatan dan kepentingan duniawi.

13. Lapang dadalah jika kamu menjadi seorang da’i, karena seorang da’i akan mendapatkan banyak cobaan dan ujian. Dan ujian yang Allah berikan kepada seorang hamba sesuai dengan tingkat agama dan keimanannya.
Namun yang juga harus diketahui bahwa terkadang Allah mengujimu karena perbuatan dan dosamu.
Maka jadilah orang yg pandai dalam membaca dan menyadari setiap ujian dan cobaan yang mengenai dirimu. 

-Akhukum Noviyardi Amarullah
Telah dimuroja’ah oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I
Batu, 22 Syawal 1440 H / 26 Juni 2019
~~~~~~~~~~~~~~~

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Di antara prinsip-prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah wajibnya taat kepada pemimpin kaum Muslimin selama mereka tidak memerintahkan untuk berbuat kemaksiatan, meskipun mereka berbuat zhalim. Karena mentaati mereka termasuk dalam ketaatan kepada Allah, dan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah wajib.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
“Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya) dan ulil amri di antara kalian.” [An-Nisaa: 59]

Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Tidak (boleh) taat (terhadap perintah) yang di dalamnya terdapat maksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam kebajikan” (HR. Al-Bukhari no. 4340 & Muslim no. 1840)

Juga sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Wajib atas seorang Muslim untuk mendengar dan taat (kepada penguasa) pada apa-apa yang ia cintai atau ia benci kecuali jika ia disuruh untuk berbuat kemaksiatan. Jika ia disuruh untuk berbuat kemaksiatan, maka tidak boleh mendengar dan tidak boleh taat.” (HR. Al-Bukhari no. 2955, 7144 & Muslim no. 1839)

Apabila mereka memerintahkan perbuatan maksiat, saat itulah kita dilarang untuk mentaatinya namun tetap wajib taat dalam kebenaran lainnya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“…Aku wasiatkan kepada kalian agar tetap bertaqwa kepada Allah Yang Mahamulia lagi Mahatinggi, tetaplah mendengar dan mentaati, walaupun yang memerintah kalian adalah seorang budak hitam…“ (HR. Ahmad 127, Abu Dawud no. 4607 & at-Tirmidzi no. 2676)

Ahlus Sunnah memandang bahwa maksiat kepada seorang amir (pemimpin) yang muslim merupakan perbuatan maksiat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Barangsiapa yang taat kepadaku berarti ia telah taat kepada Allah dan barangsiapa yang durhaka kepadaku berarti ia telah durhaka kepada Allah, barangsiapa yang taat kepada amirku (yang muslim) maka ia taat kepadaku dan barangsiapa yang maksiat kepada amirku, maka ia maksiat kepadaku.” (HR. Al-Bukhari no. 7137 & Muslim no. 1835 33).

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#taatpemimpin #ulilamri #menang #pemerintah
~~~~~~~~~~~~~~~~

Satu hal yang sangat mengherankan, banyak kaum muslimin yang melarang anaknya untuk menikah dengan saudara sepupu, dengan alasan bahwa itu terlarang secara agama. Ini adalah alasan yang tidak benar, karena agama menghalalkan untuk menikahi saudara sepupu. Di sisi lain, umat sebelum kita, yahudi dan nasrani memiliki keyakinan yang menyimpang dalam masalah pernikahan.

Disebutkan oleh al-Hafidz Ibnu Katsir dalam tafsirnya,
”Orang Nasrani meyakini bahwa antar-keluarga tidak boleh ada hubungan pernikahan, kecuali jika sudah melewati keturunan ketujuh atau lebih. Sedangkan orang yahudi membolehkan seorang lelaki menikahi keponakannya. Sementara syariat islam datang dengan membawa ajaran pertengahan. Tidak berlebih-lebihan, seperti orang nasrani yang melarang pernikahan di antara keluarga dan sebaliknya tidak terlalu lancang seperti orang yahudi, yang membolehkan seseorang menikahi keponakannya.” (Lihat Tafsir al-Qur’anul Adzim, 6/442)

Sesungguhnya Allah mengharamkan kita untuk menikahi wanita yang memiliki hubungan mahram dengan kita. Hal ini Allah tegaskan dalam firman-Nya di surat an-Nisa, ayat 23. Pada ayat tersebut Allah menyebutkan beberapa wanita yang tidak boleh dinikahi oleh lelaki, karena status mereka sebagai mahram.

