Selasa, 25 Juni 2019

(2) Kitab Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā Ath-Athibbāi

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 21 Syawwal 1440 H / 25 Juni 2019 M
👤 Ustadz Arief Budiman, Lc
📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath-Athibbāi
🔊 Halaqah 20 | Jangan Membenci Anak Karena Wajahnya
~~~~~~~~~~~~
JANGAN MEMBENCI ANAK KARENA WAJAHNYA

بسم اللّه الرحمن الرحيم
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الأنبياء الْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحبِهِ أَجْمَعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أما بعد

Ma'āsyiral mustami'in para pendengar rahīmakumullāh.

Ini adalah pertemuan kita yang ke-20, dari kitāb  Fiqhu Tarbiyatil Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Al Athibbāi, tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter, karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīdzahullāh.

Kita lanjutkan pembahasan sub judul berikutnya yaitu:

▪ Janganlah Anda membenci terhadap anak karena wajahnya yang kurang cantik atau kurang tampan.

Seorang anak tidak memiliki kuasa di dalam menentukan cantik (tampan) atau jelek, baik atau buruk, karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah menciptakan mereka seperti itu, ini sudah ketetapan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Bisa jadi seorang anak memiliki wajah yang kurang menarik akan tetapi dia memiliki kedudukan di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla kelak.

Mungkin saja dia anak shālih, anak yang bertaqwa, anak yang takut kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Oleh karenanya rupa tidak menjadi standar baik buruknya seseorang.

Baik buruk seseorang dilihat dari bagaimana agama dan kadar ketaqwaan serta keimanannya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

…وَلَأَمَةٞ مُّؤۡمِنَةٌ خَيۡرٞ مِّن مُّشۡرِكَةٖ وَلَوۡ أَعۡجَبَتۡكُمۡۗ ….

"Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun dia menarik hatimu.…”

… وَلَعَبۡدٞ مُّؤۡمِنٌ خَيۡرٞ مِّن مُّشۡرِكٖ وَلَوۡ أَعۡجَبَكُمۡۗ …

'Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu..... " (QS Al Baqarah: 221)

Allāh Subhānahu wa Ta'āla juga menjelaskan keadaan orang-orang munāfiq. Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

وَإِذَا رَأَيۡتَهُمۡ تُعۡجِبُكَ أَجۡسَامُهُمۡۖ.......

"Dan apabila engkau melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum..... " (QS Al Munāfiqun: 4)

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

فَلَا تُعۡجِبۡكَ أَمۡوَٰلُهُمۡ وَلَآ أَوۡلَٰدُهُمۡۚ إِنَّمَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُم بِهَا فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَتَزۡهَقَ أَنفُسُهُمۡ وَهُمۡ كَٰفِرُونَ

"Maka janganlah harta dan anak-anak mereka membuatmu kagum. Sesungguhnya maksud Allāh dengan itu adalah untuk menyiksa mereka dalam kehidupan dunia dan kelak akan mati dalam keadaan kāfir.” (QS At Tawbah: 55)

Ini menunjukkan tidak bermanfaatnya harta dan anak jika tidak diiringi dengan ketaqwaan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Sesungguhnya Allāh yang Maha menciptakan dan membentuk manusia, sesuai dengan apa yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla kehendaki. Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

هُوَ ٱللَّهُ ٱلۡخَٰلِقُ ٱلۡبَارِئُ ٱلۡمُصَوِّرُۖ......

"Dialah Allāh Yang Maha Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa...." (QS Al Hasyr: 24)

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

هُوَ ٱلَّذِي يُصَوِّرُكُمۡ فِي ٱلۡأَرۡحَامِ كَيۡفَ يَشَآءُۚ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ

“Dialah (Allāh Subhānahu wa Ta'āla) yang membentuk kamu dalam rahim menurut yang Dia kehendaki. Tidak ada tuhan selain Dia,  Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (QS Āli Imrān: 6)

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

مِنۡ أَيِّ شَيۡءٍ خَلَقَهُۥ۞ مِن نُّطۡفَةٍ خَلَقَهُۥ فَقَدَّرَهُۥ

"Dari apakah Dia (Allāh) menciptakannya? Dari setetes mani, Dia menciptakannya lalu menentukannya.” (QS 'Abasa: 18-19)

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

أَفَرَءَيۡتُم مَّا تُمۡنُونَ ۞ ءَأَنتُمۡ تَخۡلُقُونَهُۥٓ أَمۡ نَحۡنُ ٱلۡخَٰلِقُونَ

"Maka adakah kalian perhatikan, tentang (benih manusia) yang kalian pancarkan. Apakah kalian yang menciptakannya, ataukah Kami penciptanya?" (QS Al Wāqi'ah: 58-59)

Maka fahamilah ini wahai hamba Allāh !

Janganlah Anda tertipu dengan ketampanan atau kecantikan salah seorang di antara anak-anak Anda, sehingga membuat Anda melakukan kezhāliman kepada yang lain.

Sungguh, orang yang paling mulia disisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah adalah orang-orang yang paling bertaqwa.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ

"Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allāh ialah orang yang paling bertakwa.” (QS Al Hujurāt: 13)

Dan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam telah bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

"Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak melihat bentuk dan harta yang kalian miliki, akan tetapi Dia melihat hati dan amal perbuatan yang kalian lakukan.” (Hadīts shahīh riwayat Muslim nomor 2564)

Dalam riwayat yang lain:

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَادِكُمْ وَلاَ إِلَى صُوَرِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ

"Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak melihat badan dan bentuk kalian, akan tetapi Dia melihat hati-hati kalian". (Hadīts shahīh riwayat Muslim nomor 2564)

Demikian, semoga bermanfaat.
بارك الله فيكم
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_________________________

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 22 Syawwal 1440 H / 26 Juni 2019 M
👤 Ustadz Arief Budiman, Lc
📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath-Athibbāi
🔊 Halaqah 21 | Mentahnik Dan Mendoakan Anak Dengan Keberkahan
~~~~~~~~~~~~
MENTAHNIK DAN MENDOAKAN ANAK DENGAN KEBERKAHAN

بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه، ولاحول ولا قوة إلا بالله أما بعد

Ma'āsyiral mustami'in para pendengar rahīmakumullāh.

Ini adalah pertemuan kita yang ke-21, dari kitāb  Fiqhu Tarbiyatil Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Al Athibbāi, tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter, karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīdzahullāh.

Kita lanjutkan pembahasan sub judul berikutnya yaitu:

▪ Mentahnik anak yang baru lahir dan mendo'akannya dengan keberkahan.

Mentahnik adalah mengunyah kurma, lalu mengoleskannya di langit-langit mulut bayi kemudian mendo'akan si bayi agar diberkahi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Ada beberapa hadīts yang menjelaskan mengenai ini.

Di antaranya adalah:

⑴ Hadīts Muslim yang diriwayatkan oleh Āisyah radhiyallāhu ta'āla 'anhā, dimana beliau mengatakan:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يُؤْتَى بِالصِّبْيَانِ فَيُبَرِّكُ عَلَيْهِمْ وَيُحَنِّكُهُمْ 

"Bahwasanya beberapa bayi dibawa menghadap kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam lalu Beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) mendo'akan keberkahan bagi mereka dan mentahnik mereka.” (Hadīts shahīh riwayat Muslim nomor 2147)

⑵ Hadīts Bukhāri dan Muslim yang dari 'Asmā' binti Abī Bakar radhiyallāhu ta'āla 'anhuma, saat itu dia sedang mengandung 'Abdullāh bin Az Zubair.

'Asmā' berkata :

فَخَرَجْتُ وَأَنَا مُتِمٌّ، فَأَتَيْتُ الْمَدِينَةَ، فَنَزَلْتُ بِقُبَاءٍ، فَوَلَدْتُهُ بِقُبَاءٍ، ثُمَّ أَتَيْتُ بِهِ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فَوَضَعْتُهُ فِي حَجْرِهِ، ثُمَّ دَعَا بِتَمْرَةٍ، فَمَضَغَهَا، ثُمَّ تَفَلَ فِي فِيهِ، فَكَانَ أَوَّلَ شَىْءٍ دَخَلَ جَوْفَهُ رِيقُ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم، ثُمَّ حَنَّكَهُ بِتَمْرَةٍ ثُمَّ دَعَا لَهُ وَبَرَّكَ عَلَيْهِ، وَكَانَ أَوَّلَ مَوْلُودٍ وُلِدَ فِي الإِسْلاَمِ

"Aku hijrah dalam keadaan hampir melahirkan, lalu aku datang ke Madīnah. Aku berhenti di Qubā' dan di sanalah aku melahirkan. Selanjutnya aku mendatangi Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dan Beliau meletakkan anak itu di pangkuan Beliau. Kemudian Beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) menyuruh untuk mengambil kurma dan Beliau mengunyahnya.

Setelah itu Beliau meludah di mulut sang anak, maka yang pertama kali masuk ke dalam kerongkongan sang anak adalah ludah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam. Kemudian Beliau mentahniknya dengan kurma dan mendo'akannya dengan keberkahan, dialah anak yang pertama kali lahir di dalam Islām.” (Hadīts shahīh riwayat Bukhāri nomor 3909 dan Muslim nomor 2146)

⇒ Abdullāh bin Az Zubair radhiyallāhu ta'āla 'anhu adalah anak yang pertama kali dilahirkan ketika hijrah ke Madīnah.

⑶ Hadīts Bukhāri dan Muslim yang dari oleh Anas bin Mālik radhiyallāhu ta'āla 'anhu.

Beliau berkata:

كَانَ ابْنٌ لأَبِي طَلْحَةَ يَشْتَكِي، فَخَرَجَ أَبُو طَلْحَةَ، فَقُبِضَ الصَّبِيُّ فَلَمَّا رَجَعَ أَبُو طَلْحَةَ قَالَ مَا فَعَلَ ابْنِي قَالَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ هُوَ أَسْكَنُ مَا كَانَ. فَقَرَّبَتْ إِلَيْهِ الْعَشَاءَ فَتَعَشَّى، ثُمَّ أَصَابَ مِنْهَا، فَلَمَّا فَرَغَ قَالَتْ وَارِ الصَّبِيَّ. فَلَمَّا أَصْبَحَ أَبُو طَلْحَةَ أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ " أَعْرَسْتُمُ اللَّيْلَةَ ". قَالَ نَعَمْ. قَالَ " اللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُمَا ". فَوَلَدَتْ غُلاَمًا قَالَ لِي أَبُو طَلْحَةَ احْفَظْهُ حَتَّى تَأْتِيَ بِهِ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فَأَتَى بِهِ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم وَأَرْسَلَتْ مَعَهُ بِتَمَرَاتٍ، فَأَخَذَهُ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ " أَمَعَهُ شَىْءٌ ". قَالُوا نَعَمْ تَمَرَاتٌ. فَأَخَذَهَا النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم فَمَضَغَهَا، ثُمَّ أَخَذَ مِنْ فِيهِ فَجَعَلَهَا فِي فِي الصَّبِيِّ، وَحَنَّكَهُ بِهِ، وَسَمَّاهُ عَبْدَ اللَّهِ

Adalah anak Abū Thalhah dalam keadaan sakit, lalu Abū Thalhah pergi dan anak itu meninggal dunia.

Setelah kembali, dia bertanya, "Bagaimana keadaan anakku?"

Ummu Sulaim berkata, "Dia lebih tenang dari sebelumnya."

Kemudian Ummu Sulaim membawakan makan malam untuknya dan setelah itu Abū Thalhah mengaulinya.

Setelah selesai Ummu Sulaim berkata,"Kuburkanlah anak itu!"

Di pagi harinya Abū Thalhah datang kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan menceritakannya.

Rasūlullāh bertanya,"Apakah semalam engkau mengauli istrimu?"

Abū Thalhah menjawab, "Benar, wahai Rasūlullāh."

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata, "Yā Allāh, berikanlah keberkahan kepada mereka berdua!"

Setelah itu Ummu Sulaim melahirkan seorang anak laki-laki, Abū Thalhah berkata kepadaku (Anas bin Mālik), "Bawalah anak ini kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam."

Anak itupun aku bawa kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan dibekali beberapa butir kurma.

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam seraya berkata,"Apakah ada sesuatu bersamanya?"

Merekapun berkata,"Ya, beberapa butir kurma."

Lalu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengambil kurma tersebut dan mengunyahnya, kemudian mengambil dari mulut Beliau dan mengoleskanya ke mulut anak itu, kemudian Beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) mentahnik. Beliau menamakan anak itu 'Abdullāh. (Hadīts shahīh riwayat Bukhāri nomor 5470)

⇒ Abū Thalhah adalah ayah tiri dari Anas bin Mālik radhiyallāhu ta'āla 'anhu.

⇒ Hadīts ini pun menunjukkan bagaimana shālihah Ummu Sulaim, ketika anaknya meninggal beliaupun sabar.

⑷ Hadīts Muslim, yang diriwayatkan oleh Anas bin Mālik radhiyallāhu ta'āla 'anhu.

Beliau berkata:

ذَهَبْتُ بِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ الأَنْصَارِيِّ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم حِينَ وُلِدَ وَرَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فِي عَبَاءَةٍ يَهْنَأُ بَعِيرًا لَهُ فَقَالَ " هَلْ مَعَكَ تَمْرٌ " . فَقُلْتُ نَعَمْ . فَنَاوَلْتُهُ تَمَرَاتٍ فَأَلْقَاهُنَّ فِي فِيهِ فَلاَكَهُنَّ ثُمَّ فَغَرَ فَا الصَّبِيِّ فَمَجَّهُ فِي فِيهِ فَجَعَلَ الصَّبِيُّ يَتَلَمَّظُهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم " حُبُّ الأَنْصَارِ التَّمْرَ " . وَسَمَّاهُ عَبْدَ اللَّهِ .

