Nasehat Bagi Yang Malu Untuk Meminta Maaf
Ustadz Muhammad Sulhan Jauhari, Lc, MHI
Kita semua tidak lepas dari berbuat kesalahan kepada orang lain. Ketika hal itu terjadi, maka sikap terbaik seorang muslim adalah bertaubat nasuha kepada Allah Ta’ala dan meminta maaf kepada orang yang kita berbuat salah kepadanya.
Janganlah ragu dan malu.
Bila masih juga malu, silakan disimak dua hadis berikut ini. Semoga menjadi pengingat dan nasihat bagi kita semua.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Siapa yang memiliki kezaliman terhadap saudaranya, baik pada kehormatan atau hal lainnya, hendaklah ia segera menyelesaikannya sekarang juga sebelum datang hari tidak ada dinar dan dirham. (Yang ada pada hari itu) bila ia memiliki amal shaleh maka akan diambil amal shalehnya seukuran kezalimannya. Bila tidak punya kebaikan apa-apa, akan diambil dari keburukan-keburukan orang yang dizaliminya lalu dipikulkan kepadanya. (HR. al-Bukhari).
Pada hari kiamat, perkara harta tidak bisa dibayar dengan harta. Namun akan dibayar dengan kebaikan dan keburukan. Tidak ada satu kezaliman pun yang terlewatkan begitu saja. Semuanya akan diputuskan oleh Allah yang Maha Adil dengan seadil-adilnya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan:
لَتُؤَدُّنَّ الْحُقُوْقَ إِلَى أَهْلِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُقَادَ لِلشَّاةِ الْجَلْحَاءِ مِنَ الشَّاةِ الْقَرْنَاءِ.
Sungguh kalian akan benar-benar menyelesaikan hak-hak kepada pemiliknya di hari kiamat. Sampai-sampai kambing yang tidak bertanduk akan diberikan hak qisosnya dari kambing yang bertanduk (yang telah menanduknya). (HR. Muslim)
Semoga Allah Subhanahu wa ta'ala membimbing kita untuk mudah bertaubat kepada-Nya, saling meminta maaf dan memaafkan. Aamiin.
÷÷÷÷
✍🏻⚪🌏🌐
Repost by :
👥 Grup WA As_sunnah.
-----------------------------
🇫 🇦 🇪 🇩 🇦 🇭 🇵 🇦 🇬 🇮
MENUNTUT ILMU SYAR'I ADALAH JIHAD
🔸 Berkata Al-'Allamah Zaid bin Muhammad bin Hadi Al-Madkhali rahimahullah :
"Maka menuntut ilmu (syar'i) adalah jihad, mengapa jihad ? Karena di dalamnya ada :
▪penyelamatan diri dari kebodohan, dan
▪penjagaan aqidah, yang mana aqidah tidaklah bisa dijaga kecuali dengan ilmu; dan
▪karena pada ilmu (syar'i) itu ada bentuk penyebaran, yaitu agar jiwa-jiwa dan hati-hati itu dihidupkan kembali.
Dan tidak mungkin (menuntut ilmu) itu mengandung hal-hal tersebut, kecuali dengan perantara para ulama; yang mana mereka tidak mungkin bisa mencapai gelar ini (sebagai ulama) kecuali apabila mereka telah :
▪mengerahkan segala upaya mereka, dan
▪menggeluti kitab-kitab ilmu, serta
▪setia menyertai guru-gurunya, dalam jangka waktu yang tidak pendek, akan tetapi jangka waktu itu sangatlah panjang.
Dan tidaklah menuntut ilmu itu berakhir sampai datang al-yaqin (kematian) dari Allah tabaraka wa ta'ala."
📚 Thariqul wushul ila idhaahi ats-tsalastatil ushul (212)
┉┉✽̶»̶̥▪»̶̥✽̶┉┉
قال العلامة زيد بن محمد بن هادي المدخلي - رحمه الله تبارك وتعالے - :
فطلب العلم جهاد وأيما جهاد، لأن فيه إنقاذ للنفس من الجهل ، وحراسة للعقيدة التي لا تحرس إلا بالعلم ، ولأن في العلم نشرا له ، لتحيا الأرواح ، وتحيا القلوب،
ولايمكن لها ذلك إلا بواسطة العلماء ، الذين لايمكن أن يحرزوا هذا اللقب إلا إذا بذلوا جهودهم ، وعكفوا على كتب العلم وعلى أشياخه مدة ليست بالمدة القصيرة وإنما هي مدة طويلة جدا،
ولايكون لها نهاية حتى يأتي اليقين من الله - تبارك وتعالى - .
📚 طريق الوصول إلى إيضاح الثلاثة الأصول (٢١٢)
📑 Majmu'ah Hikmah Salafiyyah
-------------------------------------------------------
Hamba yang Ideal adalah Hamba yang Memperbagus Akhlaknya
Hamba yang ideal adalah ia yang memperbagus akhlaknya kepada sesama manusia, sebab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak hanya diutus untuk membetulkan ibadah,
Namun juga mengajarkan akhlak sesama. Disebutkan dalam hadits, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ صَالِحَ الأَخْلاَقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan baiknya akhlak.”
(HR. Ahmad, 2: 381. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Referensi: https://bimbinganislam.com/jadilah-hamba-yang-ideal/
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
---------------------------------------------------------
🇫 🇦 🇪 🇩 🇦 🇭 🇵 🇦 🇬 🇮
SABAR DALAM MENJALANKAN SUNNAH
Berkata Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafidzahullah :
Menetapi sunnah bukanlah perkara yang mudah.Padanya terdapat ujian dan cobaan.Karena di sana pasti ada orang orang yang akan :
~> Mencelamu...
~> Mengganggumu...
~> Dan merendahkanmu...
Mereka mengatakan :
•••Ini orang terlalu kaku, berlebih-lebihan dan lain sebagainya•••
Atau bisa jadi tidak cukup sekedar ucapan, bahkan mereka akan :
💧Membunuhmu
💧Memukulmu
💧Atau memenjarakanmu
Namun jika kamu ingin menggapai keberuntungan dan meminum dari telaga (Nabi) maka BERSABARLAH! Berasabarlah di dalam berpegang teguh dengan sunnah Rasul sampai engkau berhasil berjumpa dengan beliau di telaga.
Sumber : Syarhu durrotil mudhiyyah fii 'aqdi ahlil firaqil murdhiyyah 190.
•••┈••••○❁🌻❁○••••┈•••
قال الشيخ صالح الفوزان حفظه الله :
( ولزوم السنة ماهو بالأمر السهل ، فيه ابتلاء وامتحان، هناك ناس يعيرونك ويؤذونك ويتنقصونك، ويقولون : هذا متشدد متنطع إلى آخره ، أو ربما أنهم لا يكتفون بالكلام، ربما أنهم يقتلونك أو يضربونك، أو يسجنونك .
ولكن اصبر إذا كنت تريد النجاة وأن تشرب من هذا الحوض، اصبر على التمسك بسنة رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى أن تلقاه على الحوض . )
📝 [ شرح الدرة المضية في عقد أهل الفرق المرضية - (190) ]
Kajian Islam Temanggung
---------------------------------------------
Urusan Mengkafirkan itu Adalah Urusan yang Sangat Berbahaya
Diantara nasehat yang dinukil oleh Syaikh Ali bin Hasan Abdul Hamid Al Halabi di dalam kitab beliau At-Tabshir Biqawaid At-Takfir adalah, penyataan Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah sbb :
باب التكفير باب خطير، أقدم عليه كثير من الناس فسقطوا، وتوقف فيه الفحول فسلموا، ولا نعدل بالسلامة شيئا.
"Urusan mengkafirkan itu adalah urusan yang sangat berbahaya, banyak manusia memberanikan diri terjun ke dalamnya, sehingga mereka pun jatuh tersungkur.
Sedangkan para ulama' yang Fuhuul (pilih tanding) menahan diri darinya, sehingga mereka pun selamat.
Dan kita tidak bisa menukarkan nikmat keselamatan itu dengan apapun."
(Al-Mufhim Lima Asykala Min Talkhish Kitab Muslim : 3/111).
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
•••┈••••○❁🌻❁○••••┈•••
🇫 🇦 🇪 🇩 🇦 🇭🇲🇺🇭🇦🇷🇷🇦🇲
DUA TINGKATAN PUASA ASYURA'
Fadhilatusy Syaikh Dr. Muhammad bin Hadi Al Madkhaly hafizhahullah berkata :
"Puasa Asyura' ada dua tingkatan :
Tingkatan pertama : berpuasa Asyura' disertai berpuasa sehari sebelum atau setelahnya dan yang lebih utama berpuasa di tanggal 9 (sehari sebelumnya); dikarenakan Nabi shallallahu alaihi wasallam bertekad untuk melakukannya, namun jika tidak memungkinkan baginya maka ia berpuasa sehari setelahnya yaitu hari kesebelas.
Tingkatan yang kedua : Berpuasa Asyura' saja tanpa diiringi puasa sehari sebelum atau setelahnya.
Dan sebagian ulama menyebutkan tingkatan yang ketiga yaitu berpuasa Asyura' disertai berpuasa sehari sebelumnya dan sehari setelahnya, dan mereka berdalil dengan riwayat yang datang dalam Al Musnad :
"صوموا يوما قبله ويوما بعده".
"Berpuasalah sehari sebelumnya dan sehari setelahnya".
Dengan lafazh wawu athifah (yang bermakna bahwa dianjurkan berpuasa tiga hari yaitu tanggal 9, 10 dan 11), dan riwayat ini lemah, dan yang shahih ialah riwayat dengan lafazh aw athifah (yang bermakna anjuran untuk memilih antara tanggal 9 atau tanggal 11 untuk diiringkan dengan puasa Asyura')".
Catatan : Maka pendapat yang benar dalam masalah ini adalah bahwasanya puasa Asyura' memiliki dua tingkatan, pen.
Sumber : Kalimat yang berjudul "Fadhlut Tha'ah fi Syahrillah Al Muharram".
2 Muharram 1440 H.
قال فضيلة الشيخ د. محمد بن هادي المدخلي حفظه الله :
وصيام يوم عاشوراء يكون على مرتبتين :
المرتبة الأولى : أن يصام معه يوم آخر إما قبله وإما بعده والأفضل أن يكون التاسع؛ لأن النبي صلى الله عليه وسلم هم به, فإن لم يتأت له التاسع صام بعده اليوم الحادي عشر.
المرتبة الثانية : أن يصام عاشوراء فقط بمفرده ليس معه يوم قبله ولا بعده.
وبعض أهل العلم يقول : المرتبة الثالثة : أن يصام معه يوم قبله ويوم بعده، ويستدلون بالرواية التي في المسند :(صوموا يوما قبله ويوما بعده) بالواو العاطفة، وهذه الرواية ضعيفة والصحيح في الروايات (أو) للتخيير.
كلمة بعنوان : فضل الطاعة في شهر الله المحرم ٢ محرم ١٤٤٠ه.
📑 Dinul Qoyyim
-------------------------------------
🇫🇦🇪 🇩 🇦 🇭 🇵 🇦🇬 🇮
6 TANDA KEMUNAFIKAN DALAM SHALAT
Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata:
فهذه ست صفات
في الصلاة من علامات
النفاق
1. الكسل عند القيام إليها
2. ومراءاة الناس في فعلها
3. وتأخيرها
4. ونقرها
5. وقلة ذكر الله فيها
6. والتخلف عن جماعتها
Berikut ini adalah enam hal dalam shalat, yang merupakan tanda kemunafikan:
1. Malas ketika bangkit untuk mengerjakannya
2. Riya' ketika mengerjakannya.
3. Menunda-nundanya
4. Terlalu cepat gerakannya
5. Sedikit menyebut atau mengingat Allah di dalamnya, dan
6. Tidak mengerjakannya secara berjamaah."
Ash-Shalah wa Hukmu Tarikiha, jilid 1 hlm. 173
🌍 Sumber || https://mobile.twitter.com/alsalaf_1/status/1013597517198610433
------------------------------------
🇫🇦🇪 🇩 🇦 🇭 🇵 🇦🇬 🇮
JANGAN ENGKAU BOSAN DALAM MENUNTUT ILMU
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata :
"Janganlah kau bosan dalam menuntut ilmu, tuntutlah ilmu walaupun yang bisa didapat hanya sedikit. Sedikit ilmu yang disertai amal shalih itu terdapat barakah, terdapat kebaikan.
Berkelanjutan dalam menuntut ilmu, tidak diragukan lagi bahwa itu merupakan kebaikan dan ilmu adalah ibadah, menuntut ilmu lebih utama daripada shalat nafilah."
[Al-Ijaabaat Al-Muhimmah: 84]
َ |[ لا تمـلَّ مـن طـلب العـلم ]|
● قـاٌلَ الشَـّيْخ صالِح الفَوْزَان -حَفِظَهُ الله-:
《 لا تمـلَّ مـن طـلب العـلم ، اطلـب العلـم ولـو كـان إدراكـك قـليلًا، والقلـيل مـع العـمل الصـالح فيـه بـركة ، وفـيه خـير، ومـواصلة طلـب العلـم لا شـكَّ أنهـا خـير، وطلـب الـعلم عـبادة ، طلـب العـلم أفضـل مـن صـلاة النافـلة 》.
|[ الاجابـات المهـمة (٨٤) ]|
Thalab Ilmu Syar'i
--------------------------------
Dosa Kita Penyebab Pemecah Belah Kita
Nabi kita Muhammad shalallahu alaihi wa sallam bersabda :
والذي نفس محمد بيده ما توادَّ اثنان في الله ففرق بينهما إلا بذنب يحدثه أحدهما
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah ada dua jiwa yang saling mencintai karena Allah kemudian keduanya berpecah belah melainkan karena sebab dosa yang mereka lakukan.” (HR Ahmad dishahihkan oleh Imam Al-Albani di dalam Irwa’ul Ghalil : 8/99)
Imam Al-Muzani berkata ketika menjelaskan makna hadits ini :
«إذا وجدت من إخوانك جفاء، فتب إلى الله، فإنك أحدثت ذنبا، وإذا وجدت منهم زيادة وُدٍّ، فذلك لطاعة أحدثتها، فاشكر الله تعالى»
“Jika engkau mendapatkan dari saudaramu sikap yang buruk, maka bertaubatlah engkau kepada Allah. Karena sesungguhnya engkau telah melakukan dosa.”
“Dan jika engkau mendapatkan dari mereka kecintaan yang makin bertambah maka itu disebabkan oleh ketaatan yang engkau lakukan." (Faidhul Qadir : 5/437).
Semoga kita senantiasa dimudahkan oleh Allah taala untuk sering mawas diri dan diberikan kekuatan serta kesabaran untuk meninggalkan kemaksiatan lahir maupun batin, agar tali ukhuwah tetap kekal hingga ajal menjelang …
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
-----------------------------------------------
🇫🇦🇪 🇩 🇦 🇭 🇯 🇺 🇲 🇦🇹
5 PERKARA YANG PERLU ANDA KETAHUI DI HARI JUM'AT
1. Mengantuk di Masjid pada Hari Jum’at*
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian mengantuk ketika berada di masjid pada hari jum’at, maka hendaknya ia berpindah dari tempat duduknya kepada tempat yang lainnya.”
Dishahihkan Syaikh Al-Albani. Lihat Ash-Shahihah no.468
2. Hari Jum’at kepada Jum’at Berikutnya Adalah Penebus Dosa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Hari jum’at menuju Jum’at berikutnya merupakan penebus dosa yang dilakukan di antara keduanya selama ia tidak melakukan dosa besar.” Lihat Ash-Shahihah no.3623
3. Membaca Surat Al-Kahfi
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari jum’at, maka ia akan diterangi oleh cahaya sampai jum’at berikutnya.” Lihat Shahihul Jami no. 6470
4. Memperbanyak Shalawat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Perbanyaklah bershalawat kepadaku pada hari jum’at dan malam jum’at. Karena barangsiapa bershalawat sekali saja kepadaku, maka Allah akan membalas shalawatnya sebanyak sepuluh kali.” Lihat Ash-Shahihah no. 1407
5. Waktu Mustajab
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya pada hari jum’at ada satu waktu, tidaklah seorang muslim mencocoki waktu tersebut ketika ia berdo’a meminta kebaikan kepada Allah, melainkan Allah akan mengabulkan permintaannya.” (HR. Muslim)
Sumber: Qonatu Muhadditsul ‘Ashr Al-Imam Al-Albani Rahimahullah
------------------------------------
Sifat Boleh Beda-beda, yang Penting Hati Jangan Keras
Saudaraku yang mencintai Sunnah dan dicintai oleh Alloh, setiap manusia tentu memiliki sifat yang berbeda-beda. Sifat-sifat tersebut pun bisa berubah-ubah setiap waktu. Begitu pula hati, dia pun memiliki sifat. Hati bisa menjadi sehat, juga bisa menjadi sakit. Hati bisa menjadi lunak, juga bisa menjadi sekeras batu.