Terkait masalah ini, saudara sepupu bukanlah mahram. Karena Allah menghalalkan untuk menikahi saudara sepupu. Sebagaimana yang Allah tegaskan dalam firman-Nya,

“Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu isteri-isterimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu.” (QS. Al-Ahzab: 50)

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#sepupu #pernikahansedarah #menikahisaudarakandung #sepupubukanmahram
~~~~~~~~~~~~~~~~~~

CALON BAYI YANG KEGUGURAN

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

1.Tidak disyariatkan memberi nama pada anak yang wafat sebelum hari ketujuh karena pemberian nama disunnahkan dilakukan di hari ke tujuh. Namun jika mau diberi namapun tidak mengapa karena memberi nama di hari ke tujuh sifatnya anjuran saja.

Hanya saja anak yang gugur sebelum ditiupkan ruh (berusia 120 hari lebih) hemat kami tidak usah diberi nama. Wallahu a'lam

2. Anak yang gugur sebelum lahir akan menjadi syafaat bagi orang tuanya jika keduanya ridha terhadap takdir Allah ta'ala. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

(إِذَا ماتَ ولدُ العَبْدِ ، قالَ اللهُ لمَلَائِكَتِهِ : قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي ؟ فَيَقُولُونَ : نَعَمْ . فَيَقُولُ: قَبَضْتُم ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ ؟ فَيَقُولُونَ : نَعَمْ . فَيَقُولُ : مَاْذَا قالَ عَبْدِيْ ؟ فَيَقُولُونَ : حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ . فَيَقُولُ اللّهُ : ابْنُوا لِعَبْدِيْ بَيْتًا فِيْ الجَنَّةِ وَسَمُّوهُ بيتَ الحَمْدِ) 

“Apabila anak seorang hamba meninggal dunia, maka Allah bertanya kepada malaikat, ‘Apakah kalian mencabut nyawa anak hamba-Ku?‘ Mereka menjawab, ‘Ya’. Allah bertanya lagi, ‘Apakah kalian mencabut nyawa buah hatinya?‘ Mereka menjawab, ‘Ya’.

Allah bertanya lagi, ‘Apa yang diucapkan hamba-Ku?‘ Malaikat menjawab, ‘Dia memuji-Mu dan mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raajiun‘. Kemudian Allah berfirman, ‘Bangunkan untuk hamba-Ku satu rumah di surga. Beri nama rumah itu dengan Baitul Hamdi (rumah pujian)‘.”

(HR Tirmidzi : 942 dishahihkan oleh Imam Al-Albani dalam Silsilah Ahadits Ash-Shahihah : 1408).

Hanya saja anak yang gugur sebelum lahir, lagi-lagi yang sudah memiliki ruh/nyawa alias berusia 120 hari lebih, karena definisi anak keguguran adalah yang wafat sebelum lahir, jadi janin yang belum memiliki ruh tidak masuk kategori ini.

4. Wajib dido'akan bagi bayi yang sudah memiliki nyawa. Adapun yang belum, ia cukup ditanam saja tanpa dimandikan, tanpa dikafani dan tanpa dishalati.

Wallohu A'lam

Ustadz Abul Aswad Al Bayaty حفظه الله   
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Seseorang harus mengetahui dengan detail batas waktu kapan ia harus tidur agar dapat bangun Shubuh. Jika melampaui batas waktu tersebut, ia pasti akan ketinggalan shalat, maka dalam kondisi ini ia tidak boleh begadang hingga melewati batas waktu yang dapat menyebabkanya jatuh ke dalam kelalaian dalam menunaikan kewajiban ini.

Karenanya sebisa mungkin membiasakan tidur di awal malam (tidak sering begadang) jika tidak ada kepentingan yang bermanfaat. Karena begadang tanpa ada kepentingan dibenci oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Diriwayatkan dari Abi Barzah, beliau berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat ‘Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya.” (HR. Bukhari no. 568)

Ibnu Baththol menjelaskan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak suka begadang setelah shalat ‘Isya karena beliau sangat ingin melaksanakan shalat malam dan khawatir jika sampai luput dari shalat shubuh berjama’ah. ‘Umar bin Al Khottob sampai-sampai pernah memukul orang yang begadang setelah shalat Isya, beliau mengatakan, “Apakah kalian sekarang begadang di awal malam, nanti di akhir malam tertidur lelap?!” (Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 3/278, Asy Syamilah).