Saya pergi bersama Abdullah Bin Abu Thalhah Al Anshari menemui Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ketika dia baru dilahirkan. Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, yang ketika itu Beliau sedang di 'ab'ah (kandang unta) memberi minum untanya. Maka (Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam) bertanya padaku:

"Apakah kamu membawa kurma?"

Saya menjawab: "Ya."

Beliau kemudian mengambil beberapa kurma lalu dimasukkan ke dalam mulut Beliau dan melembutkannya. Setelah itu Beliau membuka mulut bayi dan disuapkan padanya. Bayi itu mulai menjilatinya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Kesukaan orang Anshar adalah kurma."

Kemudian (Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam) memberinya nama Abdullah. (Hadīts shahīh riwayat Muslim nomor 2144)

⑸ Hadīts Bukhāri dan Muslim, yang diriwayatkan oleh Abū Mūsā radhiyallāhu ta'āla 'anhu.

Beliau berkata:

وُلِدَ لِي غُلاَمٌ، فَأَتَيْتُ بِهِ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فَسَمَّاهُ إِبْرَاهِيمَ، فَحَنَّكَهُ بِتَمْرَةٍ

Aku dikaruniai seorang anak laki-laki, lalu aku membawanya kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, Beliau memberikan nama Ibrāhīm untuk anak itu, kemudian mentahniknya. (Hadīts shahīh riwayat Bukhāri nomor 6198 dan Muslim nomor 2145)

Demikian, semoga bermanfaat.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_________

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 26 Dzulqa’dah 1440 H / 29 Juli 2019 M
👤 Ustadz Arief Budiman, Lc
📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath Athibbāi
🔊 Halaqah 22 | Hendaknya Kita Memilih Nama Yang Baik Untuk Anak Kita
~~~~~~~~~~~~
HENDAKNYA KITA MEMILIH NAMA YANG BAIK UNTUK ANAK KITA

بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، ولاحول ولا قوة إلا بالله أما بعد

Ma'āsyiral mustami'in para pendengar rahīmakumullāh.

Ini adalah pertemuan kita yang ke-22, dari kitāb  Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Al Athibbāi, tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter, karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīdzahullāh.

Kita lanjutkan pembahasan sub judul berikutnya, yaitu: HENDAKNYA MEMILIH NAMA YANG BAIK BAGI ANAK.

Ini adalah hak seorang anak yang wajib kita penuhi. Kita harus memberi mereka nama yang baik, jangan memberinya nama yang jelek (bermakna tidak baik) sehingga orang-orang akan mengejek atau mencemoohkan mereka (karena sebab kita selaku orang tua memberi mereka nama-nama yang tidak baik). 

Berilah anak-anak kita nama yang baik yang mengandung makna yang baik atau indah. Berilah mereka nama-nama orang shālih, nama-nama nabi. Bahkan di antara ulamā ada yang membolehkan memberikan nama anak-anak kita dengan nama malāikat.

Karena nama para nabi, nama orang shālih dan nama hamba-hamba Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang bertakwa mengandung makna yang baik, (in syā Allāh) menjadi makna yang optimis dan baik juga.

Bahkan disebutkan dalam kitāb, bahwa:

والاسم الطيب له مدلول طيب حتى في الرؤيا

"Nama yang baik akan mengandung arti dan makna yang baik, bahkan dalam mimpi sekalipun."

Disebutkan dalam satu hadīts riwayat Muslim, Abū Dāwūd dan yang lainnya, dari hadīts Anas bin Mālik radhiyallāhu ta'āla 'anhu, beliau berkata, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

رَأَيْتُ ذَاتَ لَيْلَةٍ فِيمَا يَرَى النَّائِمُ كَأَنَّا فِي دَارِ عُقْبَةَ بْنِ رَافِعٍ فَأُتِينَا بِرُطَبٍ مِنْ رُطَبِ ابْنِ طَابٍ فَأَوَّلْتُ الرِّفْعَةَ لَنَا فِي الدُّنْيَا وَالْعَاقِبَةَ فِي الآخِرَةِ وَأَنَّ دِينَنَا قَدْ طَابَ

"Pada suatu malam aku melihat sesuatu yang biasa dilihat oleh seseorang yang sedang tidur (bermimpi), seakan-akan kami berada di dalam rumah 'Uqbah bin Rāfi', lalu dibawakan kepada kami kurma Ibnu Thāb. Selanjutnya kami menafsirkan mimpi tersebut dengan kedudukan yang tinggi di dunia, tempat yang baik di akhirat dan sesungguhnya agama kami telah sempurna." (Hadīts shahīh riwayat Muslim no 2270 dan Abū Dāwūd nomor 5025)

⇒ Kurma Ibnu Thāb adalah jenis kurma yang bagus, terkenal dikalangan penduduk Madīnah. Jenis kurma yang dinisbatkan kepada Ibnu Thāb.

Dalam riwayat lain, hadīts dari Al Bukhāri dari jalur Sa'id bin Al Musayyib dari bapaknya:

Sesungguhnya bapak beliau datang kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, lalu beliau bertanya:

"Siapa namamu?"
"Hazan (sulit, sedih)," jawabnya.

Kemudian Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata:

"Namamu adalah Sahl (mudah)."

Dia berkata:

"Aku tidak akan pernah merubah nama yang telah diberikan oleh bapak kami."

Ibnul Musayyib berkata:

"Senantiasa kesulitan menimpa kami setelah itu." (Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 6190)

⇒ Dengan sebab nama akan berpengaruh terhadap kehidupan seseorang.

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam banyak merubah nama para shahābat radhiyallāhu ta'āla 'anhum. Yang semula namanya bermakna buruk, Beliau rubah menjadi makna yang baik.

Diriwayatkan di dalam Shahīh Al Bukhāri dengan sanad yang mursal, dari jalan 'Ikrimah, beliau berkata:

Ketika Suhail bin 'Amr datang, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata:

"Semoga urusan kalian menjadi mudah."

Jadi berilah anak-anak kita nama yang baik, dari nama-nama orang-orang shālih yang memiliki keutamaan. Dan hindari memberi mereka nama-nama orang kāfir dan para pelaku maksiat karena akan memberi pengaruh buruk pada kehidupan mereka.

Di antara nama-nama yang baik adalah,  Muhammad (nama Nabi kita shallallāhu 'alayhi wa sallam), Maryam puteri 'Imrān dan saudaranya Hārun. Demikian pula dengan Mūsā saudaranya Hārun. Akan tetapi Maryam bukan saudara perempuan Mūsā, karena keduanya terpisah dalam kurun waktu yang lama (Nabi Mūsā berada sebelum Nabi Īsā).

Ketika Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ditanya tentang hal ini, Beliau menjawab:

إِنّّهُم كَانُوا يُسَمُّونَ بِأَنْبِيَائِهِم و الصّالِحِينَ قَبْلَهُم

"Sesungguhnya mereka menamakan anak-anak mereka dengan nama para nabi dan orang-orang shālih sebelum mereka." (Hadīts riwayat Muslim nomor 2135, hadīts dari Al Mughirah bin Syu'bah).

Kemudian dari hadīts Abdullāh bin 'Umar, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

إنَّ أَحَبَّ أَسمَائكم إلَى الله عبد الله و عبد الرّحمن

"Sesudahnya nama yang paling Allāh cintai adalah 'Abdullāh dan 'Abdurrahmān." (Hadīts riwayat Muslim nomor 2132)

√ 'Abdullāh mengandung makna hamba Allāh.
√ 'Abdurrahmān mengandung makna hamba Allāh yang maha penyayang.

Kemudian dari hadīts Jābir bin 'Abdillāh radhiyallāhu ta'āla 'anhu secara marfu', Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

تَسَمُّوا بِاسْمِي ولا تَكْتَنُوا بِكُنيَتِي

"Berilah nama dengan namaku dan janganlah memberi kun-yah dengan kun-yahku (Abu Qasim)." (Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 6187,Muslim nomor 2133)

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menganjurkan kita memberi nama anak-anak laki-laki kita dengan nama (seperti) Muhammad. Kebanyakan orang Indonesia selalu menambah banyak nama pada anak-anak mereka, padahal nama itu bukan nama ayahnya atau kakeknya.

⇒ Nama yang syari' cukup dengan satu suku kata saja (Muhammad, misalnya)

Bahkan putera Rasulullah shallallāhu 'alayhi wa sallam, beliau beri nama Ibrāhīm. Namun putera beliau tidak sampai dewasa, ketika bayi meninggal dunia (radhiyallāhu ta'āla 'anhu).

Diriwayatkan di dalam Shahīhain, dari hadīts Abū Mūsā radhiyallāhu ta'āla 'anhu, beliau berkata:

"Aku dikaruniai seorang anak, kemudian aku mendatangi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan Beliau menamakan anak itu dengan nama Ibrāhīm." (Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 6198 dab Muslim nomor 2145)

Oleh karena itu perhatikan masalah ini.

Ada nasehat dalam satu kitāb "Tasmiyatul Maulūd" yang ditulis oleh Syaikh Bakar bin Abdillāh Abū Zaid, beliau menasehati tentang pentingnya memberi nama yang baik pada anak-anak dan menghindarkan nama-nama yang buruk untuk mereka.

Syaikh Bakar bin Abdillāh Abū Zaid, berkata: 

إن الاسم عنوان المسمى فإذا كان الكتاب يقرأ من عنوانه فإن المولود يعرف من اسمه

"Sesungguhnya sebuah nama adalah judul atau ciri seseorang, sebagaimana sebuah buku dilihat dari judulnya. Demikian pula seseorang diketahui keyakinan dan sudut pandang pemikirannya dari namanya.”

Bahkan keyakinan orang yang memilih baginya sebuah nama bisa diketahui dari nama yang ia berikan.

Oleh karena itu perhatikan, ketika memberi nama untuk anak-anak kita!

Berilah anak-anak kita nama orang-orang shālih yang jelas telah Allāh puji di dalam Al Qurān maupun sunnah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Demikian semoga bermanfaat.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
________________________

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 27 Dzulqa’dah 1440 H / 30 Juli 2019 M
👤 Ustadz Arief Budiman, Lc
📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath-Athibbāi
🔊 Halaqah 23 | Memberi Kun-yah Kepada Anak Kecil Dan Memanggilnya Dengan “Anakku”
~~~~~~~~~~~~
MEMBERI KUN-YAH KEPADA ANAK KECIL DAN MEMANGGILNYA DENGAN "ANAKKU"

بسم اللّه الرحمن الرحيم
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ والْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ أَصَحابِهِ أَجْمَعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أما بَعْدُ

Ma'āsyiral mustami'in para pendengar rahīmakumullāh.

Ini adalah pertemuan kita yang ke-23, dari kitāb  Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Al Athibbāi, tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter, karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīdzahullāh.

Pada sesi ini kita membahas satu sub judul yaitu:

▪ MEMBERIKAN KUN-YAH KEPADA ANAK KECIL

Kun-yah adalah sebutan atau gelar nama. Jika anak laki-laki maka diawali dengan Abū, (misalnya) Abū Fulān dan bila anak wanita diawali dengan Ummu (misalnya) Ummu Fulān.

Tidak mengapa seorang anak laki-laki ataupun wanita dipanggil dengan kun-yahnya meskipun mereka masih kecil.

Misalnya:

√ Anak laki-laki, kita panggil, "Yā, Aba Fulān!"

√ Ana wanita, kita panggil, "Yā, Umma Fulān! "

Ini telah dipraktekan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Beliau pernah memanggil saudara Annas bin Mālik yang saat itu usianya masih kecil (baru disapih ibunya).

Beliau bersabda:

يَا أَبَا عُنَيرِ مَا فَعَلَ النُّغَيرُ

"Wahai Abū ‘Umair ! Apakah yang dilakukan oleh an nughair (burung kecil)?"

Beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) juga pernah berkata kepada seorang anak perempuan yang masih kecil.

Beliau bersabda:

يَا أُمَّ خَالِدِ هذا سنه

"Wahai Ummu Khālid, ini adalah pakaian yang bagus."

Ini menunjukkan memanggil anak-anak dengan kun-yah tidak masalah jika hal ini membuat anak-anak kita senang (dalam bab becanda dengan mereka).

Kemudian sub judul berikutnya adalah:

▪ SESEORANG BOLEH MENGATAKAN, "WAHAI ANAKKU" KEPADA SELAIN ANAKNYA

Seseorang boleh mengatakan, "Wahai anakku," kepada selain anaknya. Hal ini sebagaimana dijelaskan di dalam sebuah hadīts shahīh yang diriwayatkan oleh Muslim dari Annas bin Mālik radhiyallāhu ta'āla 'anhu.

Beliau (radhiyallāhu ta'āla 'anhu) berkata:

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memanggilku dengan sebutan, "Wahai anakku!"

Dan ini bukan berarti penisbatan diri secara nasab kepada kita yang memanggilnya, akan tetapi ini merupakan panggilan kasih sayang kepada anak tersebut.