Allah subhânahu wa ta’âlâ berfirman:
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً
Artinya: “Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.” (QS Al-Baqarah : 74)
Ayat di atas juga dapat dikaitkan dengan penjelasan serta perkataan masyhur dari Malik bin Dinar rohimahulloh, beliau berkata:
مَا ضُرِبَ عَبْدٌ بِعُقُوْبَةٍ أَعْظَمِ مِنْ قَسْوَةِ قَلْبٍ، وَمَا غَضِبَ اللهُ -عَزَّ وَجَلَّ- عَلَى قَوْمٍ إِلَّا نَزَعَ مِنْهُمُ الرَّحْمَةَ
“Seorang hamba tidaklah dihukum dengan suatu hukuman yang lebih besar daripada hatinya yang dijadikan keras. Tidaklah Alloh ‘azza wajalla marah terhadap suatu kaum kecuali Dia akan mencabut rasa kasih sayang-Nya terhadap mereka.” (Ma’alimut-Tanzil VII/115)
Oleh karena itu saudaraku, mari sebisa mungkin kita perhatikan kondisi hati setiap saat. Selalu muhasabah (intropeksi & koreksi) dan muroqobah (mendekatkan & memperbaiki diri serta hati pada Alloh). Jangan sampai hati kita menjadi hati yang keras atau mulai timbul bibit-bibit keras yang pada akhirnya berubah menjadi keras. Sungguh meruginya orang yang berhati keras, sebab kerasnya hati merupakan tanda kemurkaan Alloh.
Wallohu A’lam
Wabillahit Taufiq
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله
(Dewan Konsultasi Bimbinganislam.com)
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
------------------------------------------
ZUHUD itu BUKAN pada PENAMPILAN pada fisik, Tapi ZUHUD itu pada KEYAKINAN di dalam hati
Dalil :
مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له
“Barangsiapa yang menjadikan dunia tujuan utamanya, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup selalu ada di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) dunia melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya” [HR Ibnu Majah 4105, Ahmad 5/183, Ad-Daarimi 229]
Penjelasan :
Saudaraku sekalian yang mencintai sunnah dan dicintai oleh Alloh..
Ketika melihat seseorang berpakaian necis, memakai jam mahal, mengendarai mobil mewah, lalu berhenti makan siang di angkringan pinggir jalan, mungkin ada diantara kita yang berkomentar dalam hati, “wah zuhud sekali dia”.
Sebaliknya, ketika didapati petugas kebersihan jalan yang masih dengan pakaian dinas serba kuning masuk ke gerai pizza terkenal, memesan salah satu menu termahal, sebagian diantara kita akan mudah berkomentar, “besar pasak daripada tiang, boros sekali dia”.
Inilah gambaran yang ada ditengah-tengah kita, mudah meng-klaim Zuhud tanpa tahu hakikat dari Zuhud. Mari kita simak bagaimana Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam menerangkan hal ini;
مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له،
“Barangsiapa yang menjadikan dunia tujuan utamanya, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup selalu ada di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) dunia melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya”
Siapapun yang menjadikan Dunia sebagai prioritas, walaupun ia tidak berkecukupan, tidak mewah, maka hakikatnya ia tetaplah hamba Dunia.
Sebaliknya, Nabi shollalohu ‘alaihi wasallam menerangkan orang yang menjadikan Akhirat sebagai prioritas;
ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ
“Dan barangsiapa yang menjadikan akhirat tujuan utamanya, maka Allah akan himpunkan urusannya, Alloh akan jadikan kekayaan/selalu merasa cukup ada dalam hatinya, dan (harta benda) duniapun akan datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak membuatnya silau)”
[HR Ibnu Majah 4105, Ahmad 5/183, Ad-Daarimi 229]
Inilah hakikat yang sebenarnya dari Zuhud, sebab Zuhud bukanlah orang yang meninggalkan dunia, Zuhud bukanlah orang yang tidak mengikhtiarkan dunia, tapi yang disebut Zuhud adalah yang menjadikan akhirat sebagai prioritas utama walaupun ia masih mengejar dunia.
Wallohu A’lam
Akhukum Fillah,
Rosyid Abu Rosyidah
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
----------------------------------------------
Mengusap Kepala Anak Yatim di Bulan Muharram dan Nafkah Lebih Kepada Istri
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه
جزاكم الله خيرا وبارك الله فيكم
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du.
Laa haulaa wa laa quwwata illaa billaah,
•Wallahu a’lam saya pribadi kurang tahu apabila ada pengkhususan dalam hal tersebut (mengusap kepala anak yatim di bulan muharram dan nafkah lebih kepada istri – ed).
Yang saya tahu, mengelus kepala anak yatim, begitu juga menambah uang nafkah istri dianjurkan setiap saat dan setiap waktu sepanjang tahun tanpa harus ada pengkhususan.```
إِنْ أَرَدْتَ أَنْ يَلِينَ قَلْبُكَ فَأَطْعِمِ الْمِسْكِينَ، وَامْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيمِ
“Apabila engkau ingin hati mu lembut, berilah makan kepada orang miskin dan usaplah kepala anak yatim”. (HR. Ahmad no 7576)
Nabi Shallaallahu’alaihi wa sallam bersabda :
دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي رَقَبَةٍ، وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ، وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ، أَعْظَمُهَا أَجْرًا ؛ الَّذِي أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ
“1 dinar yang engkau infakan di jalan Allah, 1 dinar yang engkau gunakan untuk membebaskan budak, 1 dinar yang engkau sedekahkan kepada faqir miskin, dan 1 dinar yang engkau infakan untuk istri mu,
Maka yang lebih besar pahalanya adalah 1 dinar yang engkau infakan kepada istri mu“ (HR. Muslim no. 995).
Sehingga ibadah–ibadah ini tetap disyari’atkan (dianjurkan) sepanjang tahun tanpa ada pengkhususan akan waktunya.
Wallohu A’lam,
Wabillahittaufiq.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc حفظه الله
Referensi: https://bimbinganislam.com/mengusap-kepala-anak-yatim-dan-nafkah-lebih-kepada-istri-di-bulan-muharram/
----------------------------------------
BAHAGIAKAN ORANG TUAMU!
Saudaraku yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ālā…
Jangan pernah membuat perhitungan untung dan rugi ketika kita berusaha menyenangkan hati orang tua.
Sebab jika orang tua bahagia karena bakti anak kepadanya, ia akan berdoa dengan doa yang mustajab untuk kebaikan anaknya di dunia dan akhirat. Dan semua akan terbayar lunas di dunia dan akhirat.
Disebutkan dalam sebuah riwayat :
عَنْ مُحَمَّدُ بْنُ سِيْرِيْنَ قَالَ بَلَغَتِ النَّخْلَةُ عَلَى عَهْدِ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَلْفَ دِرْهَمٍ، فَعَمَدَ أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ إِلَى نَخْلَةٍ فَنَقَرَهَا وَأَخْرَجَ جُمَّارَهَا فَأَطْعَمَهَا أُمَّهُ فَقَالَ لَهُ مَا حَمَلَكَ عَلَى هَذَا ..؟ وَأَنْتَ تَرَى النَّخْلَةَ قَدْ بَلَغَتْ أَلْفًا فَقَالَ إِنَّ أُمِّيْ سَأَلَتْنِيْهِ وَلاَ تَسْأَلُنِيْ شَيْئًا أَقْدِرُ عَلَيْهِ إِلاَّ أَعْطَيْتُهَا – رواه الحاكم
“Dari Muhammad bin Sirin berkata : Pada zaman Ustman bin Affan radhiyallahu ‘anhu harga pohon kurma pada saat itu mencapai 1.000 dirham. Saat itu Usamah bin Zaid melubangi pohon kurma yang dibelinya dan mengeluarkan jantung pohon kurma-nya dan di berikan kepada ibunya sebagai makanan.
Lalu Muhammad bin Sirin berkata ; Wahai Usamah, apa yang membuatmu melakukan hal ini? sedangkan engkau tahu bahwa harga kurma ini senilai 1.000 dirham ..!
Usamah bin Zaid berkata : Sesungguhnya ibuku meminta jantung pohon kurma kepadaku. Dan tidaklah ibuku meminta sesuatu yang aku kuat untuk membelinya kecuali aku akan memberikannya”. (HR Hakim dalam Al-Mustadrak : 3/595 dan Thabrani dalam Al-Kabir : 370).
-(Satu Dirham nilainya sekitar Rp 3,600an)-
Referensi: https://bimbinganislam.com/bahagiakan-orang-tuamu/
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
--------------------------------------
Bila Usiamu Telah Sampai 40 Tahun
Berkenaan dengan usia 40 tahun, Allah SWT berfirman:
حَتَّى إَذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِى أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِى أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِى فِى ذُرِّيَّتِى إِنِّى تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّى مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
“…Apabila dia telah dewasa dan usianya sampai empat puluh tahun, ia berdoa: ‘Ya Tuhanku, tunjukkanlah aku jalan untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu-bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang Engkau ridhai dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir terus sampai kepada anak-cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang Muslim’ (QS. Al-Ahqaf:15)
Bila usia 40 tahun, maka manusia mencapai puncak kehidupannya baik dari segi fisik, intelektual, emosi, maupun spiritualnya. Ia benar-benar telah meninggalkan masa mudanya dan melangkah ke masa dewasa yang sebenar-benarnya.
.
Bila usia 40 tahun, maka manusia hendaklah memperbarui taubat dan kembali kepada Allah dengan bersungguh-sungguh, membuang kejahilan ketika usia muda, lebih berhati-hati, melihat sesuatu dengan hikmah dan penuh penelitian, semakin meneguhkan tujuan hidup, menjadikan uban sebagai peringatan dan semakin memperbanyak syukur.
.
Bila usia 40 tahun, maka meningkatlah minat seseorang terhadap agama, meski semasa mudanya jauh sekali dengan agama. Banyak yang akhirnya menutup aurat dan mengikuti kajian-kajian agama. Jika ada orang yang telah mencapai usia ini, namun belum ada minatnya terhadap agama, maka ini pertanda yang buruk dari kesudahan umurnya di dunia.
.
Bila usia 40 tahun, maka tidak lagi banyak memikirkan “masa depan” keduniaan, mengejar karier dan kekayaan finansial. Tetapi sudah jauh berpikir tentang nasibnya kelak di akhirat. Bahkan tak hanya memikirkan dirinya semata, tapi juga nasib anak-istrinya, seperti ujung doa indah ayat di atas “…dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku…”
Bila usia 40 tahun, maka akan sulit diubah kebiasaan pada usia-usia sesudahnya. Jika masih gemar melakukan dosa dan maksiat, seperti meninggalkan shalat, berzina, dll, maka akan sulit baginya untuk berhenti dari kebiasaan tersebut.
Bila usia 40 tahun, maka perbaikilah apa-apa yang telah lewat dan manfaatkanlah dengan baik hari-hari yang tersisa dari umur yang ada, sebelum ruh sampai di tenggorokan. Ingatlah menyesal kemudian tiada guna.
Abdullah bin Abbas ra berkata: “Barangsiapa mencapai usia 40 tahun dan amal kebajikannya tidak mantap dan tidak dapat mengalahkan amal keburukannya, maka hendaklah ia bersiap-siap ke neraka.”
Imam asy-Syafi’i rahimahullah tatkala mencapai usia 40 tahun, beliau berjalan sambil memakai tongkat. Jika ditanya, maka beliau menjawab: “Agar aku ingat bahwa aku adalah musafir. Demi Allah, aku melihat diriku sekarang ini seperti seekor burung yang dipenjara di dalam sangkar. Lalu burung itu lepas di udara, kecuali telapak kakinya saja yang masih tertambat dalam sangkar. Komitmenku sekarang seperti itu juga. Aku tidak memiliki sisa-sisa syahwat untuk menetap tinggal di dunia. Aku tidak berkenan sahabat-sahabatku memberiku sedikit pun sedekah dari dunia. Aku juga tidak berkenan mereka mengingatkanku sedikit pun tentang hiruk-pikuk dunia, kecuali hal yang menurut syara’ lazim bagiku. Di antara aku dan dia ada Allah.”
Abdullah bin Dawud rahimahullah berkata: “Kaum salaf, apabila di antara mereka ada yang sudah berumur 40 tahun, ia mulai melipat kasur, yakni tidak akan tidur lagi sepanjang malam, selalu melakukan shalat, bertasbih dan beristighfar. Lalu mengejar segala ketertinggalan pada usia sebelumnya dengan amal-amal di hari sesudahnya.” (Ihya Ulumiddin IV/410)
Imam Malik rahimahullah berkata: “Aku dapati para ahli ilmu di negeri kami mencari dunia dan berbaur dengan manusia hingga datang kepada mereka usia 40 tahun. Jika telah datang usia tersebut kepada mereka, mereka pun meninggalkan manusia (yaitu lebih banyak konsentrasinya untuk meningkatkan ibadah dan ilmu).” (At-Tadzkirah hal 149)
Muhammad bin Ali bin al-Husain rahimahullah berkata: “Apabila seseorang telah mencapai usia 40 tahun, maka berserulah penyeru dari langit: ‘Waktu berpulang semakin dekat, maka siapkanlah perbekalan.’
An-Nakha’i rahimahullah berkata: “Sebelumnya mereka menggapai dunia, di saat menginjak usia 40 tahun mereka menggapai akhirat” (At-Tadzkarah al-Hamduniyah VI/11).
---------------------------------------------
Hati yang Sakit dan Mati
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Abu Dzar:
أَفَتَرى قِلَّةَ المالِ هو الفقرَ ؟ . قلتُ : نعم يا رسولَ اللهِ ! قال : إنما الغنى غنى القلبِ ، و الفقرُ فقرُ القلبِ
“ Apakah kalian menyangka kefakiran itu adalah kekurangan harta?”. Abu Dzar menjawab: “iya wahai Rasulullah”. Beliau bersabda: “Sesungguhnya kekayaan hakiki itulah kekayaan hati, dan kefakiran itu adalah kefakiran hati”.
HR. Ibnu Hibban no.685, Al Hakim no. 7929, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Targhib no. 827
_________________________
Jangan Khianati Amanah !!!
Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda :
آيَةُ المُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tiga tanda orang munafiq : ucapannya dusta, janjinya diingkari, dan jika dipercaya berkhianat”
[Shahih Al-Bukhari 33 dan Muslim 59]
Coba perhatikan kata bercetak tebal diatas, “dan jika dipercaya berkhianat”. Dan itulah salah situ sifat seorang munafiq. Sifat khianat (tidak amanah) merupakan sifat yang pernah digambarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam akan ada dalam umat ini, beliau bersabda :
إِنَّ بَعْدَكُمْ قَوْمًا يَخُونُونَ وَلاَ يُؤْتَمَنُونَ، وَيَشْهَدُونَ وَلاَ يُسْتَشْهَدُونَ، وَيَنْذِرُونَ وَلاَ يَفُونَ، وَيَظْهَرُ فِيهِمُ السِّمَنُ
“Sesungguhnya, setelah masa kalian berlalu, akan ada kaum yang mereka itu berkhianat, tidak amanah, mereka bersaksi padahal tidak diminta untuk bersaksi, bernadzar tapi tidak dipenuhi, dan akan tampak pada mereka (berlebih-lebihan pada makanan sehingga menjadi) gemuk-gemuk” [Shahih Al-Bukhari no 2651 dan Muslim 2535]
Ini merupakan peringatan dari Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam, tentang akan ada banyak orang yang berkhianat,
Padahal Allāh juga telah berfirman :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allāh dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui” [QS. Al-Anfal 27]
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
-----------------------------------
Di antara bentuk penyimpangan akidah adalah keluar dari barisan persatuan kaum muslimin. Menyebarkan desas-desus dan provokasi. Tidak taat kepada pemimpin. Dan membangkitkan pergolakan. Atau dalam istilah sekarang kita kenal dengan demonstrasi.