Kemudian para ulama mengatakan, obrolan yang makruh setelah isya adalah obrolan yang tidak ada maslahatnya. Adapaun kegiatan yang ada maslahatnya dan ada kebaikannya, tidak makruh. Seperti belajar ilmu agama, membaca cerita orang soleh, ngobrol melayani tamu, atau pengantin baru untuk keakraban, atau suami ngobrol dengan istrinya dan anaknya, mewujudkan kesih sayang dan hajat keluarga. (Syarh Shahih Muslim, 5/146)

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#shalat #subuh #begadang #tidur
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Cicak termasuk hewan fasik. Siapa yang membunuh cicak ternyata bisa raih pahala. Hewan yang digolongkan hewan fasik dan juga diperintahkan untuk dibunuh adalah cicak atau tokek. Hal ini berdasarkan hadits Sa’ad bin Abi Waqqosh, beliau mengatakan,

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk membunuh tokek, beliau menyebut hewan ini dengan hewan yang fasik” (HR. Muslim, no. 2238)

Kemudian dari Ummu Syarik radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk membunuh cicak. Beliau bersabda, “Dahulu cicak ikut membantu meniup api (untuk membakar) Ibrahim ‘alaihis salam.” (HR. Bukhari, no. 3359)

Sedangkan untuk semut, binatang ini termasuk yang haram dibunuh kecuali memang sangat mengganggu.

“Ada lima jenis hewan fasik yang boleh dibunuh ketika sedang ihram, yaitu tikus, kalajengking, burung rajawali, burung gagak dan kalb aqur (anjing galak).” (HR. Bukhari no. 3314 dan Muslim no. 1198)

Tentang masalah membunuh serangga yang sering ada di dalam rumah seperti kecoa, semut dan sejenisnya pernah ditanyakan kepada Syaikh Bin Baz rahimahullah dan beliau menjawab:

'Serangga-serangga tersebut apabila menimbulkan gangguan maka boleh dibunuh, namun tidak boleh dilakukan dengan menggunakan api (dibakar). Boleh dibunuh dengan berbagai alat pembasmi lainnya.' (Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah 5/301-302).

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#semut #kecoa #tokek #cicak
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Hakekat hantu adalah jin yang menampakkan diri kepada manusia dalam rupa yang bukan aslinya. Kita dan jin sama-sama mendapatkan tugas syariat. Mereka makhluk kita juga makhluk. Tidak ada kelebihan yang mereka miliki melebihi kita selain keadaan mereka yang tidak bisa kita lihat, sementara mereka bisa melihat kita.

Allah berfirman,
“Wahai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan, sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu-bapakmu dari surga; ia menanggalkan pakaiannya dari keduanya untuk memperlihatkan–kepada keduanya–‘auratnya. Sesungguhnya, iblis dan golongannya bisa melihat kamu dari suatu tempat yang (di sana) kamu tidak bisa melihat mereka.” (Qs. Al-A’raf:27)

Allah telah menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk paling mulia di muka bumi dengan kesempurnaan melebihi makhluk yang lain atas karunia dari Allah.

Allah Ta’ala berfirman,
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (Al-Israa’ : 70).

Jadi mulai sekarang tidak perlu takut berlebihan jika lewat kuburan, tempat angker dan sebagainya. Justru dosa-dosa kitalah yang patut untuk ditakuti, takut akan azab Allah, takut akan neraka yang apinya menyala-nyala.

Sungguh ancaman neraka sangatlah menakutkan. Apalagi, neraka dihiasi dengan syahwat, kesenangan dan hawa nafsu. Sedangkan jiwa manusia cenderung condong kepadanya, kecuali yang mendapatkan rahmat Allah Ta’ala.

Ya Allah, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau. Lindungilah kami dari neraka. Ya Allah, penuhi hati kami dengan rasa takut dan harap kepada-Mu.

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#dosa #angker #hantu #jin #neraka #takut
~~~~~~~~~~~~~~~~~