Demikian, semoga bermanfaat.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
________________________

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 28 Dzulqa’dah 1440 H / 31 Juli 2019 M
👤 Ustadz Arief Budiman, Lc
📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath Athibbāi
🔊 Halaqah 24 | Aqiqah Bagi Anak
~~~~~~~~~~~~
AQIQAH BAGI ANAK
بسم اللّه الرحمن الرحيم
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الأنبياء الْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ أَصَحابِهِ أَجْمَعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أما بعد

Ma'āsyiral mustami'in para pendengar rahīmakumullāh.

Ini adalah pertemuan kita yang ke-24, dari kitāb  Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Al Athibbāi, tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter, karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīdzahullāh.

Pada sesi ini kita membahas satu sub judul yaitu:

▪ 'AQIQAH BAGI ANAK

Hukum 'Aqiqah adalah sunnah (mustahab).

Disunnahkan untuk melaksanakan 'aqiqah pada hari ketujuh setelah kelahiran, sebagaimana hadīts shahīh yang diriwayatkan oleh Abū Dāwūd, AtvTirmidzī, An Nassā'i, Ibnu Mājah dan yang lainnya.

Dari Samurah bin Jundub radhiyallāhu ta'āla 'anhu, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam. bersabda:

كُلُّ غُلَامٍ رَهِينَةٌ بَعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَومَ سَابِعِهِ و يٌحلَقُ ويُسمَّى

"Setiap anak tergadaikan dengan 'aqiqahnya, disembelihkan hewan 'aqiqah pada hari ketujuh, dicukur dan diberi nama."

At Tirmidzī setelah mentakhrij hadīts ini beliau berkata, "Hadīts ini hasan shahīh, menurut para ulamā pelaksanaannya berdasarkan hadīts ini, mereka mengajurkan penyembelihan 'aqiqah dilakukan pada hari ketujuh, jika belum mampu maka pada hari keempat belas dan jika belum bisa juga maka pada hari kedua puluh satu."

Penulis mengatakan tiga hal yang dilakukan pada seorang anak di hari ke tujuh yaitu 'aqiqah, dicukur dan diberi nama.

Adapun untuk pemberian nama penulis mengatakan, "Boleh memberi nama seorang anak pada hari pertama kelahirannya."

Sebagaimana hadīts yang diriwayatkan oleh Muslim dari hadīts Anas bin Mālik radhiyallāhu ta'āla 'anhu, beliau berkata bahwasanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

وُلِدَ لِي اللَّيلَةَ غُلَامٌ فَسَمَّيتُهُ بِاسمِ أَبِي إبراهيم

"Tadi malam aku dikaruniai seorang anak, lalu aku beri nama dengan nama bapakku, Ibrāhīm."

⇒ Jadi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam langsung memberi nama puteranya malam itu dengan nama Ibrāhīm (jadi tidak harus menunggu hari yang ketujuh).

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

يَٰزَكَرِيَّآ إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَٰمٍ ٱسۡمُهُۥ يَحۡيَىٰ لَمۡ نَجۡعَل لَّهُۥ مِن قَبۡلُ سَمِيّٗا

"Wahai Zakariyyā'! Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan seorang anak laki-laki namanya Yahyā, yang Kami belum pernah memberikan nama seperti itu sebelumnya." (QS Maryam: 7)

'Aqiqah dilakukan dengan memotong dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor kambing untuk anak perempuan. Hadīts yang membicarakan hal itu banyak dan keseluruhan hadīts tersebut adalah shahīh diantaranya Sunnan An Nassā'i, Sunnan Abī Dāwūd dan disebutkan oleh Syaikh Albāniy rahimahullāh di dalam kitāb Irwā-ul Ghalīl.

Demikian semoga bermanfaat.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
________________________

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 23 Muharam 1441 H / 23 September 2019 M
👤 Ustadz Arief Budiman, Lc
📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath-Athibbāi
🔊 Halaqah 25-1 | Bahaya Membunuh Anak (Bagian 1)
~~~~~~~~~~~~

BAHAYA MEMBUNUH ANAK (BAGIAN 1)

بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، ولاحول ولا قوة إلا بالله أما بعد

Para pemirsa rahīmakumullāh.

Ini adalah halaqah yang ke-25, dari kitāb  Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Al Athibbāi tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīdzahullāh.

Pada sesi ini kita membahas satu sub judul yaitu:

▪ BAHAYA MEMBUNUH ANAK

Ini merupakan salah satu perbuatan dosa besar yang dilakukan di masa Jāhilīyyah, disebutkan oleh penulis:

ومن أكبر الكبائر أن تقتل ولدك خشية أن يطعم معك

"Termasuk dosa besar adalah membunuh anakmu sendiri karena khawatir dia akan makan bersamamu."

Ini karena jahat dan bakhilnya orang tua, sehingga anaknya sendiri tidak boleh makan bersamanya.

Dia khawatir rejekinya akan diambil oleh anaknya, padahal masing-masing manusia sudah ditentukan rejekinya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

وَلَا تَقۡتُلُوٓاْ أَوۡلَٰدَكُمۡ خَشۡيَةَ إِمۡلَٰقٖۖ نَّحۡنُ نَرۡزُقُهُمۡ وَإِيَّاكُمۡۚ إِنَّ قَتۡلَهُمۡ كَانَ خِطۡـٔٗا كَبِيرٗا

"Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut miskin. Kami yang memberi rezeki kepada mereka dan kepada klaian. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar." (QS Al Isrā':  31)

Artinya Kami yang memberikan rejeki kepada kalian dan anak-anak kalian, jadi jangan khawatir rejeki kita habis karena memiliki banyak anak.

Kemungkinan perkataan orang tua kita dahulu benar, bahwa banyak anak banyak rejeki, karena setiap manusia sudah Allāh tentukan rejekinya masing-masing.

Dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

قُلۡ تَعَالَوۡاْ أَتۡلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمۡ عَلَيۡكُمۡۖ أَلَّا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيۡـٔٗاۖ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنٗاۖ وَلَا تَقۡتُلُوٓاْ أَوۡلَٰدَكُم مِّنۡ إِمۡلَٰقٖ نَّحۡنُ نَرۡزُقُكُمۡ وَإِيَّاهُمۡۖ وَلَا تَقۡرَبُواْ ٱلۡفَوَٰحِشَ مَا ظَهَرَ مِنۡهَا وَمَا بَطَنَۖ وَلَا تَقۡتُلُواْ ٱلنَّفۡسَ ٱلَّتِي حَرَّمَ ٱللَّهُ إِلَّا بِٱلۡحَقِّۚ ذَٰلِكُمۡ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُونَ

Katakanlah (Muhammad), "Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepada kalian. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat baik kepada ibu bapak, janganlah membunuh anak-anak kalian karena miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada kalian dan kepada mereka; janganlah kalian mendekati perbuatan yang keji, baik yang terlihat ataupun yang tersembunyi, janganlah kalian membunuh orang yang diharamkan Allāh kecuali dengan alasan yang benar. Demikianlah Dia memerintahkan kepada kalian agar kalian mengerti." (QS Al An'ām: 151)

Disebutkan pada ayat di atas di antaranya, "Janganlah membunuh anak-anak kalian karena miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada kalian dan kepada mereka."

Demikian semoga bermanfaat.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
________________________

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 24 Muharam 1441 H / 24 September 2019 M
👤 Ustadz Arief Budiman, Lc
📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath-Athibbāi
🔊 Halaqah 25-2 | Bahaya Membunuh Anak (Bagian 2)
~~~~~~~~~~~~

BAHAYA MEMBUNUH ANAK (BAGIAN 2)

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله أما بعد

Sahabat BiAS yang kami muliakan.

Adapun dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallāhu ‘anhu, beliau pernah bertanya kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ

“Wahai Rasūlullāh, dosa apakah yang paling besar di sisi Allāh 'Azza wa Jalla ?”

Beliau menjawab: “Engkau menjadikan tandingan bagi Allāh sedangkan Dia yang menciptakanmu."

Kemudian aku bertanya lagi: Apa lagi ya Rasūlullāh ?

Kemudian Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjawab:

ثم أَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ خَشْيَةَ أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ

“Kamu membunuh anakmu karena kamu takut dia makan bersamamu.”

Kemudian aku bertanya lagi: Apa lagi ya Rasūlullāh ?

Kemudian Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjawab:

ثم أَنْ تُزَانِيَ بِحَلِيلَةِ جَارِكَ

“Kemudian engkau berzina dengan istri tetanggamu.”

Naudzubillāhi min dzālik.

Maka waspadalah wahai orang tua.

In syā Allāh, tentu kita berusaha menjadi orang tua yang shalih shalelihah, yang baik, sehingga (in syā Allāh) tidak mungkin kita tega membunuh anak kita sendiri, karena ini adalah perbuatan dosa yang sangat besar dan ini adalah warisan jahiliyah.

Justru Nabi memerintahkan kita, agar kita banyak anak. Sebagaimana hadits yang shahih yang sudah lewat penjelasannya, yaitu riwayat Imam Tirmidzi dan lain-lain:

تزوَّجوا الوَدودَ الولودَ فإنِّي مُكاثرٌ بِكُمُ الأُممَ.

“Nikahilah wanita-wanita yang penyayang yang banyak anak yang subur, karena aku akan berbangga-bangga dengan kalian dengan banyaknya kalian nanti di hadapan umat pada hari kiamat.”

Dan ingat, semakin banyak anak yang kita miliki, lalu kita didik mereka, sehingga mereka bertumbuh kembang menjadi anak -anak yang shalih dan shalihah, berarti semakin banyak kita mendapat doa dari anak-anak kita yang shalih dan shalelihah ini.

Dan semakin banyak kita didoakan oleh mereka, tentunya semakin besar kemungkinan kita selamat di akhirat, bahkan di dunia dan di akhirat. Selamat kita hidup di dunia dari mara bahaya dan selamat hidup kita di akhirat dari neraka.

Sebagaimana hadits yang shahih dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallāhu ‘anhu:

إذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إلاَّ مِنْ ثَلاَثَةِ: إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ ..

"Apabila salah seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu syar’i yang bermanfa'at baginya dan anak shalih yang selalu mendoakannya."

Shadaqah jariyyah seperti waqaf dan shadaqah-shadaqah lainnya yang bermanfa’at sampai kiamat.

Maka justru semakin banyak anak, semakin banyak rejeki, in syā Allāh.

Dan semakin banyak keshalihan, kebaikan, kemaslahatan yang akan didapatkan selama kita mendidik mereka dengan baik dan benar, in syā Allāh tumbuh menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah.

Demikian semoga bermanfaat.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_________________________

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 25 Muharam 1441 H / 25 September 2019 M
👤 Ustadz Arief Budiman, Lc
📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath-Athibbāi
🔊 Halaqah 26 | Senantiasa Menta’wif Untuk Anak-Anak Kita
~~~~~~~~~~~~

SENANTIASA MENTA’WIF UNTUK ANAK-ANAK KITA
بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، ولاحول ولا قوة إلا بالله أما بعد

Para pemirsa rahīmakumullāh.

Ini adalah pertemuan kita yang ke-26, dari kitāb  Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Al Athibbāi tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīdzahullāh.

Pada sesi ini kita membahas satu sub judul yaitu:

▪ HENDAKNYA KITA SENANTIASA MENTA’WIF UNTUK ANAK-ANAK KITA

Menta’wif artinya mendo'akan perlindungan untuk anak-anak.

Disunnahkan dan dianjurkan bagi kita memperbanyak memohon do'a perlindungan kepada Allāh untuk anak-anak pada pagi dan sore hari semampunya agar mereka tidak terkena marabahaya (gangguan syaithān atau sihir atau jin).

Kita bisa membacakan surat al Mu'awwidzāt (surat Al Ikhlās, Al Falaq dan An Nās) dengan cara meniupkan ditangan kita lalu setelah itu mengusapkan ke anak kita sebanyak 3 kali.

Dan inilah yang dilakukan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, baik kepada anaknya, cucunya maupun kepada dirinya sendiri ketika beliau menjelang tidur. 

Dalam riwayat disebutkan demikian di dalam Shahīh Al Bukhāri dan Muslim, terkhusus apabila beliau merasakan sakit.

Dari hadīts Āisyah:

كَانَ إِذَا اشْتَكَى نَفَثَ عَلَى نَفْسِهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ وَمَسَحَ عَنْهُ بِيَدِهِ

_"Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bila merasakan sakit, beliau membaca Al Mu'awwidzāt pada tangannya. Kemudian beliau usapkan kedua tangannya itu ketubuhnya yang sakit.”_

Dalam Shahīh Al Bukhāri dari hadīts Āisyah beliau menjelaskan:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَخَذَ مَضْجَعَهُ نَفَثَ فِي يَدَيْهِ وَقَرَأَ بِالْمُعَوِّذَاتِ وَمَسَحَ بِهِمَا جَسَدَهُ

_"Sesungguhnya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, jika hendak berbaring untuk tidur, maka ia meniupkan ditangannya, lalu membaca Al Mu'awwidzāt dan mengusapkan kedua tangannya keseluruh badan.”_

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam juga melakukan hal tersebut kepada kedua cucunya yaitu Al Hasan dan Al Husain, sebagaimana dalam Shahīh Al Bukhāri, disebutkan dari hadīts Abdullāh bin Abbās:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَوِّذُ الْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ وَيَقُولُ إِنَّ أَبَاكُمَا كَانَ يُعَوِّذُ بِهَا إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ

Sesungguhnya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memberikan ta’wif (mendo'akan) do'a perlindungan kepada Allāh untuk kedua cucunya ini (Al Hasan dan Al Husain) dan beliau mengatakan:

"Sesungguhnya bapak kalian, nenek moyang kalian yang dulu (Ibrāhīm) membacakan perlindungan ini juga kepada anaknya (Ismā'il dan Ishāq) dengan ucapan:

Aku berlindung dengan kalimat Allāh yang sempurna dari setiap gangguan syaithān, binatang berbisa dan setiap mata orang yang dengki.”

Inilah do'a perlindungan yang dibacakan kepada putra putri kita, khususnya dalam do'a pagi dan sore atau sesering mungkin sebagaimana disebutkan di dalam kitāb ini.