Dimana sebagian orang begitu semangat menempuh jalan ini. Mereka menyatukan tekad mereka. Padahal mereka tidak paham permasalahan secara utuh dan menempuh jalan yang keliru. Dalam permasalahan demonstrasi seperti ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
Para demonstran meremehkan cara-cara yang sesuai syariat sebagai solusi perbaikan. Ini adalah bentuk kesombongan terhadap sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para demonstran memandang metode revolusi lebih baik daripada metode yang dituntunkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Jika kita bacakan kepada mereka salah satu hadits Nabi yang shahih yang diriwayatkan Imam Ahmad dan Ibnu Abi Ashim, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang ingin menasihati penguasa, janganlah ia menampakkannya terang-terangan. Akan tetapi hendaklah ia meraih tangan sang penguasa, lalu menyepi dengannya lalu sampaikan nasihatnya. Jika nasihat itu diterima, maka itulah yang diinginkan. Namun jika tidak, maka sungguh ia telah melaksanakan kewajiban (menasihati penguasa).” (HR. Ahmad 3/403 dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Dzilaal As-Sunnah 2/507)
Kalau kita bacakan hadits ini atau hadits yang semakna, niscaya akan mereka tolak sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini.
Kemudian metode kritik pemerintah seperti ini adalah caranya orang-orang non Islam. Merekalah yang pertama kali memulai demonstrasi. Oleh karena itu, kita lihat mereka senantiasa menggembosi umat Islam untuk melakukan hal ini. Para demonstran–sangat disayangkan- adalah orang-orang yang melestarikan kebiasaan mereka ini. Dan orang-orang kafir itu menggemakan seruan ini di negeri kita dan negeri-negeri lainnya.
Dan lagi demonstrasi akan merusak pertumbuhan ekonomi di negara. Bahkan tidak jarang malah membuat lumpuh perekonomian. Tidak heran, jika para ulama mengharamkan demonstrasi ini.
Tidak ada yang mau berpikir tentang kerusakan dari demonstrasi itu sendiri.
Cobalah mengambil pelajaran dari negara-negara lain yang awalnya dari demo, namun terjadilah kerusakan yang berkepanjangan dan menyusahkan banyak orang.
“Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang cerdas” (QS. Al Hasyr: 2).
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, TWITTER : Bimbingan Islam
#demo #demonstrasi #provokasi #demonstran #kritik
------------------------------------
NASEHAT DALAM MENUNTUT ILMU
Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas -hafizhahullaah-
(Masjid Nurul Iman)
[1]- Menuntut ilmu sangat dibutuhkan oleh manusia -terutama ilmu ‘aqidah & manhaj-. Ilmu adalah “al-Ashlul Akbar” (prinsip terbesar) dan “al-Ashlul A’zham” (prinsip paling agung).
Kita membahas buku “Panduan Menuntut Ilmu” agar kita kembali ke awal (dalam menuntut ilmu). Terkadang kalau kita sudah ceramah, khuthbah, belajar bahasa Arab: maka merasa sudah pintar, padahal (keilmuannya) masih jauh (dari sempurna).
Dan terkadang kita dapati pada orang-orang yang (sudah banyak) ceramah; tapi tidak memiliki “ushuul” (prinsip-prinsip dasar). Padahal dikatakan oleh para ulama:
مَنْ حُرِمَ الْأُصُوْلَ؛ حُرِمَ الْوُصُوْلَ
“Barangsiapa yang tercegah dari “ushuul”; maka tercegah dari tujuan.”
Dan tujuan kita dalam menuntut ilmu adalah: untuk menegakkan ibadah kepada Allah, menghilangkan kebodohan, dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat; bukan untuk berbangga-bangga.
[2]- Kita datang ke pengajian seperti ini: karena ini merupakan majlis penyubur iman. Dan kita juga merasakan sendiri bahwa iman kita bertambah, karena ini merupakan “Riyaadhul Jannah” (Taman Surga); sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-:
((إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ)) فَارْتَعُوا قَالُوْا: وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ؟ قَالَ: ((حِلَقُ الذِّكْرِ))
”Apabila kalian berjalan melewati taman-taman Surga;maka duduklah bersama mereka (perbanyaklah berdzikir).” Para Shahabat bertanya: Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud taman-taman Surga itu? Beliau -shallallaahu ‘alaihi wasallam- menjawab: ”Yaituhalaqah-halaqah dzikir (majelis ilmu).” [HR. At-Tirmidzi, dan lainnya]
’Atha’ bin Abi Rabah (wafat th. 114 H) -rahimahullaah- mengatakan:
”Majelis-majelis dzikir yang dimaksud adalah: majelis-majelis halal dan haram, bagaimana harus membeli, menjual, berpuasa, mengerjakan shalat, bersedekah, menikah, cerai, melakukan haji, dan yang sepertinya.”
Dan tentu yang paling pokok dari majlis dzikir ini adalah: mempelajari Tauhidullah.
[3]- Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالفَرَاغُ
“Dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalamnya: kesehatan dan waktu luang.” [HR. Al-Bukhari]
Hendaknya kita manfaatkan dua nikmat ini untuk menuntut ilmu. Waktu termasuk “Ushuul an-Ni’am” (pokok-pokok nikmat), yang jika tidak digunakan untuk menuntut ilmu, beribadah, membaca buku-buku: pasti rugi. Allah -Subhaanahu Wa Ta’aalaa- berfirman:
{وَالْعَصْرِ * إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ * إِلَّا الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ}
“Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr: 1-3)
Oleh karena itu, jika ada orang membuat kajian dengan membuang waktu -seperti motor-motoran, jalan-jalan-: maka ini tidak benar.
[4]- Semoga melalui majelis taklim yang kita kaji di dalamnyakitab-kitab para ulama Salaf:Allah memberikan hidayah kepada kita di atas Islam, ditetapkan hati dalam beriman, istiqamah di atas Sunnah, serta diberikan hidayah taufik oleh Allah untuk dapat melaksanakan syari’at Islam secara “kaaffah”(menyeluruh).
Seorang Muslim tidak akan bisa melaksanakan agamanya dengan benar, kecuali dengan belajar Islam yang benar berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih. Agama Islam adalah agama ilmu dan amal;karena Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- diutus dengan membawa ilmu dan amal shalih.
Allah -Subhaanahu Wa Ta’aalaa- berfirman:
{هُوَ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ}
”Dia-lah (Allah) yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benaragar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.” (QS. At-Taubah: 33)
Yang dimaksud dengan “al-hudaa” (petunjuk) dalam ayat ini adalah: ilmu yang bermanfaat. Dan yang dimaksud dengan“diinul haqq” (agama yang benar) adalah amal shalih. Allah -Tabaaraka Wa Ta’aalaa- mengutus Nabi Muhammad -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- untuk menjelaskan kebenaran dari kebathilan, menjelaskan Nama-Nama Allah, sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, hukum-hukum dan berita yang datang dari-Nya, serta memerintahkan untuk melakukan segala apa yang bermanfaat bagi hati, ruh, dan jasad.
Beliau -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- menyuruh ummatnya agar mengikhlaskan ibadah semata-mata karena Allah -Subhaanahu Wa Ta’aalaa-, mencintai-Nya, berakhlak yang mulia, beradab dengan adab yang baik dan melakukan amal shalih. Beliau -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- melarang ummatnya dari perbuatan syirik, amal danakhlak yang buruk yang berbahaya bagi hati, badan, dan kehidupan dunia dan akhiratnya.
Dengan menuntut ilmu; maka kita akan tahu: mana yang haq mana yang bathil, mana yang Tauhid mana yang syirik, mana yang Sunnah mana yang bid’ah, mana yang ma’ruf mana yang mungkar, mana yang bermanfaat mana yang berbahaya, mana yang lurus mana yang bengkok, dan mana yang bersungguh-sungguh mana yang main-main.
[5]- Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” [HR. Ibnu Majah]
Karena menuntut ilmu itu wajib; maka harus dikedepankan dari yang lainnya (seperti: bekerja, tamasya, dan semisalnya). Yang Allah perintahkan (dalam Al-Qur-an) kepada Nabi-Nya adalah: untuk meminta tambahan ilmu, bukan tambahan harta. Jadi setiap hari harus bertambah ilmu kita, harus kita luangkan waktu untuk baca; karena menuntut ilmu: jalan menuju Surga.
[6]- Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا؛ نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ؛ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا؛ سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللهُ فِيْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِيْ عَوْنِ أَخِيْهِ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا؛ سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِيْ بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ؛ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ؛ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
“Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin; maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di Hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah utang); maka Allah memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan di akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim; maka Allah akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya. Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu; maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka; melainkan ketenteraman turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyanjung mereka di tengah para malaikat yang berada di sisi-Nya. Dan barangsiapa yang lambat amalnya; maka tidak dapat dikejar oleh nasabnya.”[HR. Muslim]
Dalam hadits ini ada beberapa pembahasan:
PERTAMA: Sabda Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا؛ نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin; maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di Hari Kiamat.”
Kalau ada seorang mukmin yang kesusahan dalam urusan agama, keluarga, atau ma’iisyah: maka kita bantu. Siapa saja yang butuh bantuan; maka kita bantu. Dan ini bisa seperti jihad. Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
السَّاعِيْ عَلَى الْأَرْمَلَةِ وَالمِسْكِينِ: كَالْمُجَاهِدِ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ
“Orang yang membantu janda-janda dan orang-orang miskin: seperti orang yang berjihad di jalan Allah.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Tapi bagi orang yang berada dalam kesusahan; maka dia jangan sampai minta-minta kepada manusia; tapi hendaknya ia adukan kesusahannya kepada Allah.
KEDUA: Sabda Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-:
وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ؛ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
“Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah utang); maka Allah memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan di akhirat.”
Terkadang ada orang miskin yang dia benar-benar tidak mampu; tapi ia tidak mau minta-minta, dan dia lebih memilih pinjam. Jika dia tidak mampu membayar; maka kita bantu.
Tapi yang harus diingat bagi yang berhutang: dia harus bayar. Karena Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- sampai tidak mau menshalati jenazah yang belum membayar hutang ketika hidupya. Dan orang yang mati syahid sampai terhalang dari masuk Surga dikarenakan hutangnya. Dan Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ، حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ
“Jiwa seorang mukmin tergantung dengan hutangnya sampai ditunaikan.” [HR, At-Tirmidzi & Ibnu Majah]
Maka jangan sampai orang yang berhutang dituntut pada Hari Kiamat. Lebih baik dia menjual apa yang dia miliki untuk membayar hutangnya,
KETIGA: Sabda Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-:
وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا؛ سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
“Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim; maka Allah akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat.”
Kita harus menutup aib seseorang yang berkaitan dengan urusan pribadi. Tapi kalau kaitannya dengan maslah umat -seperti penyimpangan & kesesatan seseorang-; maka ketika kita membicarakannya: itu bukan termasuk ghibah.
KEEMPAT: Sabda Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-:
وَاللهُ فِيْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِيْ عَوْنِ أَخِيْهِ
“Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.”
Maka yang terbaik adalah kita tawarkan kepada orang lain: apa yang bisa saya bantu? Dan yang pertama kali adalah: orang tua kita. Allah berfirman:
{وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا...}
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah kecuali hanya kepada-Nya, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua orang tuamu…” (QS. Al-Israa’: 23)
KELIMA: Sabda Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-:
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا؛ سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu; maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Surga.”
- ”Menempuh jalan untuk menuntut ilmu” mempunyai dua makna:
Pertama: menempuh jalan dengan artian yang sebenarnya;yaitu: berjalan kaki menuju majelis-majelis para ulama.
Kedua: menempuh jalan (cara) yang mengantarkan seseorang untuk mendapatkan ilmu; seperti:menghafal, belajar (sungguh-sungguh), membaca, menela’ah kitab-kitab (para ulama), menulis, dan berusaha untuk memahami (apa-apa yang dipelajari). Dan cara-cara lain yang dapat mengantarkan seseorang untuk mendapatkan ilmu syar'i.
- ”Allah mudahkan baginya jalan menuju Surga” mempunyai dua makna:
Pertama: Allah akan memudahkan memasuki Surga bagi orang yang menuntut ilmu yang tujuannya untuk mencari wajah Allah, untuk mendapatkan ilmu, mengambil manfaat dari ilmu syar’i, dan mengamalkan konsekuensinya.
Kedua: Allah akan memudahkan baginya jalan ke Surga pada hari Kiamat ketika melewati ”ash-Shiraath” dan dimudahkan dari berbagai ketakutan yang ada sebelum dan sesudahnya. Wallaahu A’lam.[Lihat: “Jaami’ al-‘Uluum Wal Hikam” (II/297)]
Kalau menuntut ilmu adalah jalan menuju Surga; maka kita harus semangat, karena ini adalah hal yang bermanfaat.Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجَزْ
“Bersungguh-sungguhlah engkau dalam hal yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah, dan janganlah lemah.” [HR. Muslim]
Menuntut ilmu bukan sekedar main-main, tapi dengan semangat.
Imam Ibnu Jauzi -rahimahullaah- berkata dalam “Talbiis Ibliis”:
اِعْلَمْ أَنَّ أَوَّلَ تَلْبِيْسِ إِبْلِيْسَ عَلَى النَّاسِ: صَدُّهُمْ عَنِ الْعِلْمِ، لِأَنَّ الْعِلْمَ نُوْرٌ، فَإِذَا أَطْفَأَ مَصَابِيْحَهُمْ؛ خَبَّطَهُمْ فِي الظُّلَمِ كَيْفَ شَاءَ
“Ketahuilah bahwa “Talbiis Ibliis” (tipuan Iblis) yang pertama kali kepada manusia adalah: menghalangi mereka dari ilmu. Karena ilmu adalah cahaya, sehingga kalau Iblis bisa memadamkan cahaya mereka; maka dia bisa menyesatkan mereka dalam kegelapan sesuai keinginannya.”
Dan ilmu yang dimaksud adalah yang kita belajar dalil, bukan kata orang.
Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah -rahimahullaah- menukil perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahullah-:
مَنْ فَارَقَ الدَّلِيْلَ؛ ضَلَّ السَّبِيْلَ، وَلَا دَلِيْلَ إِلَّا بِمَا جَاءَ بِهِ الرَّسُوْلُ
“Barangsiapa meninggalkan dalil; maka dia telah tersesat jalan. Dan tidak ada dalil kecuali dengan apa yang dibawa oleh Rasul -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-.” [“Miftaah Daaris Sa’aadah”]
KEENAM: Sabda Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-:
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِيْ بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ؛ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka; melainkan ketenteraman turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyanjung mereka di tengah para malaikat yang berada di sisi-Nya.”
Dengan kita berkumpul di rumah Allah (masjid); maka:
1. Kita akan mendapatkan ketenangan. Ketika kita ikhlas; maka pasti tenang.
2. Allah liputi dengan rahmat.
3. Dikelilingi oleh malaikat, sebagai bentuk penghormatan. Seperti disebutkan dalam hadits lain:
...وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ...
“…Sesungguhnya malaikat akan meletakkan sayapnya karena ridha kepada orang yang menuntut ilmu …” [HR, Abu Dawud dan lainnya]
4. Allah menyebut dan memuji: orang yang menuntut ilmu dengan niat karena Allah.
KETUJUH: Sabda Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-:
وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ؛ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
“Dan barangsiapa yang lambat amalnya; maka tidak dapat dikejar oleh nasabnya.”
Meski nasab tinggi -seperti keturunan Nabi-, tapi kalau tidak beramal; maka nasabnya tidak bisa mengejarnya. Karena Allah menghisab atas amal. Jadi keturunan Nabi harus mengikuti Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-.
Sekali lagi bahwa yang harus terus diingat dalam menuntut ilmu adalah: agar menuntut ilmu ini mendekatkan diri kita kepada Allah.
[7]- Juga yang perlu diperhatikan dalam menuntut ilmu adalah: harus hafal Al-Qur-an. Imam Ibnu ‘Abdil Barr (wafat th. 463 H) -rahimahulaah- berkata:
”Menuntut ilmu memiliki tingkatan dan tahapan yang tidak boleh dilanggar. Siapa yang melanggamya secara keseluruhan; maka ia telah melanggar jalan para ulama Salaf. Dan siapa yang melanggar jalan mereka dengan sengaja; maka ia telah tersesat. Dan siapa yang melanggarnya lantaran ijtihadnya, maka ia telah tergelincir.