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Janji memang ringan diucapkan namun berat untuk ditunaikan. Betapa banyak orangtua yang mudah mengobral janji kepada anaknya tapi tak pernah menunaikannya. Betapa banyak orang yang dengan entengnya berjanji untuk bertemu namun tak pernah menepatinya. Dan betapa banyak pula orang yang berhutang namun menyelisihi janjinya. Bahkan meminta udzur pun tidak.

Sikap mengingkari janji terhadap siapapun tidak dibenarkan agama Islam, meskipun terhadap anak kecil. Jika ini yang terjadi, disadari atau tidak, kita telah mengajarkan kejelekan dan menanamkan pada diri mereka perangai yang tercela.

Al-Imam Abu Dawud rahimahullahu telah meriwayatkan hadits dari shahabat Abdullah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhuma dia berkata: “Pada suatu hari ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk di tengah-tengah kami, (tiba-tiba) ibuku memanggilku dengan mengatakan: ‘Hai kemari, aku akan beri kamu sesuatu!’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepada ibuku: ‘Apa yang akan kamu berikan kepadanya?’ Ibuku menjawab: ‘Kurma.’ Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Ketahuilah, seandainya kamu tidak memberinya sesuatu maka ditulis bagimu kedustaan.” (HR. Abu Dawud bab At-Tasydid fil Kadzib no. 498, lihat Ash-Shahihah no. 748)

Di dalam hadits ini ada faedah bahwa apa yang biasa diucapkan oleh manusia untuk anak-anak kecil ketika menangis seperti kalimat janji yang tidak ditepati atau menakut-nakuti dengan sesuatu yang tidak ada adalah diharamkan. (‘Aunul Ma’bud, 13/ 229)

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Kedustaan tidak dibolehkan baik serius atau main-main, dan tidak boleh salah seorang kalian menjanjikan anaknya dengan sesuatu lalu tidak menepatinya.” (Shahih Al-Adabul Mufrad no. 300)

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#janji #anak #dakwahislam #manis
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Memajang foto makhluk hidup atau makhluk bernyawa (manusia dan hewan) di dinding terlarang hukumnya berdasarkan dalil yang sangat banyak sekali, diantaranya sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam :

”Sesungguhnya para malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang terdapat gambar di dalamnya” (HR. Bukhari: 3224 dan Muslim: 2106).

Dalam riwayat yang lain beliau bersabda :
“Sesungguhnya manusia yang paling berat siksaannya pada hari kiamat adalah mereka yang menyerupakan makhluk Allah.” (HR. Bukhari: 5954, Muslim: 2107).

Yang harus dilakukan adalah menghapus gambar/foto tersebut, baik dengan dibakar atau ditanam atau diburamkan mukanya, atau dipotong bagian tertentu yang mengakibatkan ia tidak lagi disebut sebagai makhluk hidup sebagaimana perintah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam :

“Janganlah engkau membiarkan gambar melainkan engkau hapus dan tidak pula kubur yang ditinggikan kecuali engkau meratakannya.” (HR. Muslim : 969).