Demikian semoga bermanfaat.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_______________

🌍 BimbinganIslam.com

Senin, 22 Shafar 1441 H / 21 Oktober 2019 M

👤 Ustadz Arief Budiman, Lc

📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath-Athibbāi

🔊 Halaqah 27 | Sebuah Hadits Yang Banyak Dilupakan

~~~~~~~~~~~~

SEBUAH HADĪTS YANG BANYAK DILUPAKAN

بسم اللّه الرحمن الرحيم 

الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ  الأنبياء والْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أجمعين وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، وَبَعْدُ:

Para ma'āsyiral mustami'in para pemirsa yang dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Ini adalah pertemuan kita yang ke-27 dari kitāb:  Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Al Athibbāi, yaitu Fiqih Mendidik atau Membimbing Anak-anak dan Penjelasan Sebagian Nasehat dari Para Dokter, karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīzhahullāh. 

Materi atau sub judul berikutnya adalah: 

▪ SEBUAH HADĪTS YANG BANYAK DILUPAKAN (و ثم حديث أهمل كثيرون العمل به) 

Ada sebuah hadīts yang kebanyakan kaum muslimin (orang tua) melalaikan hadīts ini. Hadīts yang dimaksud adalah sebuah hadīts yang diriwayatkan oleh Al Bukhāri dan Muslim dari Jābir bin Abdillāh radhiyallāhu ta'āla 'anhumā.

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 

 إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ - أَوْ أَمْسَيْتُمْ - فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنَ اللَّيْلِ فَخَلُّوهُمْ وَأَغْلِقُوا الأَبْوَابَ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ وَخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ وَلَوْ أَنْ تَعْرُضُوا عَلَيْهَا شَيْئًا وَأَطْفِئُوا مَصَابِيحَكُمْ 

"Jika waktu masuk malam atau waktu sore hari tiba, tahanlah anak-anak kalian agar mereka tidak keluar, karena sesungguhnya syaithān bertebaran pada waktu itu. Dan ketika waktu malam itu pergi lepaskanlah mereka, kuncilah pintu dengan menyebut nama Allāh karena sesungguhnya syaithān tidak membuka pintu yang tertutup. Tutuplah wadah-wadah dengan menyebutkan nama. Allāh dan tutuplah segala macam tempat air dengan menyebut nama Allāh walaupun hanya dengan meletakkan sesuatu diatasnya dan padamkanlah lampu-lampu." (Hadīts riwayat Al Bukhāri nomor 5623 dan Muslim nomor 2012)

⇒ Apabila mulai masuk malam hari, maksudnya mulai maghrib, tahanlah anak-anak kalian di dalam rumah, maksudnya tidak boleh bermain diluar rumah, karena syaithān-syaithān pada saat itu bertebaran. 

Jika anak anda masih kecil jangan biarkan dia bermain. Jika anak laki-laki dan sudah berusia tamyiz maka boleh diajak shalāt berjama'ah ke masjid.

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam: 

 فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنَ اللَّيْلِ فَخَلُّوهُمْ

Dan ketika waktu malam itu pergi lepaskanlah mereka.

Akan tetapi tetap dalam pantauan orang tua. 

وَأَغْلِقُوا الأَبْوَابَ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا

Dan kuncilah pintu dengan menyebut nama Allāh karena sesungguhnya syaithān tidak membuka pintu yang tertutup.

وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ غْلَقًا وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ وَخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ وَلَوْ أَنْ تَعْرُضُوا عَلَيْهَا شَيْئًا

Tutuplah wadah-wadah dengan menyebutkan nama Allāh (بسم الله الرحمن الرحيم) dan tutuplah segala macam tempat air (misalnya ember, gelas atau tempat-tempat yang berisi makanan) dengan menyebut nama Allāh walaupun hanya dengan meletakkan sesuatu di atasnya.

 وَأَطْفِئُوا مَصَابِيحَكُمْ

 Dan padamkanlah lampu-lampu kalian

⇒ Mashābīh (مَصَابِيحَ) maknanya misbah, semacam lampu minyak atau lampu tempel pada zaman dahulu waktu belum ada listrik. Kalau zaman sekarang berarti lampu-lampu listrik di rumah kita. 

Hadīts ini banyak dilalaikan oleh kaum muslimin khususnya orang tua, bagaimana adab dan apa saja yang harus kita lakukan di malam hari di rumah kita. 

Semoga bermanfaat. 

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

__________

🌍 BimbinganIslam.com

Selasa, 23 Shafar 1441 H / 22 Oktober 2019 M

👤 Ustadz Arief Budiman, Lc

📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath-Athibbāi

🔊 Halaqah 28a | Memperhatikan Kebersihan Anak (Bagian 1)

~~~~~~~~~~~~

MEMPERHATIKAN KEBERSIHAN ANAK (BAGIAN 1)

بسم اللّه الرحمن الرحيم 

الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ  الأنبياء والْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أجمعين وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، وَبَعْدُ:

Para pemirsa yang semoga dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla rahīmakumullāh. 

Ini adalah pertemuan kita yang ke-28 dari kitāb:  Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Al Athibbāi tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīzhahullāh. 

Kita akan melanjutkam sub pembahasan dengan judul: 

▪ MEMPERHATIKAN KEBERSIHAN ANAK ( نظافة الأطفال) 

Memperhatikan terhadap kebersihan anak, kebersihan baju dan badannya adalah sesuatu yang dianjurkan (disyari'atkan) dan sangat diperintahkan dalam syar'iat Islām. 

Demikian yang dilakukan oleh ahlul khair, ahlul fadhl yaitu orang-orang shālih sebelum kita, khususnya dilakukan oleh suri tauladan kita, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam. 

Hal ini berdasarkan dalīl dari Al Qur'ān dan Sunnah. 

• Al Qur'ān 

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman: 

يَٰبَنِيٓ ءَادَمَ خُذُواْ زِينَتَكُمۡ عِندَ كُلِّ مَسۡجِدٖ وَكُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ وَلَا تُسۡرِفُوٓاْۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُسۡرِفِينَ ۞ قُلۡ مَنۡ حَرَّمَ زِينَةَ ٱللَّهِ ٱلَّتِيٓ أَخۡرَجَ لِعِبَادِهِۦ وَٱلطَّيِّبَٰتِ مِنَ ٱلرِّزۡقِۚ قُلۡ هِيَ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا خَالِصَةٗ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۗ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ ٱلۡأٓيَٰتِ لِقَوۡمٖ يَعۡلَمُونَ

"Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah dan jangan berlebihan. Sungguh, Allāh tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.

Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allāh yang telah disediakan untuk hamba-hambaNya dan rezeki yang baik-baik?

Katakanlah, "Semua itu untuk orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan khusus (untuk mereka saja) pada hari Kiamat."

Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu untuk orang-orang yang mengetahui. (QS Al A'rāf: 31-32)

⇒ Ini dalīl pensyari'atan adab berpakaian khususnya ketika kita pergi ke masjid. 

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman: 

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرۡ

"Dan bersihkanlah pakaianmu." (QS Al Muddatstsir: 4)

• As Sunnah

Dari Ibnu Mas'ūd radhiyallāhu ta'āla 'anhu, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 

إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ 

"Sesungguhnya Allāh Maha indah dan menyukai segala yang indah." (Hadīts shahīh riwayat Muslim nomor 91)

Demikian semoga bermanfaat. 

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

_____

🌍 BimbinganIslam.com

Rabu, 24 Shafar 1441 H / 23 Oktober 2019 M

👤 Ustadz Arief Budiman, Lc

📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath-Athibbāi

🔊 Halaqah 28b | Memperhatikan Kebersihan Anak (Bagian 2)

~~~~~~~~~~~~

MEMPERHATIKAN KEBERSIHAN ANAK (BAGIAN 2)

بسم اللّه الرحمن الرحيم 

الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ  الأنبياء والْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أجمعين وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، وَبَعْدُ:

Para pemirsa yang semoga dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla rahīmakumullāh. 

Kita lanjutkan pembahasan: 

MEMPERHATIKAN KEBERSIHAN ANAK ( نظافة الأطفال) 

Termasuk menyia-nyiakan anak apabila kita melalaikan mereka dalam arti kita tidak memperhatikan kebersihan mereka. 

Kita membiarkan mereka berpakaian kotor dan lusuh, wajah mereka penuh dengan debu dan kotoran, rambutnya acak-acakan dan penuh dengan kutu. Bahkan badan mereka dikelilingi lalat, ludah menetes dari mulut mereka dan ingus keluar dari hidung mereka. 

Semua ini jelas bertentangan dengan ajaran Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam yang selalu mendorong untuk menjaga kebersihan. 

Inilah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, Beliau berusaha membersihkan ingus juga kotoran dari Usamāh bin Zaid. 

At Tirmidzī meriwayatkan dengan sanad yang hasan dari hadīts Ummul Mukminin Āisyah radhiyallāhu ta'āla 'anhā, beliau berkata: 

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam suatu ketika hendak membersihkan ingus Usamāh, lalu Āisyah berkata:

دَعْنِي دَعْنِي حَتَّى أَكُونَ أَنَا الَّذِي أَفْعَلُ

"Tinggalkanlah, biarkan aku yang melakukannya."

Kemudian Nabi berkata:

 يَا عَائِشَةُ أَحِبِّيهِ فَإِنِّي أُحِبُّهُ

"Wahai Āisyah! Cintailah ia karena sesungguhnya aku mencintainya." (Hadīts riwayat At Tirmidzī nomor 3818)

Di dalam riwayat Ibnu Abī Syaibah dengan sanad yang shahīh lighairihi, dari Āisyah radhiyallāhu ta'āla 'anhā, beliau berkata: 

عَثَرَ أُسَامَةُ بِعَتَبَةِ الْبَابِ فَشُجَّ فِي وَجْهِهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ " أَمِيطِي عَنْهُ الأَذَى " . فَتَقَذَّرْتُهُ فَجَعَلَ يَمَصُّ عَنْهُ الدَّمَ وَيَمُجُّهُ عَنْ وَجْهِهِ ثُمَّ قَالَ " لَوْ كَانَ أُسَامَةُ جَارِيَةً لَحَلَّيْتُهُ وَكَسَوْتُهُ حَتَّى أُنَفِّقَهُ " 

Usamāh terjatuh di depan pintu dan wajahnya terluka, lalu Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata, "Hilangkanlah kotoran yang ada di wajahnya!" Lalu aku merasa jijik, maka Beliau menghisap darah dan memuntahkannya dari wajahnya. Kemudian Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata, "Seandainya Usamāh seorang anak perempuan, niscaya aku akan memakaikan dia pakaian dan menghiasinya sehingga aku memberikan nafkah kepadanya." (Hadīts riwayat Ibnu Abī Syaibah (Al Mushannaf nomor 12356)) 

Demikian pula yang dilakukan Fāthimah puteri Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, beliau membersihkan dan memandikan anaknya (Al Hasan). 

Hadīts dari Abū Hurairah radhiyallāhu ta'āla 'anhu, beliau berkata: 

"Pada suatu hari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pergi, Beliau tidak berbicara kepadaku dan aku pun tidak berbicara kepadanya, sehingga sampai di pasar Banī Qainuqā'. Kemudian Beliau duduk di serambi rumah Fāthimah radhiyallāhu ta'āla 'anhā, beliau berkata, 'Apakah di sana ada si kecil?' Maka ibunya menahan beberapa saat, aku menduga dia sedang memakaikan kalung untuknya atau memandikannya. Tidak lama kemudian dia datang dengan cepat, sehingga Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memeluk dan menciumnya. Beliau berkata, 'Yā Allāh, cintailah dia dan cintailah orang yang mencintainya'." (Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 5884)

Ini adalah beberapa dalīl kewajiban kita (orang tua) memperhatikan kebersihan dan kesehatan anak-anak kita. 

Jangan sampai kita lalaikan mereka, kita tidak memperhatikan kebersihan dan kesehatan mereka. Karena hal seperti ini merupakan bentuk dari melalaikan amanah dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Demikian semoga bermanfaat. 

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

__________

🌍 BimbinganIslam.com

Senin, 21 Rabi’ul Awwal 1441H / 18 November 2019M

👤 Ustadz Arief Budiman, Lc

📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath-Athibbāi

🔊 Halaqah 29 | Hukum Pakaian Yang Terkena Air Seni Bayi Yang Masih Menyusu Tanpa Makanan Lain

~~~~~~~~~~~~

HUKUM PAKAIAN YANG TERKENA AIR SENI BAYI YANG MASIH MENYUSU TANPA MAKANAN LAIN

بسم اللّه الرحمن الرحيم 

الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، ولاحول ولا قوة إلا بالله أما بعد

Para pemirsa grup whatsapp BiAS yang semoga dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Ini adalah pertemuan kita yang ke-29 dari kitāb  Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Al Athibbāi tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīzhahullāh.

Kita lanjutkan pembahasan berikutnya:

ويوش الثوب الذي أصابه بول الغلام ويغيل الثوب الذي أصابه من بول الجارية ماداما لم يأكلا الطعام 

▪Pakaian yang terkena air seni bayi laki-laki yang masih menyusu tanpa makan makanan tambahan, cukup diperciki air. Namun jika terkena air seni bayi perempuan hendaklah dicuci meskipun masih menyusu tanpa memakan makanan tambahan.

√ Pakaian yang terkena air seni bayi laki-laki yang masih menyusu tanpa makan makanan tambahan, cukup diperciki air.

√ Pakaian yang terkena air seni bayi perempuan yang masih menyusu tanpa makan makanan tambahan, harus dicuci.