Awal dari ilmu adalah menghafalkan Kitabullah dan memahaminya. Segala apa yang dapat membantu untuk memahaminya (As-Sunnah, bahasa Arab, dan lain-lain -pent);maka wajib untuk mempelajarinya. Aku tidak mengatakan bahwa menghafal seluruh Al-Qur-an adalah fardhu, tetapi aku katakan bahwa hal itu adalah wajib (sunnah yang mendekati wajib) dan keharusan bagi siapa saja yang ingin menjadi seorang yang alim, bukan fardhu.” [“Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlihi”]
Banyak penuntut ilmu yang belajar bertahun-tahun tapi tidak bertambah hafalan. Banyak yang tidak mengalami peningkatan, sehingga kita harus belajar setiap hari dengan membaca agar ilmu kita meningkat.
Dan -sebelumnya-: hati kita harus bersih terlebih dahulu, karena ibarat mau menanam; maka tanahnya harus dibersihkan terlebih dahulu; baru kemudian ditanami. Ketika akan menuntut ilmu; maka harus bersih hati ini, karena betapa banyak orang yang kotor hatinya ketika menuntut ilmu.
-ditulis dengan ringkas oleh: Ahmad Hendrix
---------------------------------
Hukum Sholat di Shaf yang Terputus
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, amma ba’du.
Terdapat larangan membuat jama’ah sholat antara tiang-tiang masjid karena akan memutus shaf. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
كُنَّا نُنْهَى أَنْ نَصُفَّ بَيْنَ السَّوَارِي عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنُطْرَدُ عَنْهَا طَرْدًا
“Pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kami dilarang membuat shaf antara tiang-tiang, dan kami disuruh menjauhi tiang-tiang tersebut.”
(Ibnu Majah: 1002, dan dinyatakan shohih oleh Syaikh Albany)
Begitu pula dijelaskan dalam sebuah hadits:
عَنْ عَبْدِ الْحَمِيدِ بْنِ مَحْمُودٍ قَالَ صَلَّيْنَا خَلْفَ أَمِيرٍ مِنْ الْأُمَرَاءِ فَاضْطَرَّنَا النَّاسُ فَصَلَّيْنَا بَيْنَ السَّارِيَتَيْنِ فَلَمَّا صَلَّيْنَا
قَالَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ :كُنَّا نَتَّقِي هَذَا عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Abdul Hamid bin Mahmud ia berkata “Kami pernah shalat di belakang salah seorang pemimpin kami, lalu orang-orang mendesak (mempersempit) hingga kami shalat di antara dua tiang.
Setelah kami selesai shalat, Anas bin Malik berkata “Kami menghindari hal seperti ini pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.”
(Tirmidzi: 229, dinyatakan shohih oleh syaikh Albany).
Berdasarkan dua hadits di atas para ulama menyimpulkan makruh hukumnya sholat antara tiang-tiang masjid, kecuali pada keadaan yang dibutuhkan seperti sempitnya masjid, atau jamaah membludak.
Para ulama lembaga fatwa Saudi Arabia mengeluarkan sebuah fatwa:
يكره الوقوف بين السواري إذا قطعن الصفوف، إلا في حالة ضيق المسجد وكثرة المصلين
“Makruh hukumnya berdiri diantara tiang – tiang masjid jika menyebabkan terputusnya shaf, kecuali apabila mesjidnya sempit, dan orang yang melakukan sholat banyak.”
(Fatawa lajnah daimah : 5/295)
Wallahu a’lam,
Wabillahit taufiq.
Dijawab dengan ringkas oleh :
Ustadz Muhammad Ihsan حفظه الله
Senin, 03 Muharram 1441H / 03 September 2019M
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
Referensi: https://bimbinganislam.com/hukum-sholat-di-shaf-yang-terputus/
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
NASEHAT DALAM MENUNTUT ILMU
Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas -hafizhahullaah-
(Masjid Nurul Iman)
[1]- Menuntut ilmu sangat dibutuhkan oleh manusia -terutama ilmu ‘aqidah & manhaj-. Ilmu adalah “al-Ashlul Akbar” (prinsip terbesar) dan “al-Ashlul A’zham” (prinsip paling agung).
Kita membahas buku “Panduan Menuntut Ilmu” agar kita kembali ke awal (dalam menuntut ilmu). Terkadang kalau kita sudah ceramah, khuthbah, belajar bahasa Arab: maka merasa sudah pintar, padahal (keilmuannya) masih jauh (dari sempurna).
Dan terkadang kita dapati pada orang-orang yang (sudah banyak) ceramah; tapi tidak memiliki “ushuul” (prinsip-prinsip dasar). Padahal dikatakan oleh para ulama:
مَنْ حُرِمَ الْأُصُوْلَ؛ حُرِمَ الْوُصُوْلَ
“Barangsiapa yang tercegah dari “ushuul”; maka tercegah dari tujuan.”
Dan tujuan kita dalam menuntut ilmu adalah: untuk menegakkan ibadah kepada Allah, menghilangkan kebodohan, dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat; bukan untuk berbangga-bangga.
[2]- Kita datang ke pengajian seperti ini: karena ini merupakan majlis penyubur iman. Dan kita juga merasakan sendiri bahwa iman kita bertambah, karena ini merupakan “Riyaadhul Jannah” (Taman Surga); sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-:
((إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ)) فَارْتَعُوا قَالُوْا: وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ؟ قَالَ: ((حِلَقُ الذِّكْرِ))
”Apabila kalian berjalan melewati taman-taman Surga;maka duduklah bersama mereka (perbanyaklah berdzikir).” Para Shahabat bertanya: Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud taman-taman Surga itu? Beliau -shallallaahu ‘alaihi wasallam- menjawab: ”Yaituhalaqah-halaqah dzikir (majelis ilmu).” [HR. At-Tirmidzi, dan lainnya]
’Atha’ bin Abi Rabah (wafat th. 114 H) -rahimahullaah- mengatakan:
”Majelis-majelis dzikir yang dimaksud adalah: majelis-majelis halal dan haram, bagaimana harus membeli, menjual, berpuasa, mengerjakan shalat, bersedekah, menikah, cerai, melakukan haji, dan yang sepertinya.”
Dan tentu yang paling pokok dari majlis dzikir ini adalah: mempelajari Tauhidullah.
[3]- Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالفَرَاغُ
“Dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalamnya: kesehatan dan waktu luang.” [HR. Al-Bukhari]
Hendaknya kita manfaatkan dua nikmat ini untuk menuntut ilmu. Waktu termasuk “Ushuul an-Ni’am” (pokok-pokok nikmat), yang jika tidak digunakan untuk menuntut ilmu, beribadah, membaca buku-buku: pasti rugi. Allah -Subhaanahu Wa Ta’aalaa- berfirman:
{وَالْعَصْرِ * إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ * إِلَّا الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ}
“Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr: 1-3)
Oleh karena itu, jika ada orang membuat kajian dengan membuang waktu -seperti motor-motoran, jalan-jalan-: maka ini tidak benar.
[4]- Semoga melalui majelis taklim yang kita kaji di dalamnyakitab-kitab para ulama Salaf:Allah memberikan hidayah kepada kita di atas Islam, ditetapkan hati dalam beriman, istiqamah di atas Sunnah, serta diberikan hidayah taufik oleh Allah untuk dapat melaksanakan syari’at Islam secara “kaaffah”(menyeluruh).
Seorang Muslim tidak akan bisa melaksanakan agamanya dengan benar, kecuali dengan belajar Islam yang benar berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih. Agama Islam adalah agama ilmu dan amal;karena Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- diutus dengan membawa ilmu dan amal shalih.
Allah -Subhaanahu Wa Ta’aalaa- berfirman:
{هُوَ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ}
”Dia-lah (Allah) yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benaragar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.” (QS. At-Taubah: 33)
Yang dimaksud dengan “al-hudaa” (petunjuk) dalam ayat ini adalah: ilmu yang bermanfaat. Dan yang dimaksud dengan“diinul haqq” (agama yang benar) adalah amal shalih. Allah -Tabaaraka Wa Ta’aalaa- mengutus Nabi Muhammad -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- untuk menjelaskan kebenaran dari kebathilan, menjelaskan Nama-Nama Allah, sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, hukum-hukum dan berita yang datang dari-Nya, serta memerintahkan untuk melakukan segala apa yang bermanfaat bagi hati, ruh, dan jasad.
Beliau -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- menyuruh ummatnya agar mengikhlaskan ibadah semata-mata karena Allah -Subhaanahu Wa Ta’aalaa-, mencintai-Nya, berakhlak yang mulia, beradab dengan adab yang baik dan melakukan amal shalih. Beliau -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- melarang ummatnya dari perbuatan syirik, amal danakhlak yang buruk yang berbahaya bagi hati, badan, dan kehidupan dunia dan akhiratnya.
Dengan menuntut ilmu; maka kita akan tahu: mana yang haq mana yang bathil, mana yang Tauhid mana yang syirik, mana yang Sunnah mana yang bid’ah, mana yang ma’ruf mana yang mungkar, mana yang bermanfaat mana yang berbahaya, mana yang lurus mana yang bengkok, dan mana yang bersungguh-sungguh mana yang main-main.
[5]- Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” [HR. Ibnu Majah]
Karena menuntut ilmu itu wajib; maka harus dikedepankan dari yang lainnya (seperti: bekerja, tamasya, dan semisalnya). Yang Allah perintahkan (dalam Al-Qur-an) kepada Nabi-Nya adalah: untuk meminta tambahan ilmu, bukan tambahan harta. Jadi setiap hari harus bertambah ilmu kita, harus kita luangkan waktu untuk baca; karena menuntut ilmu: jalan menuju Surga.
[6]- Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا؛ نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ؛ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا؛ سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللهُ فِيْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِيْ عَوْنِ أَخِيْهِ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا؛ سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِيْ بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ؛ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ؛ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
“Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin; maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di Hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah utang); maka Allah memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan di akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim; maka Allah akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya. Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu; maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka; melainkan ketenteraman turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyanjung mereka di tengah para malaikat yang berada di sisi-Nya. Dan barangsiapa yang lambat amalnya; maka tidak dapat dikejar oleh nasabnya.”[HR. Muslim]
Dalam hadits ini ada beberapa pembahasan:
PERTAMA: Sabda Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا؛ نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin; maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di Hari Kiamat.”
Kalau ada seorang mukmin yang kesusahan dalam urusan agama, keluarga, atau ma’iisyah: maka kita bantu. Siapa saja yang butuh bantuan; maka kita bantu. Dan ini bisa seperti jihad. Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
السَّاعِيْ عَلَى الْأَرْمَلَةِ وَالمِسْكِينِ: كَالْمُجَاهِدِ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ
“Orang yang membantu janda-janda dan orang-orang miskin: seperti orang yang berjihad di jalan Allah.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Tapi bagi orang yang berada dalam kesusahan; maka dia jangan sampai minta-minta kepada manusia; tapi hendaknya ia adukan kesusahannya kepada Allah.
KEDUA: Sabda Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-:
وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ؛ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
“Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah utang); maka Allah memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan di akhirat.”
Terkadang ada orang miskin yang dia benar-benar tidak mampu; tapi ia tidak mau minta-minta, dan dia lebih memilih pinjam. Jika dia tidak mampu membayar; maka kita bantu.
Tapi yang harus diingat bagi yang berhutang: dia harus bayar. Karena Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- sampai tidak mau menshalati jenazah yang belum membayar hutang ketika hidupya. Dan orang yang mati syahid sampai terhalang dari masuk Surga dikarenakan hutangnya. Dan Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ، حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ
“Jiwa seorang mukmin tergantung dengan hutangnya sampai ditunaikan.” [HR, At-Tirmidzi & Ibnu Majah]
Maka jangan sampai orang yang berhutang dituntut pada Hari Kiamat. Lebih baik dia menjual apa yang dia miliki untuk membayar hutangnya,
KETIGA: Sabda Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-:
وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا؛ سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
“Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim; maka Allah akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat.”
Kita harus menutup aib seseorang yang berkaitan dengan urusan pribadi. Tapi kalau kaitannya dengan maslah umat -seperti penyimpangan & kesesatan seseorang-; maka ketika kita membicarakannya: itu bukan termasuk ghibah.
KEEMPAT: Sabda Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-:
وَاللهُ فِيْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِيْ عَوْنِ أَخِيْهِ
“Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.”
Maka yang terbaik adalah kita tawarkan kepada orang lain: apa yang bisa saya bantu? Dan yang pertama kali adalah: orang tua kita. Allah berfirman:
{وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا...}
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah kecuali hanya kepada-Nya, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua orang tuamu…” (QS. Al-Israa’: 23)
KELIMA: Sabda Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-:
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا؛ سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu; maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Surga.”
- ”Menempuh jalan untuk menuntut ilmu” mempunyai dua makna:
Pertama: menempuh jalan dengan artian yang sebenarnya;yaitu: berjalan kaki menuju majelis-majelis para ulama.
Kedua: menempuh jalan (cara) yang mengantarkan seseorang untuk mendapatkan ilmu; seperti:menghafal, belajar (sungguh-sungguh), membaca, menela’ah kitab-kitab (para ulama), menulis, dan berusaha untuk memahami (apa-apa yang dipelajari). Dan cara-cara lain yang dapat mengantarkan seseorang untuk mendapatkan ilmu syar'i.
- ”Allah mudahkan baginya jalan menuju Surga” mempunyai dua makna:
Pertama: Allah akan memudahkan memasuki Surga bagi orang yang menuntut ilmu yang tujuannya untuk mencari wajah Allah, untuk mendapatkan ilmu, mengambil manfaat dari ilmu syar’i, dan mengamalkan konsekuensinya.
Kedua: Allah akan memudahkan baginya jalan ke Surga pada hari Kiamat ketika melewati ”ash-Shiraath” dan dimudahkan dari berbagai ketakutan yang ada sebelum dan sesudahnya. Wallaahu A’lam.[Lihat: “Jaami’ al-‘Uluum Wal Hikam” (II/297)]
Kalau menuntut ilmu adalah jalan menuju Surga; maka kita harus semangat, karena ini adalah hal yang bermanfaat.Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجَزْ
“Bersungguh-sungguhlah engkau dalam hal yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah, dan janganlah lemah.” [HR. Muslim]
Menuntut ilmu bukan sekedar main-main, tapi dengan semangat.
Imam Ibnu Jauzi -rahimahullaah- berkata dalam “Talbiis Ibliis”:
اِعْلَمْ أَنَّ أَوَّلَ تَلْبِيْسِ إِبْلِيْسَ عَلَى النَّاسِ: صَدُّهُمْ عَنِ الْعِلْمِ، لِأَنَّ الْعِلْمَ نُوْرٌ، فَإِذَا أَطْفَأَ مَصَابِيْحَهُمْ؛ خَبَّطَهُمْ فِي الظُّلَمِ كَيْفَ شَاءَ
“Ketahuilah bahwa “Talbiis Ibliis” (tipuan Iblis) yang pertama kali kepada manusia adalah: menghalangi mereka dari ilmu. Karena ilmu adalah cahaya, sehingga kalau Iblis bisa memadamkan cahaya mereka; maka dia bisa menyesatkan mereka dalam kegelapan sesuai keinginannya.”
Dan ilmu yang dimaksud adalah yang kita belajar dalil, bukan kata orang.
Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah -rahimahullaah- menukil perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahullah-:
مَنْ فَارَقَ الدَّلِيْلَ؛ ضَلَّ السَّبِيْلَ، وَلَا دَلِيْلَ إِلَّا بِمَا جَاءَ بِهِ الرَّسُوْلُ
“Barangsiapa meninggalkan dalil; maka dia telah tersesat jalan. Dan tidak ada dalil kecuali dengan apa yang dibawa oleh Rasul -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-.” [“Miftaah Daaris Sa’aadah”]
KEENAM: Sabda Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-:
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِيْ بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ؛ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka; melainkan ketenteraman turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyanjung mereka di tengah para malaikat yang berada di sisi-Nya.”
Dengan kita berkumpul di rumah Allah (masjid); maka:
1. Kita akan mendapatkan ketenangan. Ketika kita ikhlas; maka pasti tenang.
2. Allah liputi dengan rahmat.
3. Dikelilingi oleh malaikat, sebagai bentuk penghormatan. Seperti disebutkan dalam hadits lain:
...وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ...