Namun demikian sebagian ulama memilih pendapat bahwa gambar yang dilarang ialah gambar yang dicetak, adapun jika tersimpan di dalam komputer atau hp yang ketika perangkat tersebut dimatikan maka otomatis gambarnya hilang maka tidak termasuk ke dalam larangan tersebut di atas. Diantara ulama yang berpendapat demikian ialah Syaikh Masyhur Hasan Ali Salman, demikian pula Syaikh Khalid Al-Musyaiqih beliau menyatakan:

“Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam atas Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan juga para sahabatnya. Setelah itu, Gambar foto yang ada di dalam HP atau di dalam komputer, atau file video, tidak terkena hukum fotography karena ia gambar yang tidak tetap/kokoh. Kecuali jika ia dikeluarkan dan dicetak. Atas dasar hal ini tidak mengapa menyimpan foto di dalam HP selama tidak mengandung unsur keharaman, wallahu a’lam”. (Fatawa Syaikh Khalid Al-Musyaiqih no. 27076). Wallahu a’lam. Ustadz Abul Aswad Al Bayati

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#foto #memajang #gambarmakhluk #bingkai
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Untukmu wahai para pendidik

Seorang pendidik bukanlah seorang yang hanya mentransferkan ilmu yang dimilikinya kepada peserta yang sedang didiknya.

Namun, jauh dari itu para pendidik adalah role model bagi peserta didik itu sendiri.

Mengapa..? Karena seringkali ilmu itu tersampaikan kepada peserta didiknya meski sang pendidik tak menyampaikan dengan lisan mereka.

Itulah sebabnya Imam Asy-Syafi'i memberikan nasehat kepada Imam Abu Abdish Shamad, gurunya anak-anak Khalifah Harun Al-Rasyid ketika hendak mengajar,

"Ketahuilah, yang pertama kali harus kamu lakukan dalam mendidik anak-anak khalifah adalah memperbaiki dirimu sendiri. Karena, sejatinya paradigma mereka terikat oleh paradigma dirimu. Apa yang mereka pandang baik, adalah apa-apa yang kau lakukan. Dan, apa yang mereka pandang buruk, adalah apa-apa yang kau tinggalkan".

Karenanya wahai para pendidik jadilah kalian teladan dalam sendi² aktivitas anak² didik kalian bukan hanya sekedar menjadi pengajar tanpa ruh..

Sebab di tangan pendidiklah generasi yang rapuh akan menjadi bunga yang harum..

Lukmanul Hakim, MA

IG/FB Kuttab Quranuna
www.tarunaquran.org
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Tidak ragu lagi bahwa berpenampilan cantik di hadapan suami adalah suatu kebaikan. Ini bukan hanya pada malam pertama pernikahan saja, namun setiap saat.

Wanita saat ini bertingkah sebaliknya. Apalagi jika sudah menikah lama. Saat di hadapan suami berpenampilan pas-pasan, berbau kecut, enggan berdandan, berbau keringat, bahkan berbau asap yang tak sedap untuk didekati. Penampilan sebaliknya ketika keluar rumah, saat belanja atau menghadiri kondangan, cantiknya bagaikan bidadari surga dengan make-up yang tebal dan pakaian yang anggun .

Padahal suami lebih berhak mendapatkan kecantikan tersebut. Orang lain tidak memberikan mahar pernikahan apa-apa pada istri. Tapi kok para istri lebih suka kecantikannya dipamerkan untuk pria lain di jalanan daripada suaminya sendiri? Ada apa ini?

Wanita terbaik adalah wanita yang selalu menampakkan kecantikan padalll suaminya. Kecantikan itulah yang membuat suami senang dan tentram.

Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu pernah menceritakan,
Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, “Apa ciri wanita yang paling solihah?” Jawab beliau, Yang menyenangkan suami ketika dilihat, dan mentaati suami ketika diperintah. (HR. Ahmad 9837, Nasai 3244 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Anda bisa memastikan, seorang suami akan merasa nyaman melihat istrinya ketika sang istri berhias, atau bahkan menyebarkan wewangian bagi suami.