⇛ Ini berlaku untuk air seni bayi laki-laki dan wanita yang belum mendapatkan makan tambahan (hanya minum ASI saja).

Adapun jika keduanya (bayi laki-laki dan wanita) sudah mendapatkan makanan tambahan selain ASI, maka pakaian yang terkena air seninya harus dicuci dengan air.

Hal ini berdasarkan hadīts dari Abū Dāwūd dan yang dari shahābat Abū Samhi radhiyallāhu 'anhu, ia berkata:

 كُنْتُ أَخْدُمُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فَكَانَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَغْتَسِلَ قَالَ " وَلِّنِي قَفَاكَ " . فَأُوَلِّيهِ قَفَاىَ فَأَسْتُرُهُ بِهِ فَأُتِيَ بِحَسَنٍ أَوْ حُسَيْنٍ - رضى الله عنهما - فَبَالَ عَلَى صَدْرِهِ فَجِئْتُ أَغْسِلُهُ فَقَالَ " يُغْسَلُ مِنْ بَوْلِ الْجَارِيَةِ وَيُرَشُّ مِنْ بَوْلِ الْغُلاَمِ "

Aku membantu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Jika Beliau akan mandi maka beliau berkata, "Berpalinglah!" Maka aku pun berpaling dan menutupi Beliau. Lalu Hasan atau Husain radhiyallāhu 'anhumā dibawa kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, lalu dia buang air seni di dada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, kemudian aku datang dan mencucinya. Selanjutnya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata, "Dicuci jika air seni anak wanita dan dipercikkan air jika air seni anak laki-laki." (Hadīts shahīh riwayat Abū Dāwūd nomor 376)

Demikian.

Wallāhu A'lam bishawāb.

 وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

_____

🌍 BimbinganIslam.com

Selasa, 22 Rabi’ul Awwal 1441H / 19 November 2019M

👤 Ustadz Arief Budiman, Lc

📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath-Athibbāi

🔊 Halaqah 30 | Khitan

~~~~~~~~~~~~ 

KHITAN (الختان)

بسم اللّه الرحمن الرحيم 

الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، ولاحول ولا قوة إلا بالله أما بعد

Para pemirsa yang semoga dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Ini adalah pertemuan kita yang ke-30 dari kitāb  Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Al Athibbāi tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīzhahullāh.

Kita lanjutakan pembahasan berikutnya.

▪KHITAN (الختان) 

Diwajibkan bagi orang tua untuk mengkhitankan anak laki-laki dan disunnahkan bagi anak wanita, sebagaimana pendapat mayoritas ulamā. 

Hal ini sebagaimana hadīts dari Abū Hurairah radhiyallāhu ‘anhu:

الْفِطْرَةُ خَمْسٌ الْخِتَانُ، وَالاِسْتِحْدَادُ، وَقَصُّ الشَّارِبِ، وَتَقْلِيمُ الأَظْفَارِ، وَنَتْفُ الآبَاطِ

"Fitrah itu ada lima: khitan, mencukur bulu kemaluan, mencukur kumis, menggunting kuku dan mencabut bulu ketiak." (Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 5891 dan Muslim (An Nawawi I/541)).

Hadīts ini umum, berlaku bagi laki-laki dan wanita (fitrah untuk laki-laki dan wanita).

Penulis mengatakan:

وقد وردت في شأن ختان البنات بعض الأحاديث، وفيها مقال كقول 

Dan diriwayatkan juga sebagian hadīts yang menjelaskan khitan bagi anak wanita, tetapi hadīts ini dipermasalahkan (diperselisihkan) oleh ulamā.

Dan banyak hadīts yang mengatakan bahwa anak wanita tidak wajib khitan hanya saja dianjurkan.

Diantaranya hadīts yang diriwayatkan oleh Imam Al Khatib Al Baghdadi namun menurut penulisn di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama Zaidah bin Abi Raqad dia adalah munkarul hadīts (derajat hadītsnya dhai'fun jiddan /lemah sekali).

Dalam hadīts ini Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata kepada Ummu 'Athiyyah (shahābat wanita yang dikenal suka mengkhitan anak-anak wanita di zaman Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam).

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 

إِذَا خَفَضْتِ فَأَشِمِّي، وَلا تَنْهَكِي، فَإِنَّهُ أنضَرُ لِلوَجْهِ و أحظًى عند الزوج

"Jika engkau mengkhitan, maka potonglah sedikit saja dan jangan berlebihan, karena ia lebih membuat wajah berseri-seri dan lebih membuatnya mempunyai tempat di sisi suami.” (Hadīts riwayat Imam Al Khatib  Al Baghdadi V/327).

Hadīts lain yang diriwayatkan oleh Abū Dāwūd, dari hadīts Ummu 'Athiyyah, namun hadīts ini selain mursal (salah satu sebab dhaifnya sebuah hadīts karena terputus sanadnya) dan terdapat ilat (penyakit) hadīts yaitu majhul (tidak dikenal rawinya).

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 

لا تُنْهِكِي فَإِنَّ ذَلِكَ أَحْظَى لِلْمَرْأَةِ وَأَحَبُّ إِلَى الْبَعْلِ

 "Janganlah berlebihan, karena ia lebih membuatnya mempunyai tempat di sisi suami dan lebih di sukai oleh suami.” (Hadīts riwayat Abū Dāwūd nomor 5271)

Ada pula hadīts lain yang dipermasalahkan oleh para ulamā, seperti hadīts: 

 الخِتَانُ سُنَّةٌ لِلرِّجَالِ مَكْرُمَةٌ لِلنِّسَاءِ

"Khitan adalah sesuatu yang sunnah bagi laki-laki dan sebuah kehormatan bagi wanita." (Hadīts riwayat Ahmad V/75, hadīts ini dha'if)

⇛ Maksud sunnah di sini adalah tata cara beragama rasūl karena nabi dan rasūl semua di khitan.

Intinya, pendapat kebanyakan ulamā mengatakan khitan diwajibkan bagi anak laki-laki dan dianjurkan bagi anak wanita (sunnah/mustahab). Ada pula pendapat yang lainnya namun inilah yang paling masyhur dikalangan ulamā (fuqahā').

Wallāhu A'lam bishawāb.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

_____

🌍 BimbinganIslam.com

Rabu, 23 Rabi’ul Awwal 1441H / 20 November 2019M

👤 Ustadz Arief Budiman, Lc

📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath-Athibbāi

🔊 Halaqah 31 | Larangan Qaza’

~~~~~~~~~~~~

LARANGAN QAZA'

بسم اللّه الرحمن الرحيم 

الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، ولاحول ولا قوة إلا بالله أما بعد 

Para pemirsa yang semoga dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Ini adalah pertemuan kita yang ke-31 dari kitāb  Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Al Athibbāi tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīzhahullāh.

Kita lanjutakan pembahasan berikutnya. 

النهي عن القزع

▪LARANGAN QAZA' 

Qaza' (القزع) adalah mencukur sebagian rambut dan meninggalkan sebagian yang lain.

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam melarang seseorang untuk mencukur sebagian rambut dan membiarkan sebagiannya atau qaza' (القزع). 

Sebagaimana di dalam shahīh Bukhāri dan Muslim dari jalan Nafi', dari Ibnu 'Umar radhiyallāhu 'anhu bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melarang gaya rambut model qaza'.

Perawi hadīts ini bertanya kepada Nafi', "Apa itu qaza'?" Ia menjawab, "Dicukur sebagian rambut  dan ditinggalkan sebagian yang lain."

Demikian pula dilarang bagi seorang anak untuk dicukur dengan gaya orang-orang musyrikin atau menyerupai gaya orang-orang kāfir, karena di dalamnya ada tasyabuh (menyerupai kebiasan orang-orang kāfir), sementara kita dilarang tasyabuh (menyerupai mereka).

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka." (Hadīts riwayat Ahmad 2: 50 dan Abū Dāwūd nomor 4031. Syaikh Albāniy mengatakan bahwa hadīts ini shahīh sebagaimana dalam Irwa’ul Ghalil nomor 1269).

Karena itu rapihkan rambut anak-anak kita sesuai syar'iat, daripada kita meniru model rambut orang-orang kāfir, lebih baik kita perhatikan penampilan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Kita jelaskan kepada anak-anak kita bagaimana sifat rambut Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam (walau disini tidak dijelaskan bagaimana rambut Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam) tapi kita perhatikan sifat fisik dan akhlaq Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Lebih detail bisa baca kitāb Asy Syamāil Al Muhammadiyyah karya Imām At Tirmidzī rahimahullāhu.

Jika kita ingin mencontoh, contohlah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla: 

 لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا

"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasūlullāh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allāh dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allāh." (QS Al Ahzab:  21)

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman: 

وَإِن تُطِيعُوهُ تَهۡتَدُواْۚ.

"Jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk." (QS An Nur: 54)

Oleh karena itu kita diperintahkan mencontoh Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Wallāhu A'lam bishawāb. 

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

_____

🌍 BimbinganIslam.com

Senin, 19 Rabi’ul Akhir 1441H / 16 Desember 2019M

👤 Ustadz Arief Budiman, Lc

📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath-Athibbāi

🔊 Halaqah 32 | Permasalahan

~~~~~~~~~~~~

KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, PERMASALAHAN

بسم اللّه الرحمن الرحيم 

الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ  الأنبياء والْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أجمعين وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، وَبَعْدُ:

Ma'asyiral Mustami'in, para pemirsa rahīmakumullāh.

Ini adalah pertemuan kita yang ke-32 dari kitāb  Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Al Athibbāi tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīzhahullāh. 

▪ PERMASALAHAN (مسألة)

Bagi seorang janda, manakah yang lebih utama, mengurus anak-anaknya saja dan tidak menikah lagi atau menikah lagi?

Untuk masalah ini, kita kita harus melihat kondisi wanita tersebut. Karena berbeda masalah satu wanita dengan yang lainnya dan berbeda juga antara satu keadaan dengan yang lainnya.

Jika wanita (janda) tersebut masih muda, gejolak syahwatnya masih tinggi dan dia merasa takut jika terjadi fitnah yang menimpanya dan dia masih perlu laki-laki (suami) yang dapat menjaga kehormatannya, maka sebaiknya dia menikah lagi dengan laki-laki yang shālih yang dapat memenuhi kebutuhannya dan memberikan kemaslahatan bagi dirinya dan anak-anaknya.

Demikian pula bila kondisi wanita tersebut tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan anaknya dan mendidiknya atau keadaanya mendorong untuk menikah seperti banyak orang jahat yang menzhālimi atau karena sebab lain, sebaiknya dia menikah lagi.

Akan tetapi jika wanita tersebut sudah cukup, perekonomiannya baik, sudah berumur dan dia tidak merasa butuh seorang teman hidup dan tidak dikhawatirkan adanya fitnah, maka lebih baik baginya tidak menikah lagi. 

Akan tetapi jika dia ingin menikah lagi pun tidak masalah. Dengan catatan pilihlah laki-laki yang shālih yang baik agama dan akhlaknya.

Dalam masalah ini, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda sebagaimana diriwayatkan dari hadīts Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu.

Beliau bersabda: 

خَيْرُ نِسَاءٍ رَكِبْنَ الإِبِلَ صَالِحُ نِسَاءِ قُرَيْشٍ أَحْنَاهُ عَلَى وَلَدٍ فِي صِغَرِهِ وَأَرْعَاهُ عَلَى زَوْجٍ فِي ذَاتِ يَدِهِ 

"Sebaik-baik wanita yang pernah menunggang unta adalah wanita Quraisy yang shālihah, dia adalah wanita yang paling penuh kasih sayang kepada anak di waktu kecil dan paling menjaga harta suaminya." (Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 5082 dan Muslim nomor 2527)

Di dalam riwayat Muslim disebutkan: 

أَحْنَاهُ عَلَى يَتِيمٍ فِي صِغَرِهِ 

 "Dia adalah wanita yang paling sayang terhadap anak yatim di saat masih kecil." (Hadīts shahīh riwayat Muslim nomor 2527)

Di dalam riwayat lain, dalam Shahīh Muslim, hadīts dari Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu, bahwasanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah meminang Ummu Hani binti Abī Thālib, lalu dia berkata, 

 يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي قَدْ كَبِرْتُ وَلِيَ عِيَالٌ

"Wahai Rasūlullāh, Sesungguhnya aku sudah tua dan aku pun memiliki tanggungan keluarga.”

 فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم " خَيْرُ نِسَاءٍ رَكِبْنَ

Lalu Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata, "Sebaik-baik wanita yang menunggang unta dari wanita Quraisy yang menyayangi anak-anak dan perhatian kepada suaminya."

Imam Muslim meriwayatkan di dalam Shahīhnya hadīts dari Ummu Salamah radhiyallāhu 'anhā, dia berkata: 

أَرْسَلَ إِلَىَّ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم حَاطِبَ بْنَ أَبِي بَلْتَعَةَ يَخْطُبُنِي لَهُ فَقُلْتُ إِنَّ لِي بِنْتًا وَأَنَا غَيُورٌ .فَقَالَ " أَمَّا ابْنَتُهَا فَنَدْعُو اللَّهَ أَنْ يُغْنِيَهَا عَنْهَا وَأَدْعُو اللَّهَ أَنْ يَذْهَبَ بِالْغَيْرَةِ " 

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengutus Hāthib bin Abī Balta'ah untuk meminangku, lalu aku berkata kepadanya, "Sesungguhnya aku memiliki seorang anak perempuan dan aku adalah wanita pencemburu." Rasūlullāh berkata, "Aku berdo'a kepada Allāh semoga Dia memberi kecukupan bagi anak perempuannya dan semoga Allāh menghilangkan kecemburuannya." (Hadīts shahīh riwayat Muslim nomor 918)

Asma' binti Umais menikah lagi dengan Abū Bakar radhiyallāhu 'anhu, setelah meninggalnya (Ja'far bin Abī Thālib) karena dibunuh. Kemudian setelah Abū Bakar meninggal dia menikah lagi dengan Āli bin Abī Thālib.

فالحاصل أن المسألة تختلف من حال إلي حال 

Walhasil, masalah ini berbeda antara satu keadaan dengan keadaan lain, dari satu wanita dengan wanita yang lainnya. Dan masalah ini bisa dikonsultasikan dengan para ahli ilmu (para ulama) yang berkompeten di dalam masalah ini.

Demikian yang bisa disampaikan, In syā Allāh bermanfaat bagi kita semua. Atas segala kekurangan mohon maaf.

Wallāhu A'lam bishawāb. 

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

_____

🌍 BimbinganIslam.com

Selasa, 20 Rabi’ul Akhir 1441 H / 17 Desember 2019 M

👤 Ustadz Arief Budiman, Lc

📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath-Athibbāi

🔊 Halaqah 33 | Mencium Anak Kecil

~~~~~~~~~~~~

MENCIUM ANAK KECIL (تقبيل الصغير)

بسم اللّه الرحمن الرحيم 

الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، ولاحول ولا قوة إلا بالله أما بعد 

Ma'asyiral mustami'in, para pemirsa rahīmakumullāh.