“…Sesungguhnya malaikat akan meletakkan sayapnya karena ridha kepada orang yang menuntut ilmu …” [HR, Abu Dawud dan lainnya]
4. Allah menyebut dan memuji: orang yang menuntut ilmu dengan niat karena Allah.
KETUJUH: Sabda Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-:
وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ؛ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
“Dan barangsiapa yang lambat amalnya; maka tidak dapat dikejar oleh nasabnya.”
Meski nasab tinggi -seperti keturunan Nabi-, tapi kalau tidak beramal; maka nasabnya tidak bisa mengejarnya. Karena Allah menghisab atas amal. Jadi keturunan Nabi harus mengikuti Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-.
Sekali lagi bahwa yang harus terus diingat dalam menuntut ilmu adalah: agar menuntut ilmu ini mendekatkan diri kita kepada Allah.
[7]- Juga yang perlu diperhatikan dalam menuntut ilmu adalah: harus hafal Al-Qur-an. Imam Ibnu ‘Abdil Barr (wafat th. 463 H) -rahimahulaah- berkata:
”Menuntut ilmu memiliki tingkatan dan tahapan yang tidak boleh dilanggar. Siapa yang melanggamya secara keseluruhan; maka ia telah melanggar jalan para ulama Salaf. Dan siapa yang melanggar jalan mereka dengan sengaja; maka ia telah tersesat. Dan siapa yang melanggarnya lantaran ijtihadnya, maka ia telah tergelincir.
Awal dari ilmu adalah menghafalkan Kitabullah dan memahaminya. Segala apa yang dapat membantu untuk memahaminya (As-Sunnah, bahasa Arab, dan lain-lain -pent);maka wajib untuk mempelajarinya. Aku tidak mengatakan bahwa menghafal seluruh Al-Qur-an adalah fardhu, tetapi aku katakan bahwa hal itu adalah wajib (sunnah yang mendekati wajib) dan keharusan bagi siapa saja yang ingin menjadi seorang yang alim, bukan fardhu.” [“Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlihi”]
Banyak penuntut ilmu yang belajar bertahun-tahun tapi tidak bertambah hafalan. Banyak yang tidak mengalami peningkatan, sehingga kita harus belajar setiap hari dengan membaca agar ilmu kita meningkat.
Dan -sebelumnya-: hati kita harus bersih terlebih dahulu, karena ibarat mau menanam; maka tanahnya harus dibersihkan terlebih dahulu; baru kemudian ditanami. Ketika akan menuntut ilmu; maka harus bersih hati ini, karena betapa banyak orang yang kotor hatinya ketika menuntut ilmu.
-ditulis dengan ringkas oleh: Ahmad Hendrix
~~~~~~~~~~~~~~~
Wahai Ayah Bunda,
Pilihkan Guru Yang Shalih Untuk Buah Hatimu
Imam al-Mawardi rahimahullah berkata, “Orang tua seharusnya berupaya keras dalam memilih pendidik sebagaimana upaya kerasnya dalam memilih ibu pesusuan bagi anaknya, bahkan harus lebih keras lagi usahanya. Hal ini disebabkan, karena anak akan mengambil akhlak, perangai, adab, etika, dan kebiasaan dari pendidiknya dalam skala yang lebih besar daripada yang ia ambil dari orang tuanya, karena pergaulan anak dengan pendidiknya lebih banyak dan waktu menimba pelajaran darinya jauh lebih banyak. Selain itu, sang anak telah diperintahkan saat diserahkan pada pengajarnya agar mengikutinya secara menyeluruh dan mematuhi segala perintahnya. (Nasihatul Muluk, hal. 170).
Jika kita membaca biografi para ulama dahulu, disana kita akan dapati antusias ulama dalam memilih guru yang shalih, meski hal itu mengharuskan mereka melakukan perjalanan yang sangat jauh dan berpindah-pindah tempat di berbagai kawasan. Sudah barang tentu hal ini sangat melelahkan dan memakan biaya yang tidak sedikit.
Begitu pun semangat para orang tua ulama dahulu dalam memilih guru untuk anak-anaknya. Karena mereka menyadari dampak yang akan didapatkan oleh anak-anaknya. Saat ini tanggung jawab memilih guru yang shalih juga tidak hanya pada orang tua, tapi juga lembaga-lembaga pendidikan untuk serius memilih guru.
Referensi: https://bimbinganislam.com/wahai-ayah-bunda-pilihkan-guru-yang-shalih-untuk-buah-hatimu/
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
-------------------------
Tahukah anda? Para sahabat adalah orang-orang yang selalu akrab dengan Al Qur’an, tiada hari mereka lewati tanpa membaca Al Qur’an.
Kita akan merasa nikmat hidup di bawah naungan Al Qur’an mana kala kita membersihkan noda-noda kemaksiatan di dalam hati kita.
Sehingga kesucian dan kejernihan hati pun akan diraih. Tentu saja tanda seseorang yang mencinta adalah ia sangat menyukai kalam yang dicintai.
Sehingga diibaratkan dalam sebuah syair:
Jika engkau mengaku mencintai-Ku, janganlah engkau tinggalkan kitab-Ku (Al-Qur’an)
Saat engkau merenungkan kitab-Ku, engkau akan rasakan lezatnya kalimat-Ku di dalamnya.
‘Utsman bin ‘Affan pernah mengutarakan, “Seandainya hati kita bersih, tentu kita tidak akan pernah puas bersama Al-Qur’an (kalamullah). Sungguh aneh, bagaimana seseorang bisa puas mendengar kalimat indah dari yang ia cintai.”
(Al-Jawab Al-Kafi, hal. 170)
Referensi: https://bimbinganislam.com/lima-amalan-yang-paling-disukai-para-sahabat/
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
---------------------------
Saudaraku sekalian yang mencintai sunnah dan dicintai oleh Alloh, tatkala musibah mendera, sering kali kita mengeluh dan bad mood, bahkan marah-marah. Padahal dibalik itu semua ada potensi nikmat yang besar jika kita bisa memanfaatkannya. Maka sebuah nasihat yang tampak klise; “Jangan berkecil hati & tetaplah berbaik sangka kepada Allah ta’ala”.
Percayalah, bila kita tabah menerima musibah tanpa keluh kesah sembari tetap berbaik sangka kepadaNya, niscaya Ia akan memberikan jalan keluar terbaik bagi kita. Bahkan, musibah tersebut dapat berubah menjadi nikmat. Lha kok?
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ {155} الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ {156} أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapatkan pujian dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Al-Baqarah 155-157)
Referensi: https://bimbinganislam.com/musibah-yang-berujung-nikmat/
Akhukum Fillah,
Rosyid Abu Rosyidah
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
-------------------------------------------
Hukum Sholat Menghadap Sutroh dan tinggi Sutroh.
Ustadz Abu Yahya Badrusalam
Sutroh yang dimaksudkan di sini adalah penghalang atau pembatas. Pembatas di sini dipasang di depan imam atau orang yang shalat sendirian ketika shalat, berupa tongkat atau selainnya dengan tujuan untuk menghalangi orang yang akan lewat di hadapannya ketika shalat.
Dari Abu Sa’id al-Khudri, Rasulullah bersabda: “Jika salah seorang dari kalian shalat hendaklah menghadap kepada sutrah dan hendaklah dia mendekat ke sutrah. Janganlah engkau membiarkan seorangpun lewat di antara engkau dengan sutrah. Jika ada seseorang melewatinya, hendaklah engkau menolaknya, karena sesungguhnya dia itu syetan.” (HR. Ibnu Abi Syaibah 1/279, Abu Dawud 297, Ibnu Majah 954)
Asy-Syaukani berkata sebagai komentar atas hadits Abu Sa’id: “Dalam hadits tersebut mengandung dalil, bahwa membuat sutrah dalam shalat adalah wajib.” (Nailul Authar 3/ 2)
Di antara hal yang menguatkan wajibnya membuat sutrah: “Sesungguhnya sutrah itu sebab yang syar’i, yang dengannya shalat seseorang tidak batal, dengan sebab lewatnya seorang wanita yang baligh, keledai atau anjing hitam, sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang shahih. Dan untuk mencegah orang yg lewat di hadapannya serta hukum-hukum selain yang berkaitan dengan sutrah. (Tamamul Minnah hlm. 300)
Yang dijadikan sutroh bisa tembok, pohon atau tiang. Boleh pula orang di hadapannya dijadikan sebagai sutroh. (Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 24/178-179)
Lalu berapakah tinggi minimal sutroh? Imam Ahmad ditanya mengenai tinggi pelana yg dijadikan patokan sebagai tinggi sutroh. Beliau menjawab, “Satu hasta.” Demikian pula ‘Atho’ mengatakan bahwa tingginya satu hasta. Hal ini juga dikatakan oleh Ats Tsauri dan Ash-habur ro’yi. Diriwayatkan dari Imam Ahmad, tingginya seukuran satu hasta. Demikian pula pendapat Imam Malik dan Imam Asy Syafi’i. Baca selengkapnya di https://almanhaj.or.id/1265-kesalahan-orang-orang-yang-shalat-dalam-menghadap-sutrah.html
Judul full video: sifat wudhu dan shalat nabi (link video: https://youtu.be/H2VV-xVraUo)
#kajiansunnah#dakwah - https://www.instagram.com/p/BwY36KoHLbH/?igshid=13e65opyz6gyx
Regrann App - Repost without leaving Instagram - Download Here : http://regrann.com/download
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
PAHALA MENGENDARAI MOTOR DALAM RANGKA SHALAT JAMAAH DI MASJID
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه
Washshalātu wassalāmu 'alā rasūlillāh, wa 'alā ālihi wa ash hābihi ajma'in.
Mengendarai kendaraan ke masjid dalam rangka melaksanakan shalat jama'ah adalah baik, dan Insya Alloh biaya yang kita keluarkan untuk bahan bakar atau bensin tidak akan hilang sia-sia tanpa pahala, akan tetapi berjalan ke masjid lebih afdhal jika bisa dilakukan.
Dalam Hadits Ubay bin Ka'ab rodhiallohu 'anhu disebutkan:
عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ، قَالَ: كَانَ رَجُلٌ لَا أَعْلَمُ رَجُلًا أَبْعَدَ مِنَ الْمَسْجِدِ مِنْهُ، وَكَانَ لَا تُخْطِئُهُ صَلَاةٌ، قَالَ: فَقِيلَ لَهُ: أَوْ قُلْتُ لَهُ: لَوْ اشْتَرَيْتَ حِمَارًا تَرْكَبُهُ فِي الظَّلْمَاءِ، وَفِي الرَّمْضَاءِ، قَالَ: مَا يَسُرُّنِي أَنَّ مَنْزِلِي إِلَى جَنْبِ الْمَسْجِدِ، إِنِّي أُرِيدُ أَنْ يُكْتَبَ لِي مَمْشَايَ إِلَى الْمَسْجِدِ، وَرُجُوعِي إِذَا رَجَعْتُ إِلَى أَهْلِي، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «قَدْ جَمَعَ اللهُ لَكَ ذَلِكَ كُلَّهُ»
"Ubay bin Ka'b rodhiallohu 'anhu berkata: seseorang yang setahuku tak ada lagi yang lebih jauh (rumahnya) dari masjid, dan ia tak pernah ketinggalan dari shalat. Ubay berkata: maka ia diberi saran atau kusarankan; "Bagaimana sekiranya jika kamu membeli keledai untuk kamu kendarai saat gelap atau saat panas terik? Laki-laki itu menjawab; "Aku tidak ingin rumahku di samping masjid, sebab aku ingin jalanku ke masjid dan kepulanganku ke rumah semua dicatat." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Telah Allah himpun untukmu semuanya tadi." [HR. Muslim nomor 663]
Lajnah ketika ditanya dengan pertanyaan serupa juga menjawab; "Itu tidak apa-apa. Tapi berjalan lebih utama jika itu mudah baginya." (Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah 6/334 no. 8734)
Wallohu A’lam
Wabillahit Taufiq
Dijawab dengan ringkas oleh:
👤 Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله
📆 Kamis, 23 Rajab 1438H / 20 April 2017M
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Allah Tidak Sekedar Menyebutkan “Mengerjakan Shalat" saja, Namun Orang yang Khusyuk di dalam Shalatnya
Allah Ta’ala berfirman,
الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
(yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya. (Q.S. Al-Mukminun 23: 2)
Perkara shalat adalah perkara yang sangat penting. Bahkan Allah menyebutkan shalat dan mengaitkannya dengan iman. Sehingga shalat sama saja dengan iman. Sebagaimana ketika Allah membantah anggapan orang-orang kafir dan munafik bahwa shalat Nabi Muhammad sia-sia sebelum kiblat shalat dipindahkan dari arah Baitul Maqdis ke arah Masjidil Haram. Maka Allah berfirman:
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ
Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan keimananmu (Q.S. Al-Baqarah 2: 143)
Ketika Allah menyebutkan ciri yang pertama ini yaitu shalat. Allah tidak sekedar menyebutkan “mengerjakan shalat” saja namun yaitu orang yang khusyuk di dalam shalatnya. Karena orang yang khusyuk dalam shalatnya pasti dia mengerjakan shalat, namun orang yang mengerjakan sholat belum tentu dia khusyuk dalam shalatnya.
Apa yang dimaksud khusyuk dalam shalat? Imam As Sa’di menjelaskan dalam tafsirnya, “Khusyuk dalam sholat yaitu hadirnya hati ketika berada di hadapan Allah Ta’ala, merasakan kedekatanNya sehingga hati dan jiwa merasa tenang, gerakan shalat pun teratur dan sedikit bergerak-gerak (di luar gerakan sholat, -pent). Orang yang khusyuk berusaha senantiasa memelihara adab di hadapan Rabbnya. Dia menghayati seluruh yang dibaca dan dilakukannya dalam shalat dari awal hingga akhir, sehingga hilang rasa was-was dan lintasan-lintasan pikiran buruk dalam shalatnya. Khusyuk itulah yang menjadi ruh dalam sholat.”
Poin pertama ini sekaligus menunjukkan kepada kita pentingnya belajar Bahasa Arab. Mengapa? Karena seseorang bisa khusyuk dalam shalatnya ketika di memahami apa yang dia baca dalam shalat sehingga hatinya bisa hadir dan turut merenungkan isi bacaan shalatnya. Sedangkan kita ketahui, bacaan-bacaan shalat adalah dalam Bahasa Arab. Bagaimana bisa memahami bacaan shalat jika tidak memahami Bahasa Arab?!
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Referensi: https://bimbinganislam.com/6-ciri-orang-beriman-dalam-al-quran-1/
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
Iman merupakan aset yang sangat berharga bagi seorang mukmin. Pemiliknya akan melahirkan kesalehan dalam pribadinya
Sebenarnya jika kita menggali ayat-ayat dalam Al Quran maupun Hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan kita dapati banyak ciri-ciri orang beriman. Namun terdapat 6 (enam) ciri yang Allah sebutkan secara khusus dan beriringan dalam sebuah surat yang juga dinamakan Surat Al-Mukminun (Orang-orang beriman). Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam solatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang sia-sia, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
Barangsiapa mencari yang selain itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanah dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara solatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. (Q.S. Al Mukminun 23: 1-11)
Allah sebutkan di ayat yang pertama bahwa orang-orang berimanlah yang mendapatkan keberuntungan. Kemudian Allah sebutkan ciri-ciri mereka dan Allah jelaskan keberuntungan yang akan mereka dapatkan yaitu Surga Firdaus. Karenanya sangat layak bagi kita untuk mengetahui lebih dalam ciri-ciri mereka kemudian berusaha mengamalkannya.
Termasuk ciri orang-orang yang beriman adalah mereka yang meninggalkan perkara yang sia-sia
Allah Ta’ala berfirman yang artinya,
dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang sia-sia. (Q.S. Al-Mukminun 23: 3)
Hal yang sia-sia (al Laghwu) yaitu setiap perkataan dan perbuatan yang tidak punya manfaat kebaikan. Maka ciri orang-orang yang beriman adalah mereka yang meninggalkan perkara yang sia-sia baik dalam perkataan maupun perbuatan, sekaligus mereka semangat untuk berkata dan berbuat yang memberikan manfaat.
Imam As Sa’di menceritakan bagaimana para Sahabat dahulu memperbaharui keimanan mereka, “Para sahabat Nabi dan orang setelah mereka dahulu, ketika merasa lalai atau merasa ada kekacauan dalam imannya, mereka akan saling berkata, “Ayo mari duduk bersama kami, kita beriman dulu sebentar”.