Hadis ini sangat tegas mengajarkan, jika wanita ingin menjadi istri solihah, hendaknya dia berusaha berhias bagi suaminya. Dan ini bagian dari hak suami yang harus ditunaikan istrinya. Karena merupakan salah satu sebab terbesar mewujudkan kasih sayang.

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#cantik #dandan #bau #pamer
~~~~~~~~~~~~~~~~~~

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Sebagai seorang muslim, kita tentu memahami bahwa berputus asa merupakan hal yang tercela dalam agama Islam yang mulia ini. Bahkan berputus asa dari rahmat Allah Ar Rahman merupakan salah satu tanda kebinasaan. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an, mengisahkan perkataan Nabi Ya’qub ‘alaihissalam kepada putra-putranya,

Artinya: “Wahai anak-anakku, pergilah kalian dan carilah berita mengenai Yusuf dan saudaranya, dan janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tidaklah ada yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang kafir.” (QS. Yusuf: 87)

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullahu memasukkan berputus asa dari rahmat Allah sebagai salah satu dosa besar yang letaknya di hati. Setelah membawakan ayat di atas sebagai dalil, beliau menambahkan dengan riwayat dari Abdullah ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma secara marfu’ (yang artinya), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya,

“’Apa sajakah yang termasuk dosa-dosa besar?’. Beliau menjawab, ‘Mempersekutukan Allah, merasa aman dari makar Allah, dan berputus asa dari rahmat Allah.’” [Al Kaba’ir]

Islam senantiasa mengajarkan optimisme dalam segala hal yang bermanfaat, baik bagi dunia maupun akhirat pemeluknya.

Maka berputus asa dari rahmat Allah dan merasa jauh dari rahmat-Nya merupakan dosa besar. Kewajiban seorang manusia adalah selalu berbaik sangka terhadap Rabb-nya:

- Jika dia meminta kepada Allah, maka dia selalu berprasangka baik, bahwa Allah akan mengabulkan permintaannya.

- Jika dia beribadah sesuai dengan syariat dia selalu optimis, bahwa amalannya akan diterima,dan

- Jika dia ditimpa suatu kesusahan dia tetap berprasangka baik, bahwa Allah akan menghilangkan kesusahan tersebut.

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#sedih #rahmat #sad #galau
~~~~~~~~~~~~~~

Setiap hamba senantiasa membutuhkan hidayah dalam setiap waktu dan tarikan nafas, juga dalam segala urusan yang dia lakukan.

Hidayah itu dijemput bukan ditunggu. Bukan menunggu waktu tua dahulu, menunggu sukses dunia dahulu, menunggu anak dewasa dan mandiri dahulu.

Hidayah itu dijemput dengan segera. Karena taubat tidak menunggu ajalmu. Bukan lambat asal selamat, tapi cepat agar selamat di akhirat. Hanya orang yang bersungguh-sungguh lah yang mendapatkan hidayah. Mulailah langkah pertama dengan bertobat terlebih dulu.

Allah Ta’ala berfirman,
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal shalih, kemudian tetap di atas jalan hidayah” (QS. Thaha: 82)

Dan juga Allah berfirman,
“Orang-orang yang bersungguh-sungguh (berjuang mencari keridhaan) Kami, sungguh akan Kami berikan kepada mereka petunjuk (hidayah) kepada jalan-jalan Kami. (QS. Al-Ankabut: 69).

Ibnul Qayyim menjelaskan ayat di atas, beliau berkata,
“Allah menggantungkan/mengkaitkan hidayah dengan perjuangan/jihad. Manusia yang paling sempurna hidayahnya adalah yang paling besar jihadnya. Jihad yang paling utama yaitu jihad mendidik jiwa, jihad melawan hawa nafsu, jihad melawan setan dan jihad melawan fitnah dunia.” [Al-Fawaid, hlm. 59]

Semoga kita semua mendapatkan hidayah dari Allah, serta melindungi kita semua dari segala keburukan dan fitnah.