Ini adalah pertemuan kita yang ke-33 dari kitāb  Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Al Athibbāi tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīzhahullāh. 

▪︎ MENCIUM ANAK KECIL (تقبيل الصغير)

Disyariatkan bahkan dianjurkan bagi orang tua untuk mencium anak-anaknya baik anak laki-laki maupun wanita. 

Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang mencium puterinya Fatimah radhiyallāhu 'anhā. Demikian pula Abū Bakar Ash Shiddīq yang mencium puterinya Aisyah radhiyallāhu 'anhā.

Sebagaimana disebutkan di dalam hadīts yang diriwayatkan oleh Al Bukhāri dari sahabat Al Bara bin Azib radhiyallāhu 'anhu.

Beliau berkata :  

Saya masuk bersama Abū Bakar menemui keluarganya, dan di sana ada Aisyah yang sedang berbaring sakit demam. Lalu aku melihat bapaknya yang mencium pipinya dan berkata, "Bagaimana keadaanmu wahai puteriku?"

⇒ Ini menunjukkan bahwa Abū Bakar Ash Shiddīq mencium puterinya Aisyah radhiyallāhu 'anhā.

Ulama mengatakan bahwa Aisyah waktu itu masih kecil belum baligh dan masuknya sahabat Al Bara bin Azib menemui keluarga Abū Bakar sebelum turunnya ayat tentang hijab.

Hadīts lain dari sahabat Anas bin Mālik radhiyallāhu 'anhu, beliau berkata :

"Kami dan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam datang kerumah Abū Saif Al Qayyin, ia adalah bapak susuan bagi Ibrăhīm, kemudian Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengambil Ibrāhīm lalu beliau menciumnya." (Hadīts shahīh riwayat Imam Al Bukhāri)

Para ulama menjelaskan bahwa ibu susu Ibrāhīm bernama Ummu Bursah binti Al Mundzir dan dia bukan Halimah Sa'diah (Wallāhu A'lam)

Juga hadīts lain dari Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu beliau menceritakan : 

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mencium Al Hasan bin Āli dan di sisi Beliau ada Al Aqra bin Habis At Tamimi sedang duduk. Al Aqra berkata, "Aku mempunyai sepuluh anak, tidak ada satu pun di antara mereka yang pernah aku cium." Lalu Rasūlullāh melirik kepadanya dengan berkata, "Siapa saja yang tidak menyayangi tidak akan disayangi." (Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri dan Muslim) 

Itulah anjuran agar orang tua mencium putra putrinya yang masih kecil dan itu juga yang dilakukan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dan para sahabat radhiyallāhu ' anhum.

Hendaklah kita mencontoh mereka dan ini merupakan bentuk rahmat dan kasih sayang orang tua kepada putra-putrinya yang di bentuk sejak kecil.

Demikian semoga bermanfaat.

Wallāhu A'lam bishawāb. 

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

_______________

🌍 BimbinganIslam.com

Rabu, 21 Rabi’ul Akhir 1441 H / 18 Desember 2019 M

👤 Ustadz Arief Budiman, Lc

📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath-Athibbāi

🔊 Halaqah 34 | Candaan dan Kasih Sayang Nabi Bersama Anak Kecil

_______________

بسم اللّه الرحمن الرحيم 

الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، ولاحول ولا قوة إلا بالله أما بعد 

Ma'asyiral mustami'in, para pendengar para pemirsa rahīmaniy wa rahīmakumullāh.

Ini adalah pertemuan kita yang ke-34 dari kitāb  Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Al Athibbāi tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīzhahullāh. 

صور من مزاح ﷺ مع الصغار ورفقه بهم ورحمته إياهم 

▪︎CANDAAN DAN KASIH SAYANG NABI ﷺ  BERSAMA ANAK KECIL 

Ada satu riwayat dari Aisyah radhiyallāhu 'anhā, sebagaimana diriwayatkan di dalam Shahīh Bukhāri dan Muslim.

Beliau mengatakan: 

فاقدروا قدر الجارية

"Ukurlah muamalah kalian ketika bermuamalah dengan anak kecil (anak wanita)."

Maksudnya sesuaikanlah cara bermuamalah kalian sesuai dengan karakter anak-anak kecil pada umumnya. Karena anak kecil memiliki kesenangan sendiri, mereka senang bermain dan bercanda.

Ummul Mukminin Aisyah radhiyallāhu 'anhu berbicara dengan satu kata yang ringkas namun padat dan dalam maknanya. 

"Sesungguhnya anak kecil memiliki kesenangan sendiri, daya pikir nalar dan perhatian sendiri." 

Sehingga orang dewasa dituntut untuk bisa menyesuaikan cara bermuamalah dengan anak-anak.

Inilah Yang membedakan mereka dengan orang dewasa, sehingga kita harus menyesuaikan dengan mereka.

Anak kecil jangan dibebani sesuatu yang diluar kemampuannya. Mereka tidak boleh diminta untuk melakukan sesuatu diluar kesanggupannya. Mereka tidak boleh dilarang bermain, bergurau dan bersenang-senang karena sudah menjadi hak dan bagian mereka.

Lafazh hadīts diatas adalah : 

كَانَ الْحَبَشُ يَلْعَبُونَ بِحِرَابِهِمْ، فَسَتَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَأَنَا أَنْظُرُ، فَمَا زِلْتُ أَنْظُرُ حَتَّى كُنْتُ أَنَا أَنْصَرِفُ فَاقْدُرُوا قَدْرَ الْجَارِيَةِ الْحَدِيثَةِ السِّنِّ تَسْمَعُ اللَّهْوَ‏.‏ 

"Orang-orang Habasy (Ethiophia) bermain dengan tombak-tombak mereka, lalu Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menutupiku sedangkan aku senantiasa melihat mereka sehingga aku sendiri yang pergi. Hargailah keinginan gadis kecil yang menyukai permainan". (Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 5190 dan Muslim nomor 892)

Dan di dalam riwayat An Nassāi di dalam As Sunanul Kubrā dengan sanad yang shahīh, dari Aisyah radhiyallāhu 'anhā. Aisyah berkata : 

دخل الحبشة المسجد يلعبون، قال لي: يا حميراء، أتحبين أن تنظري إليهم؟ فقلت: نعم، فقام بالباب، وجئته، فوضعت ذقني على عاتقه، فأسندت وجهي أى خده، قالت: ومن قولهم يومئذ: أبا القاسم طيبا، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: حسبك، قلت: يا رسول الله لا تعجل، فقام لي ثم قال: حسبك فقلت: لا تعجل يا رسول الله، قالت: وما بي حب النظر إليهم، ولكني أحببت أن يبلغ النساء مقامه لي ومكاني منه

Orang-orang Habasyah masuk ke dalam masjid dan bermain, lalu Rasūlullāh berkata kepadaku, "Yā Humairā, maukah engkau melihat mereka?"

Lalu aku menjawab, "'Tentu saja."

Lalu beliau berdiri di depan pintu dan aku datang dengan meletakkan dagu di pundaknya, menyandarkan wajahku di pipinya.

Aisyah berkata, "Di antara perkataan mereka adalah Abal Qassim Thayyiban."

Lalu Rasūlullāh berkata, "Sudah cukup wahai Aisyah engkau melihat."

Aku berkata, "Wahai Rasūlullāh, jangan tergesa-besar."

Lalu Rasūlullāh berdiri kembali dan berkata, "Sudah cukup."

Aku berkata, "Wahai Rasūlullāh jangan tergesa-gesa!"

Aisyah berkata, "Itu semua bukan karena aku suka melihat mereka, akan tetapi aku ingin sekali para wanita mengetahui kedudukan Beliau di sisiku dan sebaliknya."

Imam Ahmad meriwayatkan di dalam Musnadnya, An Nassāi di dalam As Sunanul Kubrā dan yang lainnya dengan sanad yang shahīh, dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallāhu 'anhā. Beliau berkata: 

Aku pergi bersama Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pada sebuah perjalanan Beliau. Pada waktu itu aku masih muda dengan badan yang tidak gemuk, lalu Beliau berkata kepada orang-orang, "Majulah kalian!" Akhirnya merekapun maju.

Lalu Beliau berkata kepadaku, "Ayo kita berlomba". Akhirnya aku berlomba dengan Beliau dan aku dapat mengalahkannya, Beliau pun terdiam.

Sehingga ketika aku sudah memiliki badan yang gemuk dan aku pun sudah melupakannya. Aku pergi bersama Beliau pada sebuah perjalanan. Beliau berkata kepada orang-orang, "Majulah kalian!" Dan merekapun maju. Lalu Beliau berkata, "Ayo kita berlomba!" Lalu aku berlomba dengannya dan Beliau dapat mengalahkanku. Akhirnya Beliau tertawa sambil berkata, "Ini adalah balasan untuk yang lalu."

Ini beberapa contoh bagaimana muamalah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam kepada Aisyah radhiyallāhu 'anhā.

Al Bukhāri dan Muslim meriwayatkan dari hadīts Aisyah radhiyallāhu 'anhā, beliau berkata : 

"Aku pernah bermain dengan boneka-boneka kecil di dekat Rasūlullāh dan aku melihat beberapa teman yang bermain denganku. Jika Beliau masuk, maka aku bersembunyi, lalu Beliau mengutus mereka kepadaku agar bermain denganku."

Para ulama mengatakan bahwa anak-anak wanita boleh bermain dengan boneka selama tidak berbentuk asli seperti manusia.

Ini adalah bentuk muamalah Rasūlullāh yang begitu luar biasa kepada anak kecil, khususnya kepada Aisyah radhiyallāhu 'anhā.

Inilah beberapa contoh canda dan muamalah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang penuh rahmah.

In syā Allāh akan kita lanjutkan hadīts lain pada pertemuan berikutnya.

Demikian yang bisa disampaikan, In syā Allāh bermanfaat bagi kita semua. Atas segala kekurangan mohon maaf.

Wallāhu A'lam bishawāb. 

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

_______________

🌍 BimbinganIslam.com

Senin, 18 Jumada Al Ula 1441 H / 13 Januari 2020 M

👤 Ustadz Arief Budiman, Lc 

📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu AlbAbnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath Athibbāi

🔊 Halaqah 35 | Hadits: “Wahai Abu ‘Umair, Apa Yang Dilakukan Oleh An-l Nughair (Burung Kecil) ?”

~~~~~~~~~~~~

HADĪTS: "WAHAI ABŪ 'UMAIR, APA YANG DILAKUKAN OLEH AN NUGHAIR (BURUNG KECIL)?”

بسم اللّه الرحمن الرحيم 

الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، ولاحول ولا قوة إلا بالله أما بعد 


Ma'asyiral Mustami'in, para pemirsa rahīmakumullāh.

Ini adalah pertemuan kita yang ke-35 dari kitāb Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Al Athibbāi tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīdzahullāh. 


حدث يا أبا عمير ما فعل النغير وبعض ما فيه من فوائد


HADĪTS: "WAHAI ABŪ 'UMAIR, APA YANG DILAKUKAN OLEH AN NUGHAIR (BURUNG KECIL)?” DAN BERBAGAI PELAJARAN YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA

Lihatlah, bagaimana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bercanda dengan anak kecil (shahabat yang masih kecil saat itu), dan bagaimana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menanyakan burung yang menjadi permainannya.

Dari hadīts Anas bin Mālik radhiyallāhu 'anhu, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda : 


إِنْ كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم، لَيُخَالِطُنَا حَتَّى يَقُولَ لأَخٍ لِي صَغِيرٍ: يَا أَبَا عُمَيْرٍ، مَا فَعَلَ النُّغَيْرُ؟


Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bergaul dengan kami sampai-sampai Beliau berkata kepada saudaraku yang masih kecil, "Wahai Abū 'Umair apa yang dilakukan oleh an nughair (burung kecil)?" (Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 6129 dan Muslim nomor 2150)

Dalam riwayat Ahmad, disebutkan Abū Umair sedih karena burung itu mati, sehingga sebelum Beliau bertanya tentang burung itu Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam mencandai Abū 'Umair terlebih dahulu. 

Kemudian Beliau bertanya:


 يَا أَبَا عُمَيْرٍ، مَا فَعَلَ النُّغَيْرُ؟


"Wahai Abū 'Umair apa yang dilakukan oleh an nughair (burung kecil)?"

Dari sini beberapa ulama memberikan kesimpulan atau beberapa faedah yang bisa kita ambil. 

Di antaranya : 

⑴ Bolehnya memberikan kun-yah kepada anak kecil. Sebagaimana sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:


يَا أَبَا عُمَيْرٍ


"Wahai Abū 'Umair".

Jika laki-laki depannya: Abū, jika wanita: Ummu. 

⑵ Bolehnya mencandai anak kecil. Sebagian ulama mengatakan hukumnya sunnah bukan hanya sekedar rukhsah, terkhusus anak kecil yang belum tamyiz (mumayiz) supaya mereka senang dan tidak sedih.

⑶ Bolehnya berlemah-lembut dengan teman kecil atau besar, bertanya tentang keadaannya, akrab dengan anak kecil dan menghibur mereka. 

⑷ Bolehnya anak kecil bermain-main dengan burung dan kedua orangtua boleh membiarkan anaknya bermain dengan sesuatu yang diperbolehkan. Dan ulama memberikan satu kesimpulan bolehnya memelihara burung dalam sangkar selama dipelihara dengan baik, diberi makanan dan minuman.

⑸ Berbicara dengan anak kecil disesuaikan dengan kemampuan akal mereka.

Demikianlah para pendengar rahīmakumullāh semoga bermanfaat.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

_____

🌍 BimbinganIslam.com

Selasa, 19 Jumada Al-Ula 1441 H / 14 Januari 2020 M

👤 Ustadz Arief Budiman, Lc

📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath-Athibbāi

🔊 Halaqah 36 | Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam Pernah Bercanda Dengan Anak Yang Masih Kecil