Mereka pun mengingat Allah dan mengingat nikmat seputar agama dan dunia yang Allah berikan kepada mereka dalam majelis tersebut sehingga keimanan merekapun terbarukan kembali.” (Sebagaimana diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya dari sahabat Muadz bin Jabal, At Taudhih wal Bayan/61)
Bagaimana dengan hal-hal yang diharamkan? Apakah mereka menjauhinya? Kata Imam As Sa’di, “Dengan hal yang sia-sia saja mereka tak mau melakukan, maka tentu lebih-lebih lagi pada perkara-perkara yang haram” (Taisir Kalimirrahman, Tafsir al Mukminun: 3)
Maka jika kita mau meniru ciri orang-orang beriman yang Allah janjikan dengan surga Firdaus, kita mesti berusaha menahan diri kita untuk berkata dan berbuat yang sia-sia apalagi yang haram.
Misalnya ketika berselancar (browsing) di dunia maya, pikirkan dulu apakah hal ini bisa menjerumuskan kita kepada yang haram? Kalau tidak, pikirkan lagi apakah ini bisa menjerumuskan kita ke dalam perbuatan yang sia-sia? Jika tidak, maka silakan lakukan.
Namun jika hal tersebut membuat kita melakukan hal yang sia-sia, maka lakukan hal lain yang lebih bermanfaat.
Menjaga Kehormatan Diri dari Perbuatan Keji, Bisa Menumbuhkan Keimanan Seorang Hamba
Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman,
dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang selain itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. (Q.S. Al-Mukminun 23: 5-7)
Imam As Sa’di mengatakan “Tidak diragukan lagi bahwa menjaga kehormatan diri dari perbuatan keji (khususnya perbuatan zina) adalah tanda yang besar sekaligus hal yang bisa menumbuhkan keimanan seorang hamba. Seorang mukmin yang khawatir dengan posisi dirinya ketika nanti berada di hadapan Rabbnya akan berusaha mengekang hawa nafsunya.” (At Taudhih wal Bayan/62)
Seorang mukmin akan berusaha mengekang hawa nafsunya. Walaupun demikian, Islam tidak membiarkan nafsu yang bersifat naluriah ini terhenti tak tersalurkan. Islam memberikan jalan keluar yang dihalalkan yaitu pernikahan sehingga orang-orang yang beriman bisa menyalurkan nafsu yang bersifat naluriah tersebut pada jalan-jalan yang dihalalkan, bahkan dia mendapat pahala dengan menyalurkannya melalui jalan yang halal. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Hubungan badan antara kalian adalah sedekah”. Para sahabat ada yang bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah dengan kami mendatangi istri kami dengan syahwat itu mendapatkan pahala?’ Beliau menjawab, “Bukankah jika kalian berhubungan badan dengan yang haram maka kalian akan mendapatkan dosa? Karenanya jika kalian berhubungan badan dengan yang halal, kalian pun akan mendapatkan pahala.” (HR. Muslim no. 720)
Referensi: https://bimbinganislam.com/6-ciri-orang-beriman-dalam-al-quran-2/
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
🇫🇦🇪 🇩 🇦 🇭 🇵 🇦🇬 🇮
REZKI YANG UTAMA ADALAH MENDAPATKAN ILMU
Faidah yang berharga dari Asy-Syaikh Ibnu Baaz rahimahullah
Allah ta'ala berfirman :
{ ومن يتق الله يجعل له مخرجا ويرزقه من حيث لا يحتسب }
"Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, Ia akan Memberikan jalan keluar baginya, dan Ia akan Memberikan kepadanya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka".
Al-'Allamah Ibnu Baaz rahimahullah berkata :
"Telah diketahui bahwa meraih ilmu merupakan rezeki yang paling utama, juga merupakan jalan keluar dari sempit dan gelapnya kebodohan, menuju luas dan bercahayanya ilmu.
Allah ta'ala Berfirman :
{ ومن يتق الله يجعل له من أمره يسرا }
"Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, Ia akan Memberikan kemudahan dalam urusannya"
Dan meraih ilmu yang bermanfaat termasuk diantara bentuk kemudahan yang paling besar, karena seorang penuntut ilmu syar'i dengan ilmunya dapat mengetahui jalan-jalan kebaikan dan sebab-sebab keselamatan yang ini tidak mudah bagi orang yang jahil."
--selesai--
[Fatawa Asy-Syaikh: jilid 1, hal 350]*
من أفضل الأرزاق تحصيل العلم
فائدة نفيسة للشيخ ابن بـــــاز "رحمه الله" .
قال الله تعالى :
{ومن يتق الله يجعل له مخرجا ـ ويرزقه من حيث لا يحتسب}.
قال العلامة ابن باز "رحمه الله" :
( ومعلوم أن حصول العلم من أفضل الأرزاق، وهو خروج من ضيق الجهل وظلمته إلى سعة العلم ونوره وقال تعالى:
{ ومن يتق الله يجعل له من أمره يسرا } ،وحصول العلم النافع من أعظم التيسير والتسهيل؛ لأن طالب العلم الشرعي يدرك بعلمه من وجوه الخير وأسباب النجاة ما لا يتيسر للجاهل ) اهـ..
ــــــــــــــــــــــــــــ
فتاوى الشيخ ج ١/ ٣٥٠
Thalab Ilmusyar'i
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
🇫🇦🇪 🇩 🇦 🇭 🇵 🇦🇬 🇮
TANDA-TANDA KEBAHAGIAAN
Berkata Al-Imam Asy Syathibiy rahimahullahu:
■ من علامات السعادة على العبدِّ :
● تيسيرُ الطاعة عليه.
● وموافقة السُنة في أفعاله.
● وصُحبَتُه لأهلِ الصلاح ..
● وحُسن أخلاقهِ مع إخوانه.
● وبَذلُ معروفهِ للخلق.
● واهتِمَامهُ للمسلمين.
● ومُراعاتِه لأوقاته.
Termasuk tanda-tanda kebahagiaan seorang hamba:
1. Dimudahkan baginya mengerjakan amalan ketaatan.
2. Senantiasa menetapi sunnah pada perbuatannya.
3. Pertemanannya dengan orang-orang shalih.
4. Bagusnya akhlak kepada teman-temannya.
5. Mencurahkan kebaikan kepada manusia.
6. Perhatiannya kepada kaum muslimin.
7. Senantiasa perhatian menjaga waktu-waktunya.
Al I'thishom karya Al Imam Asy Syathibiy (2/152). ➖ FSP ➖
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
“Gulung Tikar” di Akherat, Na’udzubillah !
Sahabat bimbingan islam yang berbahagia, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengabarkan kepada kita akan ada seorang dari umatnya yang gulung tikar diakherat. Berikut sabda beliau:
“Orang yang gulung tikar dari kalangan umatku adalah seorang yang datang pada hari kiamat dengan pahala shalat, puasa, zakat, namun ia telah mencela si A, menuduh berzina si B, memakan hartanya si C, membunuh si D, memukul si E, hingga akhirnya si A, B, C, D dan E diberikan pahalanya. Apabila pahalanya telah habis namun masih memiliki tanggungan, maka akan diambilkan dari dosa-dosa si A, B, C, D, dan E kemudian ditimpakan kepadanya, lalu ia dilemparkan ke neraka” (HR. Muslim no. 2581)
Sahabat bimbingan islam, coba perhatikan hadits tersebut. Pada hadits tersebut orang yang ‘gulung tikar’ ini bukanlah orang yang datang tanpa membawa pahala. Namun mereka datang membawa pahala-pahala yang besar dari amalan-amalan yang utama, baik itu shalat, puasa, zakat atau yang lainnya.
Pahala shalat bukan pahala yang remeh, bahkan dua rakaat sebelum shubuh saja sudah lebih baik dari pada dunia dan seisinya. Puasapun juga bukan merupakan ibadah yang remeh, karena ibadah tersebut khusus untuk Allah dan Allah sendiri yang akan membalasnya tanpa batasan.
Namun selain datang dengan pahala-pahala yang besar-besar tersebut, ia juga datang dengan membawa dosa-dosa kedzaliman kepada orang lain, ia telah mencela, menuduh berzina, memakan harta orang lain tanpa alasan yang benar, membunuh hingga memukul.
Akhirnya karena saking banyaknya kedzaliman yang ia lakukan, akhirnya pahala-pahala besar yang ia bawa habis tak tersisa, bahkan dalam hadits ini, orang tersebut malah mendapatkan dosa-dosa orang-orang yang ia dzalimi, dan akhirnya ia dilemparkan kedalam neraka.
Sehingga sangat pantas apabila ia degalari dengan orang orang ‘gulung tikar’ di akherat.
Na’udzubillahi min dzalik.
Wallahu a’lam.
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Maksiat Adalah Salah Satu Sumber Penghalang Rejeki Maka Jauhilah Maksiat
Sebagaimana ketaatan bisa menjadi sebab datangnya rezeki, demikian juga kemaksiatan bisa menjadi sebab terhalangnya pelakunya dari mendapatkan rezeki:
Allah Ta’ala berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿٩٧﴾
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl : 97)
Adapun orang yang senang melakukan maksiat dia tidak akan mendapatkan kehidupan yang baik. Berapapun harta yang dia miliki maka dia tetap tidak akan bisa merasakan kehidupan yang baik, dia tidak akan merasakan ketenangan dan hatinya selalu tidak puas, karena dosanya akan menghalanginya untuk mendapatkan itu semua.
Makanya barangsiapa yang sudah kerja keras banting tulang dan peras keringat siang malam namun tetap juga tidak mendapatkan kehidupan yang baik hendaknya dia introspeksi diri, yang salah bukan gajinya, yang salah bukan pada kerja kerasnya, namun yang salah adalah ada pada amalannya, mungkin dia telah melakukan kemaksiatan atau mungkin dia telah menzhalimi orang lain.
Referensi: https://bimbinganislam.com/empat-dampak-maksiat-yang-sering-diremehkan/
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Termasuk Perangkap Iblis dalam Menghancurkan Rumah Tangga Adalah Seorang Istri Mencintai (dengan diam) Seorang Ikhwan, Selain Suaminya
Maka sadarilah, itu hanya perangkap-perangkap iblis dalam rangka menghancurkan rumah tangga seseorang. Disebutkan dalam sebuah hadits, Nabi bersabda tentang bagaimana usaha syaithon dalam merusak hubungan rumah tangga. Beliau bersabda:
إِنَّ إِبْلِيْسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُوْلُ فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا فَيَقُوْلُ مَا صَنَعْتَ شَيْئًا قَالَ ثُمَّ يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُوْلُ مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ قَالَ فَيُدْنِيْهِ مِنْهُ وَيَقُوْلُ نِعْمَ أَنْتَ
“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air (laut) kemudian ia mengutus bala tentaranya. Maka yang paling dekat dengannya adalah yang paling besar fitnahnya.
Datanglah salah seorang dari bala tentaranya dan berkata, ‘Aku telah melakukan begini dan begitu.’
Iblis berkata, ‘Engkau sama sekali tidak melakukan sesuatupun.’
Kemudian datang yang lain lagi dan berkata, ‘Aku tidak meninggalkannya (untuk digoda) hingga aku berhasil memisahkan antara dia dan istrinya‘.
Maka Iblis pun mendekatinya dan berkata, ‘Sungguh hebat (setan) seperti engkau.’ (HR. Muslim :2813)
Referensi: https://bimbinganislam.com/nasehat-untuk-istri-yang-mencintai-laki-laki-lain-selain-suaminya/
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Kehidupan Bertetangga Menjadi Ukuran Kebaikan Seorang Muslim
Dan satu tingkatan setelahnya yaitu tetangga juga dijadikan tolok ukur dalam syari’at.
Disebutkan dalam Hadits Abdulloh ibn Mas’ud ketika ada seorang sahabat bertanya kepada Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam, “Bagaimana saya bisa mengetahui, apakah saya orang baik ataukah orang jahat?”
Beliau pun menjawab,
إِذَا قَالَ جِيرَانُكَ قَدْ أَحْسَنْتَ فَقَدْ أَحْسَنْتَ، وَإِذَا قَالُوا إِنَّكَ قَدْ أَسَأْتَ فَقَدْ أَسَأْتَ
“Jika tetanggamu berkomentar, kamu orang baik maka berarti engkau orang baik. Dan jika mereka berkomentar engkau orang tidak baik, berarti kamu tidak baik”. [HR Ahmad 3808, Ibnu Majah 4223]
Yang dimaksud komentar tetangga disini tentu saja adalah komentar dari tetangga yang baik, yang sholeh, dan paham syariat, bukan yang gemar maksiat.
Penting dan mulianya kehidupan bertetangga bagi seorang muslim juga tergambar dari sabda Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam yang menyangka bahwa tetangga memiliki hak waris.
مَا زَالَ جِبْرِيْلُ يُوْصِيْنِيْ بِالْـجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ
“Jibril senantiasa menasehatiku tentang tetangga, hingga aku mengira bahwa tetangga itu akan mendapat bagian harta waris”. [HR Bukhori 6014 dan Muslim 2625]
Referensi: https://bimbinganislam.com/tetanggamu-punya-hak-atasmu/
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Tetap Taat pada Suami Anda, Maka Bagimu Surga
dan Percayalah! Suami Anda adalah Pasangan terbaik untuk Anda
Kebahagian hidup dan berumah tangga terletak pada (nikmat dari Allah, kemudian) genggaman tangan suami Anda. Pandai-pandailah membawa diri, sehingga suami Anda rela membentangkan kedua telapak tangannya, dan memberikan kebahagian berumah tangga kepada Anda.
Percayalah! suami Anda adalah pasangan terbaik untuk Anda.
“Bila seorang istri telah mendirikan shalat lima waktu, berpuasa bulan Ramadan, menjaga kesucian dirinya, dan taat kepada suaminya, niscaya kelak akan dikatakan kepadanya, ‘Silakan engkau masuk ke surga dari pintu mana pun yang engkau suka." (HR. Ahmad 1:191)
Perhatikanlah dan Mari Belajar dari Kisah, Siapa yang lebih Buruk, Suami Anda atau Fir’aun ?
Namun demikian sejelek apapun Fir’aun ternyata tidak mengahalangi istrinya yaitu Asiyah bin Muzahim menjadi wanita penghuni surga. Bahkan kisah dan ketegaran batinnya diabadikan dalam Al Qur’an :
“Dan Allah membuat istri Fir’aun sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata : “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.”
(QS. At Tahrim: 11)
Pahala itu Sebanding Dengan Beratnya Ujian, Bila anda berkata : “kok bisa ya wanita sholehah dinikahi lelaki jahat seperti itu?”
Ya, untuk membuktikan dan menguji kekuatan iman Asiyah binti Muzahim, karena kalau tanpa ujian, niscaya kesempurnaan iman beliau tidak terbukti.
Terlebih bagi saya dan juga anda, sehingga bisa jadi anda akan bertanya : “apa hebatnya dia sehingga kita dianjurkan meneladaninya dan dia dimasukkan ke dalam surga ?”
Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
“Sesungguhnya besarnya pahala itu setimpal dengan besarnya ujian, dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, maka Ia akan mengujinya.
Barang siapa yang ridho dengan ujian itu maka baginya keridhoan Allah, dan barang siapa yang marah/benci kepada ujian tersebut, maka baginya kemurkaan Allah” (HR. Tirmizi).
Referensi: https://bimbinganislam.com/tetap-taat-pada-suami/
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Syaikh Sulaiman bin Salimullah Ar-Ruhaily pernah ditanya tentang pakaian syuhrah, maka beliaupun menjawab :
Pakaian Syuhrah adalah semua pakaian (atau cara berpakaian) yang tidak syar’i, yang dapat membuat orang-orang melihat (dan merasa aneh dengan) pemakainya dikarenakan suatu hal yang mencolok dari pakaian tersebut, baik karena saking jeleknya atau terlalu mewah.
“Semua pakaian (atau cara berpakaian) yang tidak syar’i”
Kalimat ini mengeluarkan semua pakaian syar’i (dari pengertian pakaian syuhrah). Seperti:
1. Menaikan Celana Di Atas Mata Kaki
Menaikan celana (pakaian) di atas mata kaki terkadang bisa membuat orang-orang (masyarakat) memperbincangkannya. Disebagian daerah, jika Engkau masuk ke dalam sebuah komunitas (masyarakat) dan celanamu diatas mata kaki sedikit, mereka akan mentertawakanmu, semua orang yang berada di sana akan melihatmu dan mentertawakanmu.