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#hidayah #taubat #sabar #fitnah
~~~~~~~~~~~~~~~~~

Mencintai Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan kewajiban bagi setiap Muslim. Semua muslim pasti ingin dan biasanya mengaku telah mencintai beliau shallallahu 'alaihi wasallam, namun sejatinya cinta itu butuh kepada bukti yang dapat dijadikan standar kebenaran pengakuan cinta. Sebab, bila pengakuan tidak diwujudkan dengan bukti, maka apa artinya sebuah pengakuan?

Karena tidak semua pengakuan cinta dianggap benar, kecuali jika diwujudkan dengan bukti dalam kehidupan sehari-harinya. Bukti dan tanda-tanda tersebut menunjukkan kecintaannya yang hakiki. Semakin banyak memiliki bukti dan tanda tersebut, maka semakin tinggi dan sempurna kecintaannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Mencontoh, mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, berjalan di atas manhaj beliau, berpegang teguh serta meneladani beliau dalam tutur kata maupun perbuatan Beliau, merupakan awal tanda cinta Rasul. Seseorang yang benar mencintai Rasulullah ialah orang yang mengikuti Rasulullah secara lahiriyah dan batiniyah, selalu menyesuaikan perkataan dan perbuatannya dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.” (QS. Ali Imran: 31)

"Siapa yang benci sunnahku maka ia bukan dari golonganku" (HR. Al-Bukhari no. 5063 & Muslim no. 1401)

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Ikutilah (petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), janganlah membuat bid’ah. Karena (ajaran Nabi) itu sudah cukup bagi kalian. Semua amalan yang tanpa tuntunan Nabi (baca: bid’ah) adalah sesat.” (Ath Thobroniy dalam Al Mu’jam Al Kabir no. 8770)

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#cinta #nabi #rasul #rasulullah #palsu #sunnah
~~~~~~~~~~~~~

Islam mengajarkan keyakinan terhadap hari akhir dan hari pembalasan. Islam menanamkan prinsip bahwa hidup di dunia ini hanya sementara. Kematian bukanlah akhir segalanya. Bahkan, kematian adalah awal hidup abadi yang sebenarnya, di negeri akhirat. Surga atau neraka, itulah tempat tinggal terakhir bagi setiap manusia.

Tingkah laku di dunia harus kita pertanggung-jawabkan, ketika telah tiba masa hisab. Perbuatan baik, perbuatan buruk, semuanya.

Dalam Islam, keyakinan terhadap hari akhir merupakan salah satu rukun iman. Berbekal iman tersebut, seorang muslim dituntut untuk berpacu agar memanfaatkan hidup – yang cuma sekali ini – sebaik-baiknya.

Hidup di dunia ini ibarat masa menanam, dan hidup di akhirat adalah masa menuai. Kalau tidak maksimal menanam kebaikan, bagaimana mungkin bisa menuai kebahagiaan?

“Apakah kalian mengira bahwa Kami menciptakan kalian dengan sia-sia dan kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al-Mu’minun: 115)

Mari berubah, sebelum penyesalan tidak lagi berguna.

Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma; beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memegang pundakku seraya bersabda, “Jadilah – di dunia ini – layaknya orang asing atau pengembara.”

Lalu Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Jika engkau berada pada waktu sore maka jangan menunggu hingga pagi, dan jika engkau berada pada waktu pagi maka jangan menunggu hingga sore. Manfaatkan masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu. Manfaatkan masa hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al-Bukhari)