~~~~~~~~~~~~

RASŪLULLĀH SHALLALLĀHU 'ALAYHI WA SALAM PERNAH BERCANDA DENGAN ANAK YANG MASIH KECIL

بسم اللّه الرحمن الرحيم 

الحمد لله رب العالمين وبه نستعين على امور الدنيا والدين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين نبينا محمد وعلى آله وصحبه اجمعين ومن تبعهم بإحسانٍ إلى يوم الدين أما بعد

Ma'asyiral mustami'in, para pendengar, pemirsa yang semoga senantiasa di muliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Alhamdulillāhi Rabbil'ālamīn. 

Ini adalah pertemuan kita yang ke-36 dari kitāb Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Al Athibbāi, tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīzhahullāh. 

الرسول ﷺ يداعب طفلة صغيرة

RASŪLULLĀH SHALLALLĀHU 'ALAYHI WA SALAM PERNAH BERCANDA DENGAN ANAK PEREMPUAN YANG MASIH KECIL

Di sini penulis membawakan hadīts yang diriwayatkan oleh Al Bukhāri, dari Ummu Khalid binti Khalid radhiyallāhu 'anhā, ia berkata: 

أُتِيَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بِثِيَابٍ فِيهَا خَمِيصَةٌ سَوْدَاءُ صَغِيرَةٌ فَقَالَ " مَنْ تَرَوْنَ نَكْسُو هَذِهِ ". فَسَكَتَ الْقَوْمُ قَالَ " ائْتُونِي بِأُمِّ خَالِدٍ ". فَأُتِيَ بِهَا تُحْمَلُ فَأَخَذَ الْخَمِيصَةَ بِيَدِهِ فَأَلْبَسَهَا وَقَالَ " أَبْلِي وَأَخْلِقِي ". وَكَانَ فِيهَا عَلَمٌ أَخْضَرُ أَوْ أَصْفَرُ فَقَالَ " يَا أُمَّ خَالِدٍ هَذَا سَنَاهْ ". وَسَنَاهْ بِالْحَبَشِيَّةِ حَسَنٌ

 Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah diberi kain yang di dalamnya ada satu kain kecil dari sutera atau wol bercorak hitam, lalu Rasul berkata:

"Siapakah yang pantas memakai kain ini?"

Semua terdiam, Rasul berkata: "Bawakan kepadaku Ummu Khalid!"_

Lalu Ummu Khalid digendong kepada beliau, beliau mengambil kain sutera tersebut dan memakaikan kain tersebut kepadanya, beliau berkata:

"Kenakanlah pakaian ini sampai rusak dan lusuh."

Di dalam kain tersebut ada tanda hijau dan kuning, selanjutnya Rasul berkata:

"Wahai Ummu Khalid kain ini bagus."

(Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 5823)

Inilah salah satu akhlak Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, beliau mencandai anak kecil (Ummu Khalid).

BELIAU SHALLALLĀHU ALAYHI WA SALAM BERCANDA DENGAN MENYEMBURKAN AIR KE MUKA ANAK KECIL

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bercanda dengan menyemburkan air di muka anak kecil yang lain.

Al Bukhāri meriwayatkan dari hadīts Mahmud bin Ar Rabi' radhiyallāhu 'anhu, dia berkata:

عَقَلْتُ مِنَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم مَجَّةً مَجَّهَا فِي وَجْهِي وَأَنَا ابْنُ خَمْسِ سِنِينَ مِنْ دَلْوٍ.

"Aku ingat sekali dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah semburan air dari mulutnya ke wajahku, yang beliau ambil dari sebuah ember, kala itu aku berumur lima tahun."(Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 77)

Para ulama menafsirkan, semburan yang dilakukan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam jaraknya jauh karena: المج , artinya semburan air dari mulut. Dan tidak dikatakan: المج , kecuali jika disamburkan dari jauh.

Dan ungkapan ini dikatakan oleh Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani di dalam Fathul Bāri I/172. Beliau menjelaskan apa yang dilakukan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan Mahmud masuk ke dalam kategori bercanda atau sesuatu yang dilakukan oleh Beliau untuk memberikan keberkahan seperti yang dilakukan Beliau kepada putera sahabat yang lain.

Dua hadīts di atas berkenaan dengan candaan dan akhlak mulia Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam kepada anak-anak kecil. 

In syā Allāh kita lanjutkan kembali pada halaqah yang berikutnya masih berkaitan dengan contoh-contoh akhlak Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam terkhusus kepada anak kecil.

Demikian para pendengar rahīmakumullāh semoga bermanfaat.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

_______________

🌍 BimbinganIslam.com

Rabu, 20 Jumada Al-Ula 1441 H / 15 Januari 2020 M

👤 Ustadz Arief Budiman, Lc

📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath-Athibbāi

🔊 Halaqah 37 | Di Antara Kasih Sayang Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam Kepada Anak Kecil

~~~~~~~~~~~~

DI ANTARA KASIH SAYANG RASŪLULLĀH ﷺ KEPADA ANAK KECIL

بسم اللّه الرحمن الرحيم 

الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، ولاحول ولا قوة إلا بالله أما بعد 

Ma'asyiral mustami'in, para pendengar, pemirsa rahīmakumullāh.

Ini adalah pertemuan kita yang ke-37 dari kitāb Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Al Athibbāi, tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīzhahullāh. 

و من رحمة الرسول ﷺ بالصغارأيضا

DI ANTARA KASIH SAYANG RASŪLULLĀH ﷺ KEPADA ANAK KECIL

Di antara akhlak Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah memiliki sifat rahmah tidak kecuali kepada anak kecil.

Al Bukhāri dan Muslim meriwayatkan hadīts dari Al Bara bin 'Azib radhiyallāhu 'anhu, ia berkata:

رَأَيْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم وَالْحَسَنُ عَلَى عَاتِقِهِ يَقُولُ "اللَّهُمَّ إِنِّي أُحِبُّهُ فَأَحِبَّهُ ".

Aku melihat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, sedangkan Hasan bin Āli ada dipundaknya. Beliau berkata, "Ya Allāh, sesungguhnya aku mencintainya, maka cintailah ia." (Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 3749 dan Muslim 2422)

Hadīts yang lain dari Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu, ia berkata: 

خَرَجَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم فِي طَائِفَةِ النَّهَارِ لاَ يُكَلِّمُنِي وَلاَ أُكَلِّمُهُ حَتَّى أَتَى سُوقَ بَنِي قَيْنُقَاعَ، فَجَلَسَ بِفِنَاءِ بَيْتِ فَاطِمَةَ فَقَالَ " أَثَمَّ لُكَعُ أَثَمَّ لُكَعُ ". فَحَبَسَتْهُ شَيْئًا فَظَنَنْتُ أَنَّهَا تُلْبِسُهُ سِخَابًا أَوْ تُغَسِّلُهُ، فَجَاءَ يَشْتَدُّ حَتَّى عَانَقَهُ وَقَبَّلَهُ، وَقَالَ "اللَّهُمَّ أَحْبِبْهُ وَأَحِبَّ مَنْ يُحِبُّهُ"

Pada suatu hari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pergi, Beliau tidak berbicara kepadaku dan akupun tidak berbicara kepadanya, sehingga kami sampai di pasar Bani Qainuqa'. Kemudian Beliau duduk di serambi rumah Fāthimah. Beliau berkata, "Apakah di sana ada si kecil ?" Ibunya menahan beberapa saat. Menurutku ibunya sedang memaķaikan kalung untuknya atau memandikannya. Tidak lama kemudian dia datang dengan cepat, sehingga Rasul memeluknya dan menciumnya, Beliau berkata, "Ya Allāh, cintailah dia dan cintailah orang yang mencintainya." (Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 2122 dan Muslim nomor 2421)

Hadīts yang lain dari Abū Bakar Ash Shiddīq radhiyallāhu 'anhu, ia berkata: 

سَمِعْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم عَلَى الْمِنْبَرِ وَالْحَسَنُ إِلَى جَنْبِهِ، يَنْظُرُ إِلَى النَّاسِ مَرَّةً وَإِلَيْهِ مَرَّةً، وَيَقُولُ  " ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ، وَلَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يُصْلِحَ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ"

Aku mendengarkan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang berdiri berkhutbah di atas mimbar, sedang Al Hasan berada di sebelahnya. Terkadang Beliau melihat kepada orang-orang dan terkadang Beliau memandang Al Hasan, dan Beliau berkata, "Cucuku ini adalah pemimpin. Semoga Allāh mendamaikan dengannya antara dua kelompok yang bersengketa dari kaum muslimin." (Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 3746)

Dan ini terjadi (mukzijat nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam) ketika Al Hasan bin Āli bin Abī Thālib mengundurkan diri dari kekhilafahan dan saat itu kepemimpinan diberikan kepada Muawiyyah bin Abī Sufyan radhiyallāhu 'anhu.

Dan di antara rahmat Beliau kepada anak kecil adalah Beliau pernah menggendong Umāmah binti Zainab (cucu Beliau yang wanita) ketika shalāt. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Al Bukhāri dan Muslim, dari Abū Qatadah Al Anshari, ia berkata:

"Bahwasanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam melakukan shalāt sambil menggendong Umamah puteri Zainab binti Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dari suaminya Abul 'Ash bin Ar Rabi' bin Abdisy Syams. Jika Beliau sujud, maka Beliau meletakkannya. Dan jika berdiri Beliau menggendongnya." (Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 516 dan Muslim II/181)

Ketika Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengimami shalāt berjama'ah kemudian Beliau mendengar tangisan anak kecil, maka Beliau meringankan shalātnya.

Sebagaimana hadīts yang diriwayatkan oleh Al Bukhāri dan Muslim dari Anas Mālik radhiyallāhu 'anhu, ia berkata:

إِنِّي لأَدْخُلُ فِي الصَّلاَةِ وَأَنَا أُرِيدُ إِطَالَتَهَا، فَأَسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِيِّ، فَأَتَجَوَّزُ فِي صَلاَتِي مِمَّا أَعْلَمُ مِنْ شِدَّةِ وَجْدِ أُمِّهِ مِنْ بُكَائِهِ 

"Sesungguhnya ketika aku akan melaksanakan shalāt dan hendak memanjangkannya, tiba-tiba aku mendengar tangisan seorang anak, akhirnya aku ringankan shalāt karena aku tahu kegelisahan sang ibu karena tangisan anaknya." (Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 709 dan Muslim nomor 3430)

Demikian, In syā Allāh nanti kita lanjutkan pada halaqah berikutnya masih berkaitan dengan masalah ini. 

Semoga bermanfaat.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

〰〰〰〰〰〰〰〰

🌍 BimbinganIslam.com

Senin, 16 Jumada Al-Akhir 1441 H / 10 Februari 2020 M

👤 Ustadz Arief Budiman, Lc

📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath-Athibbāi

🔊 Halaqah 38 | Di Antara Kasih Sayang Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam Kepada Anak Kecil

~~~~~~~~~~~~

DI ANTARA KASIH SAYANG RASŪLULLĀH ﷺ KEPADA ANAK KECIL

بسم اللّه الرحمن الرحيم 

الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، ولاحول ولا قوة إلا بالله أما بعد 

Ma'asyiral Mustami'in, para pendengar, pemirsa yang dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Ini adalah pertemuan kita yang ke-38 dari kitāb Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Al Athibbāi tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīdzahullāh. 

Kita masih melanjutkan sesi sebelumnya, masih membahas hadīts yang berkenaan dengan rahmat dan kasih sayang Rasūlullāhshallallāhu 'alayhi wa sallam kepada umatnya terkhusus kepada anak-anak kecil.

Diantara hadīts yang menerangkan bahwa nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam sangat memperhatikan hak dan kasih sayang terhadap anak-anak kecil adalah sebuah hadīts di dalam shahīh Muslim. 

Hadīts dari Bura'idah bin Al Hushaibah Aslami radhiyallāhu 'anhu tentang diakhirkannya hukuman rajam terhadap seorang wanita dari Ghamidiyyah yang mengaku berzinah dan hamil.