Tapi ini bukan cara berpakaian syuhrah, ini adalah pakaian untuk menghidupkan sunnah, Engkau akan diberi pahala karenanya, dan ketika Engkau bersabar atas gangguan dan gunjingan orang-orang, maka Engkau juga akan diberi pahala.
2. Seorang wanita memakai jilbab yang menutupi perhiasan-perhiasan mereka, di sebagian tempat, jilbab akan membuat orang-orang melihat kepadanya dan akan membicarakannya. Ketika seorang wanita berjalan dijalan (memakai jilbab) orang-orang berbondong-bondong melihatnya.
Tapi, ini bukan pakaian syuhrah, ini adalah cara berpakaian yang menghidupkan sunnah, dan yang kami maksud dengan sunnah adalah agama secara keseluruhan, bukan sunnah (dalam istilah fiqih) yang diberi pahala jika dilakukan dan tidak dihukun jika ditinggalkan.
“Semua pakaian (atau cara berpakaian) yang tidak syar’i”
Maksud dari kalimat “yang tidak syar’i” bukan artinya haram. Akan tetapi maksudnya adalah seseorang tidak dituntut secara syariat, tidak dimotivasi, tidak didorong untuk berpakaian dengan pakaian atau cara tersebut.
__
Kemudian (kita lanjutkan penjelasan tentang definisi pakaian syuhrah), “yang dapat membuat orang-orang melihat (dan merasa aneh dengan) pemakainya dikarenakan suatu hal yang mencolok dari pakaian tersebut, baik karena saking jeleknya”, contohnya: Memakai pakaian yang sudah berlubang (bolong-bolong), padahal dia bukan orang miskin
Kemudian (dalam definisi pakaian syuhrah ada kalimat) : “atau terlalu mewah" Maksudnya adalah orang-orang tidak ada yang memakai pakaian tersebut, sehingga orang-orang melihatnya karena pakaiannya yang sangat mahal, atau karena saking bagusnya, maka ini pakaian syuhrah.
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Inilah Si Penjamu dan Pemberi Penginapan Musuh Bebuyutannya
Apabila seseorang menyebut nama Allah saat masuk rumah dan saat makan, maka setan berkata, ‘(teman-teman) kalian tidak dapat tempat menginap apalagi jamuan makan’.
Apabila ia masuk rumahnya tidak menyebut nama Allah, maka setan berkata, ‘Kalian telah mendapatkan tempat menginap’, apabila ia juga tidak menyebut nama Allah saat makan, maka setan berkata, ‘Kalian telah mendapatkan tempat menginap dan jamuan makan’
Sahabat bimbingan islam yang semoga selalu mendapatkan bimbingan Allah, Terkadang kita meremehkan dan terlalaikan dari sebuah doa yang pendek, seperti mengucapkan bismillah.
Padahal doa ringkas ini begitu luar biasa. Doa ringkas ini dapat menutup aurat seorang muslim dari mata jin, bahkan doa ringkas ini dapat menghalangi para setan untuk tinggal dirumah dan makan bersama kita.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ، فَذَكَرَ اللهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ، قَالَ الشَّيْطَانُ: لَا
مَبِيتَ لَكُمْ، وَلَا عَشَاءَ، وَإِذَا دَخَلَ، فَلَمْ يَذْكُرِ اللهَ عِنْدَ دُخُولِهِ، قَالَ الشَّيْطَانُ:
أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ، وَإِذَا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ عِنْدَ طَعَامِهِ، قَالَ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ وَالْعَشَاءَ
“Apabila seseorang menyebut nama Allah saat masuk rumah dan saat makan, maka setan berkata (kepada teman-temannya), ‘Kalian tidak dapat tempat menginap apalagi jamuan makan’.
Apabila ia masuk rumahnya tidak menyebut nama Allah, maka setan berkata, ‘Kalian telah mendapatkan tempat menginap’, apabila ia juga tidak menyebut nama Allah saat makan, maka setan berkata, ‘Kalian telah mendapatkan tempat menginap dan jamuan makan’”
Sehingga sahabat bimbingan Islam semua, mulailah membiasakan diri untuk membaca doa ini saat masuk rumah maupun saat mengunci pintu karena dengan doa yang singkat ini, setan tidak akan mampu ikut bermalam di rumah kita.
Begitu pula mulailah membiasakan diri untuk membaca doa ini saat makan, agar setan tidak bias menemani kita makan.
Dan jangan lupa ajarkan doa ringkas nan pendek ini kepada anak-anak kita, agar mereka sudah terbiasa saat dewasa.
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Teruslah Berbenah & Jangan Berpangku Tangan Apalagi Diam Di Tempat.
Perubahan Itu Bisa Datang Dari Hal Yang Terkecil Sekalipun, Asalkan Mau Berubah Menjadi Manusia Terbaik.
إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. ar Ra’du : 11).
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga
Dalam sebuah hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan umatnya berlaku jujur dalam perkataan, perbuatan, ibadah dan dalam semua perkara. Jujur itu berarti selaras antara lahir dan batin, ucapan dan perbuatan, serta antara berita dan fakta.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa berdusta itu membawa kepada kejahatan. Yaitu, jika seseorang berdusta dalam perkataannya, maka dia akan terus dalam keadaan seperti itu sampai akhirnya berbuat jahat. Wal ‘iyadzu billah. Dan itu telah keluar dari ketaatan, termasuk kedurhakaan dan maksiat. Berbuat jahat menyeret seseorang ke Neraka, Allah Azza wa Jalla berfirman :
"Sekali-kali jangan begitu! Sesungguhnya catatan orang yang durhaka benar-benar tersimpan dalam Sijjin. Dan tahukah engkau apakah Sijjin itu? (Yaitu) kitab yang berisi catatan (amal). Celakalah pada hari itu, bagi orang-orang yang mendustakan! (yaitu) orang-orang yang mendustakannya (hari pembalasan).” (QS. Al-Muthaffifiin:7-11)
Kedustaan merupakan sarana yang membawa kepada kejahatan, dan kejahatan akan membawa ke Neraka. Akhlak yang buruk yang paling dibenci oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dusta atau bohong. Dusta adalah sifat munafik dan kemunafikan dibangun di atas kedustaan.
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
#bohong #dusta #pembohong #jujur
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Saya lebih baik, karena saya sudah belajar, lebih alim...
Oleh : Abu Bakar Al Akhdhory, Lc.
Jujur!
Seringkali kita merasa seperti ini bukan?
Ya merasa lebih baik dari orang lain
Alasannya bermacam-macam,
Baik karena sudah mengenal sunnah
Sudah belajar tauhid
Sudah sering duduk dan dekat dengan ustadz kibar bahkan masyayikh.
Ingat sahabatku...
Ilmu seharusnya membuat saya dan anda merasa rendah, bodoh, dan serba kurang
Bukan justru sebaliknya
Sahabatku...
Ilmu agama ini bagaikan lautan yang tak bertepi, sangat luas.
Kita baru ditepi lautan, bahkan mungkin belum menginjak pasir pantainya.
Tapi karena keangkuhan kita, seolah kita sudah menyelami hingga dasar laut tersebut.
Merasa diri lebih baik, lebih suci dari orang lain merupakan hal yang diharamkan, Allah berfirman,
فَلَا تُزَكُّوٓاْ أَنفُسَكُمۡ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَنِ ٱتَّقَىٰٓ
Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa. (An-Najm, Ayat 32 )
Ketika kita merasa orang lain rendah, dan juga menolak nasehat, itulah bukti nyata kita sombong, Rasulullah shollallaahu alaihi wasallam mengatakan :
الكبر بطر الحق وغمط الناس
"Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain" ( HR. Muslim)
Sahabatku..
Semakin kita merendah, maka semakin tinggi derajat kita
Sebaliknya, semakin meninggi maka semakin akan direndahkan dan dihinakan
Itu ketetepan ilahi,
Kita tinggal memilih,
Bogor 16 Rabiul Awal 1441 / 13 Nov 2018
https://www.instagram.com/abubakar_alakhdhory/
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Ketahuilah, setan tidak akan berhenti menggoda manusia untuk tidak beribadah kepada Allah. Sehingga setan mendatangkan syubhat-syubhat yang membuat seseorang berhenti beramal.
Ketahuilah saudariku, jangan sampai rasa takut berbuat riya’ membuat kita meninggalkan ibadah, fudhail bin ‘iyadh berkata:
تَرْكُ الْعَمَلِ مِنْ أَجْلِ النَّاسِ رِيَاءٌ، وَالْعَمَلُ مِنْ أَجْلِ النَّاسِ شِرْكٌ وَالْإِخْلَاصُ أَنْ يُعَافِيَكَ اللهُ عَنْهُمَا
“Meninggalkan amalan karena manusia adalah riya’, beramal karena manusia adalah syirik, dan ikhlas adalah ketika Allah menyelamatkanmu dari keduanya”. (Syu’abul iman: 9/184).
Begitu juga, jangan sampai kita merasa bahwasanya kita telah ikhlas ketika beramal, sesungguhnya para nabi عليهم السلام dan para ulama رحمهم الله dari kalangan para sahabat dan orang-orang setelahnya, mereka ketika beramal berada antara pengharapan dan rasa takut, ketika mereka melihat kepada kasih sayang Allah, mereka berahap ibadah mereka diterima, namun ketika mereka melihat kepada kekurangan diri mereka, timbul rasa takut kalau-kalau ibadah mereka tidak diterima.
Diriwayatkan bahwa rasulullah ﷺ pernah menjenguk seorang pemuda yang hendak meninggal, beliau bertanya:
«كَيْفَ تَجِدُكَ؟»، قَالَ: وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي أَرْجُو اللَّهَ، وَإِنِّي أَخَافُ ذُنُوبِي، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا يَجْتَمِعَانِ فِي قَلْبِ عَبْدٍ فِي مِثْلِ هَذَا المَوْطِنِ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ مَا يَرْجُو وَآمَنَهُ مِمَّا يَخَافُ
“Bagaimana engkau mendapati dirimu?
Pemuda itupun menjawab: demi Allah Wahai Rasulullah, aku mengharap Allah, namun aku juga takut akan dosa-dosaku.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah dua hal (khauf dan raja’) terkumpul dalam jiwa seorang hamba pada keadaan seperti ini, kecuali Allah akan mengabulkan apa yang dia harapkan dan memberikan keamanan dari apa yang dia takutkan.” (HR: Tirmidzi: 983, dinyatakan hasan oleh syaikh Albany).
Referensi: https://bimbinganislam.com/tidak-jadi-ibadah-karena-merasa-niat-belum-ikhlas-apakah-boleh/.
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Ananiyah atau ke-Aku-an atau Egoisme adalah kecintaan manusia terhadap diri sendiri, serta ambisi untuk menguasai serta mendominasi orang lain. Dia adalah Aku yang membuat manusia tidak mau melihat kecuali dirinya sendiri, serta tidak peduli melainkan hanya kepada dirinya sendiri.
Ananiyah ini adalah karakter alami yang ada pada diri setiap insan apabila ia diperlakukan sesuai dengan batas koridor yang ada. Namun apabila melampaui kadarnya, sehingga menjelma menjadi sebuah sikap jumawa, sombong, meremehkan orang lain, menganggap orang lain itu kecil, menyepelekan pendapat orang lain, serta senantiasa berusaha untuk menguasai orang lain, maka ini adalah bahaya laten serta penyakit yang membinasakan.
Maka dari itu seorang manusia yang terkena virus ini tidak akan mau mengakui kesalahan. Dan ia senantiasa menyangka dirinya selalu benar, merasa bersih dari kesalahan dan ketergelinciran. Ia tidak memahami bahwa mengakui kesalahan itu sebagai bentuk memuliakan akal manusia.
Dan seorang Anani (yang terkena virus keakuan-pent) tidak memiliki pantangan, semuanya boleh bagi dia selama di sana ada keuntungan bagi diri pribadinya.
Ananiyah adalah penyakit jiwa yang harus disembuhkan karena ia menjadi sebab besar dilanggarnya pantangan serta dilakukannya kesalahan yang fatal. Ananiyah adalah penyakit yang membinasakan orang yang dijangkitinya
Seorang yang kena Ananiyah tidak ingin ada orang lain menyertai dia di dalam segala hal. Ia ingin melihat orang lain celaka dan kemaslahatan semua ingin dia kuasai.
Referensi: https://bimbinganislam.com/jangan-engkau-bakar-dirimu-sendiri-dengan-api-ke-aku-an/
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Hukum Menghadiri Undangan Orzng Kafir
Allah berfirman,
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ
“Kamu tidak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Meraka itulah orang-orang yang telah ditanamkan keimanan dalam hati mereka dan mereka dikuatkan dengan cahaya dari-Nya.” (QS: Al Mujadilah 22).
Interaksi orang mukmin kepada orang kafir yang sampai pada tingkatan adanya loyalitas dirinci menjadi dua, karena alasan dunia dan agama.
Pertama, Loyalitas karena dunia:
– Ada kebutuhan yang tidak mungkin bisa dilepas dari dirinya, seperti loyalitas kepada istri yang masih kafir atau anak kepada orang tuanya yang masih kafir atau karena hubungan kekerabatan lainnya. Loyalitas semacam ini dibolehkan sebagaimana yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada pamannya Abu Thalib dan keluarganya yang lain yang mati kafir.
– Semata-mata untuk tujuan dunia dan tidak ada kebutuhan yang mendesak bagi kehidupannya, seperti hubungan bawahan yang muslim kepada atasan yang kafir. Loyalitas jenis kedua ini tidak dibolehkan bahkan pelakunya Allah sebut sebagai orang yang tersesat dari jalan yang lurus. Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ خَرَجْتُمْ جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِي تُسِرُّونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَمَا أَعْلَنْتُمْ وَمَنْ يَفْعَلْهُ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.” (QS. Al Mumtahanah: 1).
Kedua, Loyalitas karena agama:
– Semata-mata karena agama orang kafir, misalnya cinta kepada orang nasrani karena ajaran trinitasnya atau paham pluralisme-liberal yang menganggap semua agama sama. Untuk loyalitas model ini ditegaskan para ulama sebagai bentuk kekafiran yang mengeluarkan pelakunya dari Islam.
– Berpihak dan melindungi orang kafir dengan maksud agar orang kafir bisa mengalahkan kaum muslimin. Syaikh Muhammad At Tamimi menegaskan bahwa perbuatan ini diantara pembatal Islam (10 Pembatal Islam, pembatal kedua – karya Syaikh Muhammad At Tamimi).
Dua jenis loyalitas inilah yang dibicarakan dalam surat Al Mujadilah ayat 22.
- Membantu orang kafir dengan maksud agar orang kafir tersebut bersedia untuk membantunya. Loyalitas jenis ini tidak sampai menyebabkan pelakunya kafir namun termasuk perbuatan dosa dan kesesatan. Dalilnya adalah kasus Hatib bin Abi Balta’ah radliallahu ‘anhu yang mengirim surat kepada keluarganya yang masih kafir dan tinggal di Mekah beberapa saat sebelum penaklukan kota Mekah. Padahal surat itu berisi rahasia yang akan dilakukan kaum muslimin kepada orang musyrikin Mekah. (kisah ini diriwayatkan Al Bukhari 3007 dan Muslim 2494).
(rician ini merupakan penjelasan dari Syaikh Shaleh bin Abdul Aziz Alu Syaikh. Lih. Fatawa Al Aimmah fii An Nawazil Al Mudlahimmah)
Untuk itu, interaksi dengan orang kafir dalam masalah duniawi biasa, yang tidak sampai pada hubungan kecintaan (loyalitas), seperti jual beli, menghadiri undangan jamuan makan, atau hal-hal mubah lainnya maka hal ini diperbolehkan, selama tidak menimbulkan bahaya bagi orang muslim. Bahkan jika mendatangi undangan mereka bisa menjadi sarana untuk dakwah agar masuk Islam maka hal ini sangat ditekankan. (Fatwa Lajnah dalam Fatawa Al Islam, 1:6407).
Berkaitan dengan undangan walimah orang kafir, mayoritas ulama berpendapat tidak wajibnya menghadiri undangan mereka. Namun mereka berselisih pendapat apakah dianjurkan ataukah dimakruhkan. Dalam hal ini ada dua pendapat.