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#penyesalan #sekarang #masalalu #islam #berubah
~~~~~~~~~~~~~~~
Kemuliaan seorang mukmin didapatkan dengan: shalat malam, menjaga izzah, dan tidak minta-minta kepada orang lain.

Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu’anu, ia berkata:

“Malaikat Jibril datang kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, kemudian ia berkata: Wahai Muhammad, hiduplah semaumu karena engkau akan menjadi mayit. Beramallah semaumu, karena semuanya akan dibalas. Dan cintailah orang semaumu, karena engkau akan meninggalkannya. Dan ketahuilah, kemuliaan seorang mukmin didapatkan dengan: shalat malam, menjaga izzah (kehormatan), dan tidak minta-minta kepada orang lain” (HR. Thabrani dalam Al Ausath [4278], Al Hakim [7921], Hilyatul Auliya [3/290], dihasankan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no. 831).

Di antara ibadah yang paling mulia, yang merupakan ciri khas orang-orang shaleh. Dan ibadah ini juga merupakan ciri para penghuni surga adalah shalat malam (qiyamul lail). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Hendaklah kalian melaksanakan qiyamul lail (shalat malam) karena shalat amalan adalah kebiasaan orang sholih sebelum kalian dan membuat kalian lebih dekat pada Allah. Shalat malam dapat menghapuskan kesalahan dan dosa. ” (Lihat Al Irwa’ no. 452. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Oleh karenanya, Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji orang-orang yang mengerjakan shalat malam dalam banyak ayat. Di antaranya Allah memuji penghuni surga dengan firman-Nya,

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman (surga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.” [Quran Adz-Dzariyat: 15-18].

Allah Ta’ala sebutkan ciri pertama dari penghuni surga adalah mereka yang sedikit tidur karena shalat malam. Dan mereka tidak ujub serta sombong dengan shalat malam tersebut. Setelah shalat malam, mereka beristighfar memohon ampun kepada Allah Ta’ala.

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#mulia #izzah #kehormatan #shalat #tahajud
~~~~~~~~~~~~~
Belajar dari
Ustadz Sepuh
.
Dari salah seorang murid senior Imam Asy-Syafi'i,yaitu Rabi’ bin Sulaiman al-Muradi, bahwa Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata:

طلب العلم افضل من الصلاة النافلة

“Menuntut ilmu lebih utama daripada shalat sunnah.” (Shahih Jami’ al-Bayan, 31/48)

Imam Ahmad pernah ditanya saat usianya sudah sepuh,lengan tangannya berumuran tinta ,sampai kapan engkau bersama tinta wahai imam ? beliau berkata:

مع المحبرة الى المقبرة
" Bersama tinta hingga keliang lahat ".

*Antum tahu akhi,sekelas Ustadz Abdul Hakim حفظه الله saja masih sibuk belajar,dulu setahu saya beliau selalu ada di maktabah Lipia untuk membaca kitab dan menulis. Sebagaimana juga disampaikan oleh bebeapa murid beliau  dan saya pernah melihat langsung pada tahun 2010 saat main ke kampus biru.
.
* Ustadz Dzulqarnain M.Sunusi حفظه الله,mungkin antum bisa lihat bagaimana kokohnya ilmu dan hafalan  beliau. Walau demikian dari beberapa tulisan yang saya baca,beliau masih sibuk belajar, menghafal dan terkadang safar untuk belajar kepada gurunya,yaitu Syaikh Dr. Shalih Fauzan حفظه الله.

*Sekelas Ustadz Yazid bin Abdul Qadir jawaz حفظه الله,yang sudah berdakwah puluhan tahun dan memiliki karya yang banyak,masih duduk menimba ilmu di majelis Syaikh DR. Ibrahim Ar-ruhaili حفظه الله.
.
Sejatinya kita ini orang yang bodoh,maka tudinglah bahwa diri kita "bodoh" bukan kepada orang lain. Agar kita lebih semangat lagi dalam menuntut ilmu dan duduk di hadapan ulama.
.
Kita berlindung kepada Allah dari sifat sombong.
#Nasehat untuk diri.

Baarakallah Fiikum..
.
*Keterangan gambar:
( Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat dan ustadz Yazid Abdul Qodir Jawas hafizhahumullah duduk bersama diantara para thulabul 'ilmi lainnya di majelisnya Asy Syaikh Prof.Dr. Ibrahim Ar Ruhaily_dari Fb.Kualisi umat islam )
_________

Pagi hari
pena:

Abu Naayif