Bura'idah radhiyallāhu 'anhu berkata:

Ma'iz bin Mālik datang menemui Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam seraya berkata,

"Wahai Rasūlullāh, sesungguhnya aku telah menzhalimi diriku, karena aku telah berzina, oleh karena itu aku ingin agar engkau berkenan membersihkan diriku" Namun beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam menolak pengakuannya.

Hadīts ini diringkas oleh penulis. 

Kemudian Bura'idah berkata :

Suatu ketika ada seorang wanita Ghamidiyah datang menemui Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam seraya berkata, “Wahai Rasūlullāh diriku telah berzina, oleh karena itu sucikanlah diriku.” 

Kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menghindar dengan mengatakan: "Pulanglah kamu lalu beristighārlah memohon ampun kepada Allāh dan bertaubat kepada Allāh"

Keesokan harinya wanita tersebut datang menemui Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sambil berkata, “Wahai Rasūlullāh, kenapa anda menolak pengakuanku? Sepertinya engkau menolak pengakuanku sebagaimana engkau telah menolak pengakuan Ma’iz. Demi Allāh, sekarang ini aku sedang mengandung bayi dari hasil hubungan gelap itu.” 

Mendengar pengakuan ter sebut Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: “Sekiranya kamu ingin tetap bertaubat, maka pulanglah sampai kamu melahirkan.”

Tentunya ini bentuk irab bentuk bahwasanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak mau menghukum rajam wanita tersebut. Sebaiknya seseorang yang berzina itu bertaubat saja antara dirinya dengan Allāh.

Namun apabila sudah sampai kepada beliau, karena beliau adalah imam, waliyul amri disini berarti harus dirajam tetapi nant setelah bayi tersebut lahir.

Ini menunjukkan kasih sayang Allāh kepada anak kecil bahkan kepada yang masih di dalam perut sekalipun.

Sampai akhirnya disebutkan di dalam hadīts bahwa wanita itu akhirnya melahirkan dan diberikan jaminan oleh sebagian sahabat Anshar (maksudnya) diberi nafkah sampai wanita tersebut melahirkan. 

Dan setelah wanita tersebut melahirkan Nabi pun bersabda lagi,

"Tentunya kami tidak akan merajamnya sekarang, tidak mungkin kami meninggalkan anak itu sementara ibunya dirajam sehingga tidak ada yang menyusuinya nanti".

Akhirnya setelah itu ada seorang laki-laki dari Anshar yang mengatakan bahwasanya anak tersebut akan dicarikan ibu susu.

Setelah itu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam merajamnya.

Hadīts ini diriwayatkan oleh shahīh Muslim dan

di dalam riwayat lain ada tambahan sedikit peristiwa bahwa anak tersebut setelah lahir oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ibunya diminta menyusui dulu sampai bayu tersebut disapih. 

Berarti disini versinya berbeda kalau tadi sampai ada sahabat yang menanggungnya kalau disini betul-betul disusui sampai disapih dan sampai akhirnya datang lagi kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Coba bayangkan! 

Wanita ini betul-betul ikhlas.

Itulah bedanya sahabat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, seandainya pun mereka bermaksiat mereka segera bertaubat dengan taubat yang sesungguhnya (taubatan nasuha)

Sampai wanita tersebut mendatangi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan bayi yang sudah tidak menyusui lagi dan sudah memegang sepotong roti.

Dan wanita tadi mengatakan, "Wahai Rasūlullāh, anak saya sudah besar dan sudah saya sapih"

Kemudian diberikanlah anak tersebut kepada salah satu sahabat untuk diurus.

Lalu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam diperintahkan untuk menggali lubang untuk membenamkan sebagian tubuh wanita itu, akhirnya Nabi-pun merajamnya (radhiyallāhu 'anhā).

Ini contoh yang sangat jelas bagaimana Nabi sangat memiliki rahmat dan juga kasih sayang kepada umatnya.

Dari satu sisi beliau harus merajam wanita tersebut karena memang itu adalah hukuman dalam syari'at Allāh bagi orang yang berzina. Dan hukuman bagi zina mukhsan adalah dengan dirajam. 

Namun disini nabi juga memperhatikan hak anak kecil yang tidak bersalah. Karena yang bersalah adalah kedua orang tuanya yang telah melakukan zina.

Demikian Semoga bermanfaat bagi kita semua dan In syā Allāh kita lanjutkan pada sesi yamg akan datang masih dalam pembahasan yang mirip dan serupa.

Wallāhu A'lam bishawab 

Semoga bermanfaat.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

_______________

🌍 BimbinganIslam.com

Selasa, 17 Jumada Al-Akhir 1441 H / 11 Februari 2020 M

👤 Ustadz Arief Budiman, Lc

📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath-Athibbāi

🔊 Halaqah 39 | Di Antara Kasih Sayang Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam Kepada Anak Kecil

~~~~~~~~~~~~

DI ANTARA KASIH SAYANG RASŪLULLĀH ﷺ KEPADA ANAK KECIL

بسم اللّه الرحمن الرحيم 

الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، ولاحول ولا قوة إلا بالله أما بعد 

Ma'asyiral Mustami'in, kaum muslimin para pemirsa, para pendengar yang dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Ini adalah halaqah yang ke-39 Ini dari kitāb Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Al Athibbāi tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīdzahullāh. 

Dalam kitāb, kita akan lanjutkan pada halaman ke-73 masih berkaitan seperti sesi sebelumnya.

ومن رحمته أيضا بالصغار و عطفه عليهم ودعائه لهم 

Diantara hadīts-hadīts yang menerangkan contoh-contoh kasih sayang Rasūlullāh kepada anak-anak kecil dan kelembutan beliau dan bagaimana beliau mendo'akan anak-anak kecil (para sahabat radhiyallāhu ' anhum ajmain).

Diantaranya hadīts dalam shahīh Bukhāri dan Muslim dari sahabat As-Saib bin Yazid radhiyallāhu 'anhu, beliau menceritakan :

ذَهَبَتْ بِي خَالَتِي إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ ابْنَ أُخْتِي وَجِعٌ‏.‏ فَمَسَحَ رَأْسِي وَدَعَا لِي بِالْبَرَكَةِ، ثُمَّ تَوَضَّأَ فَشَرِبْتُ مِنْ وَضُوئِهِ، ثُمَّ قُمْتُ خَلْفَ ظَهْرِهِ، فَنَظَرْتُ إِلَى خَاتَمِ النُّبُوَّةِ بَيْنَ كَتِفَيْهِ مِثْلِ زِرِّ الْحَجَلَةِ‏.‏

"Suatu hari bibiku membawaku kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, lalu ia berkata,'Wahai Rasūlullāh, sesungguhnya putera saudaraku terkena penyakit'. Kemudian beliau mengusap kepalaku dan memohon keberkahan bagiku, setelah itu beliau berwudhu dan aku minum air wudhu'nya. Selanjutnya aku berdiri dibelakang pundaknya dan melihat cap kenabian di antara dua pundaknya bagaikan kancing tenda besar." (Hadīts shahīh riwayat Al-Bukhāri nomor 5670 dan Muslim nomor 2345)

Sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi زِرِّ الْحَجَلَةِ‏ adalah kancing yang ada pada tenda besar dan ini adalah penafsiran jumhur ulama.

Intinya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menyayangi As-Saib bin Yazid yang saat itu masih kecil karena bibinya membawa beliau kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mendo'akan dengan keberkahan. 

وانظر إلى فعل أبي بكر رضى الله عنه مع الحسن بن علي 

Lihat apa yang dilakukan Abū Bakar radhiyallāhu 'anhu bersama Hasan bin Āli radhiyallāhu 'anhu.

Diriwayatkan oleh Al-Bukhāri dari hadīts dari Uqbah bin Al-Harits, dia berkata :

رَأَيْتُ أَبَا بَكْرٍ ـ رضى الله عنه ـ وَحَمَلَ الْحَسَنَ وَهْوَ يَقُولُ بِأَبِي شَبِيهٌ بِالنَّبِيِّ، لَيْسَ شَبِيهٌ بِعَلِيٍّ‏.‏ وَعَلِيٌّ يَضْحَكُ‏

"Aku melihat Abū Bakar radhiyallāhu 'anhu yang sedang memangku Al-Hasan, dia berkata, 'Bapakku sebagai tebusannya, dia mirip Nabi dan tidak mirip Āli dan Āli pun tertawa'." (Hadīts shahīh riwayat Al-Bukhāri nomor 3750)

Itu para pendengar rahīmakumullāh tambahan contoh-contoh dari hadīts bagaimana akhlak mulia Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan sahabat (Abū Bakar) ketika bercanda kepada Al-Hasan bin Āli radhiyallāhu 'anhu.

In syā Allāh pada halaqah berikutnya kita membahas hadīts-hadīts tentang anak-anak hendaknya dilatih bermain dengan permainan-permainan yang bermanfaat.

Atas segala kekurangan mohon maaf sebesar-besarnya.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

_______________

🌍 BimbinganIslam.com

Rabu, 18 Jumada Al-Akhir 1441 H / 12 Februari 2020 M

👤 Ustadz Arief Budiman, Lc

📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath-Athibbāi

🔊 Halaqah 40 | Permainan Anak-Anak yang Berlangsung di Zaman Nabi Shallallāhu 'Alayhi wa Sallam dan Bolehnya Kita Mengajak Mereka Bersenang-Senang atau Bermain-Main

~~~~~~~~~~~~

PERMAINAN ANAK-ANAK YANG BERLANGSUNG DI ZAMAN NABI ﷺ DAN BOLEHNYA KITA MENGAJAK MEREKA BERSENANG-SENANG ATAU BERMAIN-MAIN

بسم اللّه الرحمن الرحيم  

الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نبينا محمد وَعَلَى أله وصحبه أجمعين وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ

Ma'asyiral Mustami'in, kaum muslimin para pemirsa, para pendengar rahimani wa rahīmakumullāh.

Ini adalah halaqah yang ke-40 Ini dari kitāb Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Al Athibbāi tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīdzahullāh.

Kita lanjutkan pembahasan kita dalam kitāb pada halaman 74, masih berkaitan bagaimana akhlak Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersama anak-anak kecil dan beliau mengajak bermain anak-anak kecil para sahabat radhiyallāhu 'anhum pada masanya.

مزيد من الوارد في لعب الصبيان والترويح عنهم 

Penjelasan tambahan tentang permainan anak-anak yang berlangsung di zaman Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan bolehnya kita mengajak bersenang-senang atau bermain-main. Tentunya selama dalam hal yang dibolehkan secara syar'i.

Telah berlalu firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla di dalam surat Yusuf, dimana Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman tentang Yusuf dan saudaranya.

Saudara Yusuf berkata kepada ayah mereka :

أَرۡسِلۡهُ مَعَنَا غَدٗا يَرۡتَعۡ وَيَلۡعَبۡ ......

"Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia bersenang-senang dan bermain-main...."(QS. Yusuf :12) 

Ini menunjukkan bahwa Nabi Yusuf pun bermain, walaupun saat itu saudara-saudaranya ingin berbuat makar kepada nabi Yusuf alayhissalām.

Dan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bermain-main dengan anak-anak ketika beliau masih kecil.

Diriwayatkan di dalam shahīh Muslim dari Anas bin Mālik radhiyallāhu 'anhu:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَتَاهُ جِبْرِيلُ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ يَلْعَبُ مَعَ الْغِلْمَانِ فَأَخَذَهُ فَصَرَعَهُ فَشَقَّ عَنْ قَلْبِهِ فَاسْتَخْرَجَ الْقَلْبَ فَاسْتَخْرَجَ مِنْهُ عَلَقَةً فَقَالَ هَذَا حَظُّ الشَّيْطَانِ مِنْكَ ‏.‏ ثُمَّ غَسَلَهُ فِي طَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ بِمَاءِ زَمْزَمَ ثُمَّ لأَمَهُ ثُمَّ أَعَادَهُ فِي مَكَانِهِ وَجَاءَ الْغِلْمَانُ يَسْعَوْنَ إِلَى أُمِّهِ - يَعْنِي ظِئْرَهُ - فَقَالُوا إِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ قُتِلَ ‏.‏ فَاسْتَقْبَلُوهُ وَهُوَ مُنْتَقَعُ اللَّوْنِ ‏.‏ قَالَ أَنَسٌ وَقَدْ كُنْتُ أَرَى أَثَرَ ذَلِكَ الْمِخْيَطِ فِي صَدْرِهِ ‏

"Sesungguhnya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam didatangi Jibrīl ketika dia sedang bermain dengan anak-anak lainnya. Lalu Jibrīl mengambilnya dan menidurkannya, dia membelah dadanya dan mengeluarkan hatinya, lalu dia mengeluarkan sekerat daging dan berkata, 'Ini bagian syaitan dari dalam dirimu' . Kemudian dia mencucinya dengan air zamzam di dalam sebuah wadah dari emas, selanjutnya dia menyatukan satu dengan yang lainnya dan mengembalikannya ketempat semula. Anak-anak itu datang dengan berlari kepada ibunya (ibu susu Rasūlullāh) mereka berkata, 'Sungguh, Muhammad telah dibunuh!' Mereka semua mendatanginya dan raut wajah beliau sudah berubah (menjadi pucat)"

Anas berkata, "Aku pernah melihat bekas jahitan tersebut di dada beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam". (Hadīts shahīh riwayat Muslim 162)

Ini menunjukkan bahwa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bermain bersama teman-teman sebaya dan ini diperbolehkan tentunya selama dalam batasan syar'i.

In syā Allāh akan kita jelaskan pada pertemuan berikutnya.

Demikian, semoga bermanfaat.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

_______________