Dalam Nihayatul Muhtaj (kitab Fiqh Madzhab Syafi’i) disebutkan: “Tidak wajib menghadiri undangan orang kafir, tetapi dianjurkan jika ada harapan masuk Islam, kerabat dekat, atau tetangga.” (Nihayah Al Muhtaj ila Syarh Al Minhaj, 21:356). Sedangkan dalam madzhab Hambali ada dua pendapat. Sebagian menyatakan boleh dan tidak makruh, sebagian lain menyatakan makruh.
Abu Daud mengatakan, “Imam Ahmad ditanya: “Apakah undangan orang kafir dihadiri?” Beliau menjawab: “Ya.” Zhahir perkataan Imam Ahmad ini menunjukkan bahwa beliau membolehkan dan tidak memakruhkannya. Bahkan kata Syaikhul Islam, perkataan Imam Ahmad ini bisa dipahami bahwa mendatangi undangan orang kafir hukumnya wajib. Karena sikap Imam Ahmad yang meng-iya-kan pertanyaan mungkin untuk dimaknai: “Ya, sebagaimana undangan orang muslim, yang statusnya wajib dipenuhi.” Sementara Az Zarkasyi berpendapat terlarangnya menghadiri walimah orang kafir. Beliau berdalil dengan terlarangnya memberikan salam dan mengunjungi orang kafir. (Al Inshaf, 13:146).
Allahu a’lam
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لا تحقِرنَّ من المعروف شيئًا، ولو أن تلقى أخاك بوجه طَلْقٍ
“Janganlah meremehkan kebaikan meskipun kecil, meski hanya memasang wajah berseri tatkala bertemu dengan saudaramu.” (HR Muslim : 2626).
Referensi: https://bimbinganislam.com/penjelasan-dari-wajah-ceria-yang-berpahala/
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Semakin tinggi keimanan seorang maka akan semakin besar badai ujian yang menerpanya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang orang yang paling besar ujiannya, beliaupun menjawab :
قَالَ : الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الْأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ
“Para nabi, kemudian yang sepertinya, kemudian yang sepertinya, sungguh seseorang itu diuji berdasarkan agamanya, bila agamanya kuat, ujiannya pun berat, sebaliknya bila agamanya lemah, ia diuji berdasarkan agamanya, ujian tidak akan berhenti menimpa seorang hamba hingga ia berjalan dimuka bumi dengan tidak mempunyai kesalahan." (HR. Tirmidzi:2322)
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Kesabaran terhadap Musibah dan Keyakinan akan Pahala Allah, Merupakan Kunci Kokohnya Hati
Bersabar ketika mendapatkan gangguan manusia merupakan perkara yang Allah cintai, dan Allah akan sediakan pahala yang besar di baliknya.
Allah berfirman :
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ (34) وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (35)
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar." (QS. Fushilat: 34-35).
Referensi: https://bimbinganislam.com/nasehat-bagi-yang-dirundung-ujian/
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
SEJENGKAL tanah yg engkau RAMPAS.. Dengan TUJUH LAPIS BUMI lah engkau akan TERHEMPAS
مَنْ ظَلَمَ قِيدَ شِبْرٍ مِنْ الْأَرْضِ طُوِّقَهُ مِنْ سَبْعِ أَرَضِينَ
"Barangsiapa mengambil sejengkal tanah secara zalim, maka Allah akan menghimpitnya dengan tujuh lapis tanah (bumi)" [HR Muslim 3025].
Saudaraku sekalian yang mencintai Sunnah dan dicintai oleh Alloh,
Perlu diperhatikan bagi yang memiliki tanah pekarangan atau kavling agar tidak membuat pagar pembatas melebihi dari apa yang sdh ditetapkan.
Sungguh, walaupun hanya sejengkal tanah yang engkau rampas pasti akan tercatat dan masuk persidangan Alloh kelak di hari kiamat.
Alloh Ta’ala berfirman ketika menceritakan nasihat Luqman pada anaknya,
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
“(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Alloh akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Alloh Maha Halus lagi Maha Mengetahui” (QS Luqman 16).
Tak ada yang luput dari pengawasan Alloh, dan adzabnya pun sangat pedih.
Mari kita lihat bagaimana adzab bagi penjarah atau perampas tanah, Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ ظَلَمَ قِيدَ شِبْرٍ مِنْ الْأَرْضِ طُوِّقَهُ مِنْ سَبْعِ أَرَضِينَ
"Barangsiapa mengambil sejengkal tanah secara zalim, maka Allah akan menghimpitnya dengan tujuh lapis tanah (bumi)" [HR Muslim 3025]
Karenanya saudaraku, apakah engkau mau hanya demi sejengkal tanah engkau disiksa dengan siksaan yang berat?
Semoga Alloh memberi hidayah pada kita semua
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
-------------------------------
Segeralah MINTA MAAF kepadanya.. Sebelum engkau RUGI karenanya..
مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ
"Siapa yang pernah berbuat aniaya (zalim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun hendaklah dia meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari yang ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham. Jika dia tidak lakukan, maka (nanti pada hari kiamat) bila dia memiliki amal shalih akan diambil darinya sebanyak kezholimannya. Apabila dia tidak memiliki kebaikan lagi maka keburukan saudaranya yang dizholiminya itu akan diambil lalu ditimpakan kepadanya" [HR Bukhori 2269].
Saudaraku sekalian yang mencintai Sunnah dan dicintai oleh Alloh,
Sering kali lidah kita tersilap dengan mencibir atau meremehkan orang lain..
Atau tidak jarang juga kita berikap tidak adil serta mempersulit orang lain..
Maka hati-hatilah dengan kedzoliman yang tak disadari seperti itu, sungguh tak ada ruginya bagi kita untuk meminta maaf.
Bahkan sebuah kemulian bagi kita yang selalu mendahului atau sering meminta maaf meskipun belum tentu kita yang salah.
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula” (QS. Az Zalzalah: 7-8).
Semoga Alloh melembutkan hati kita semua, Aamiin
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Dahulukan kepentingan orang lain dalam Muamalah.. bukan Ibadah.. JANGAN TERBALIK!
“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba” (QS Al-Muthoffifin 26)
Saudaraku sekalian yang mencintai Sunnah dan dicintai oleh , mendahulukan kepentingan orang lain termasuk perbuatan mulia yang dicontohkan oleh para salafus sholih. Alloh berfirman artinya;
“Dan mereka (orang-orang Anshor) mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan” (QS Al-Hasyr 9).
Ayat diatas bahkan juga menerangkan bahwa sikap itsar atau mendahulukan orang lain itu bukan hanya dalam kondisi lapang, tapi juga dalam kondisi sempit atau membutuhkan.
Kalau ngasih hutang orang yang butuh saat kita kaya itu biasa, tapi tetap memberi hutangan pada orang yang benar-benar butuh saat kita juga dalam kondisi pas-pasan ini baru luar biasa. Ini yang harus kita tiru dari salafus sholih.
Tapi sayang sebagian dari kita justru kebalik, mendahulukan orang lain saat dalam hal ibadah, dan tidak mau mendahulukan orang lain saat muamalah.
Kalau antri wudhu maka ia mempersilahkan orang lain untuk mendahuluinya, saat iqomah sudah dikumandakan maka ia mempersilahkan orang lain untuk sholat di shof depannya. Sedangkan saat peserta arisan ada yg butuh dan minta didahulukan maka ia ngotot sesuai runtutan, saat ada tetangga yang izin parkir mobil sebentar depan pagar kita, maka alasan mau ada keluarga datang, dll. Wal’iyyadzubillah.
Ketahulah saudaraku, dalam masalah akhirat lah seseorang itu seharusnya berlomba-lomba untuk menjadi yang terdepan. Alloh Ta’ala berfirman artinya:
“Berlomba-lombalah dalam kebaikan (ibadah)” (QS Al-Baqarah 148).
Ingatlah baik-baik saudaraku, jangan terbalik..!.
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Berdzikirlah dengan Sopan dan Lirih
Sebab Alloh itu Dzat Yang Maha Dekat.. dan bukan Dzat yang tuli..
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ، فَكُنَّا إِذَا أَشْرَفْنَا عَلَى وَادٍ هَلَّلْنَا وَكَبَّرْنَا ارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُنَا ، فَقَالَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ ، فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا ، إِنَّهُ مَعَكُمْ ، إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ
“Kami pernah bersama Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam. Ketika sampai di suatu lembah, kami bertahlil dan bertakbir dengan mengeraskan suara kami. Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam lalu berkata, “Wahai para manusia, lirihkanlah suara kalian. Sejatinya kalian tidaklah menyeru sesuatu yang tuli dan ghoib. Sesungguhnya Alloh bersama kalian. Alloh Maha Mendengar dan Maha Dekat” [HR Bukhori 2830 dan Muslim 2704].
Saudaraku sekalian yang mencintai Sunnah dan dicintai oleh Alloh..
Pembahasan dzikir berjama’ah adalah bahasan yang tak pernah lepas dari pro kontra, ada yang menerima dengan lapang, dan ada yang dengan berat hati, ada menyampaikan dengan tenang, dan ada pula yang memaksakan dalil, maka yang beruntunglah bagi kita semua yang diberi hidayah untuk mencukupkan diri dengan tuntunan Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam.
Mari simak bagaimana perkataan dari Imam Asy-Syathibi dalam hal ini,
فإذا ندب الشرع مثلا إلى ذكر الله، فالتزم قوم الاجتماع عليه على لسان واحد، وبصوت، أو في وقت معلوم مخصوص عن سائر الأوقات، لم يكن في ندب الشرع ما يدل على هذا التخصيص الملتزم بل فيه ما يدل على خلافه، لأن التزام الأمور غير اللازمة شرعا شأنها أن تفهم التشريع
“Jika syariat telah menganjurkan untuk dzikrulloh misalnya, lalu ada sekelompok orang membiasakan diri mereka berkumpul karenanya (dzikrulloh) dengan satu lisan, dengan satu suara, atau dengan waktu tertentu (khusus), maka tidak ada anjuran dalam syariat yang menunjukkan pengkhususan ini, justru yang ada (dalam syariat) adalah menyelisihinya.
Karena sejatinya membiasakan perkara yang tidak lazim dalam syariat akan dipahami bahwa itu adalah syariat (membuat syariat baru)” (Al-I’tishom 2/190)
Dan Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam dalam hadits yang masyhur telah menegaskan pada kita semua tentang larangan membuat syariat baru,
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
“Jauhilah semua perkara baru (dalam agama), karena semua perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah sesat” [HR Abu Dawud 4607 dan Tirmidzi 2676]
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
~~~~~~~~~~~~~
MACAN KERTAS
Jika kita menulis status,yang biasa dan sederhana saja. Yang memungkinkan untuk diamalkan sesuai kemampuan kita. Agar tak menjadi macan kertas ; Gagah dalam narasi, buntu dalam aplikasi.
Allah ta'ala berfirman :
لُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ . كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لا تَفْعَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff: 2-3)
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
~~~~~~~~~~~~~~
SAMUDERA HIKMAH DI BALIK JILBAB MUSLIMAH
Islam merupakan satu-satunya agama yang memuliakan wanita. di dalam islam, wanita ibarat mutiara yang tak ternilai harganya, hingga harus di jaga dan diperlakukan dengan lembut, agar tidak rusak karena dijamah oleh tangan-tangan jahat yang ingin mengotorinya. bukan rahasia lagi bahwa barat telah mengalami keterpurukan moral hingga pada titik nadir. kaum wanita disana tidak lagi memiliki kehormatan dan kemuliaan. mereka bahkan mendapatkan perlakuan yang sangat buruk dan dieksploitasi sedemikian rupa dengan slogan "kebebasan", dan dibuai dengan isu kesetaraan gender.
Menyaksikan kondisi kaum muslimin yang demikian ketat menjaga nilai-nilai keluhuran dan moral, mereka hidup dalam kondisi tenang, sementara muslimat terpelihara kehormatannya dan mendapatkan perlakuan sangat mulia. maka, kaum kafir mengatakan bahwa hijab merupakan simbol penindasan, perenggutan hak, dan pelanggaran terhadap kebebasan kaum wanita, sehingga harus ditinggalkan. akhirnya, hijab ditinggalkan oleh muslimat dan dianggap sebagai simbol kemunduran dan tidak relevan di kenakan di masa sekarang.
➖➖➖➖➖➖➖➖
Waktu sangat cepat berlalu dan tidak pernah kembali.
Sahabat terbaik Nabi, Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu berkata:
إِنَّ لِلَّهِ حَقًّا بِالنَّهَارِ لَا يَقْبَلُهُ بِاللَّيْلِ، وَلِلَّهِ حَقٌّ بِاللَّيْلِ لَا يَقْبَلُهُ بِالنَّهَارِ
“Sesungguhnya Allâh memiliki hak pada waktu siang, Dia tidak akan menerimanya di waktu malam. Dan Allâh juga memiliki hak pada waktu malam, Dia tidak akan menerimanya di waktu siang”. (Hadits Mauquf. HR. Ibnu Abi Syaibah, no. 37056).
Dengan demikian seharusnya seseorang bersegera melaksanakan tugasnya pada waktunya, dan tidak menumpuk tugas dan mengundurkannya sehingga akan memberatkan dirinya sendiri. Oleh karena itu waktu di sisi Salaf (para sahabat dan Tabi’in) lebih mahal dari pada uang. Al-Hasan al-Bashri rahimahullah menuturkan:
أَدْرَكْتُ أَقْوَامًا كَانَ أَحَدُهُمْ أَشَحَّ عَلَى عُمْرِهِ مِنْهُ عَلَى دَرَاهِمِهِ وَدَنَانِيْرِهِ
“Aku telah menemui orang-orang yang sangat bakhil terhadap umurnya daripada terhadap dirham dan dinarnya”.b(Disebutkan dalam kitab Taqrib Zuhd Ibnul-Mubarok, 1/28).
Referensi: https://bimbinganislam.com/manusia-memandang-waktu/
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
➖➖➖➖➖➖➖➖
Beramal tanpa ilmu itu sangat buruk bahkan sesat dan menyesatkan
Al Hasan Al Bashri rahīmahullāhu bertutur :
العَامِلُ عَلَى غَيْرِ عِلْمٍ كَالسَّالِكِ عَلَى غَيْرِ طَرِيْقٍ وَالعَامِلُ عَلَى غَيْرِ عِلْمٍ مَا يُفْسِدُ اَكْثَرُ مِمَّا يُصْلِحُ فَاطْلُبُوْا العِلْمَ طَلَبًا لاَ تَضُرُّوْا بِالعِبَادَةِ وَاطْلُبُوْا العِبَادَةَ طَلَبًا لاَ تَضُرُّوْا بِالعِلْمِ فَإِنَّ قَومًا طَلَبُوْا العِبَادَةَ وَتَرَكُوْا العِلْم
“Orang yang beramal tanpa ilmu seperti orang yang berjalan bukan pada jalan yang sebenarnya. Orang yang beramal tanpa ilmu hanya membuat banyak kerusakan dibanding mendatangkan kebaikan.
Hendaklah kalian menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh, namun jangan sampai meninggalkan ibadah. Gemarlah pula beribadah, namun jangan sampai meninggalkan ilmu. Karena ada segolongan orang yang rajin ibadah, namun mereka meninggalkan belajar.” [Miftah Daris Sa’adah : 1/300]
Referensi: https://bimbinganislam.com/buat-para-penuntut-ilmu-ini-tanda-ilmu-bermanfaat/
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
_________________
Ilmu yang Luas dan Tanpa Ujung Tak Sebanding dengan Umur yang Terbatas
Ingatlah wahai saudaraku, sekali lagi ilmu itu tak bertepi, sedangkan lisan itu bertepi, barangsiapa yang tak mampu meraih ilmu yang nafi’ (bermanfaat) biasanya lisannya akan komat-kamit kemana mana mencari mangsa. Virus ghibah, tahdzir ala ikhwan dan akhwat jaman sekarang pun banyak tersebar. Ilmu yang luas dan tanpa ujung tak sebanding dengan umur yang terbatas.
Ingat perkataan Salman Al-Farisi radhiyallahu ‘anhu :
اَلْعِلْمُ كَثِيْرٌ وَالْعُمْرُ قَصِيْرٌ فَخُذْ مِنَ الْعِلْمِ مَا تَحْتَاجُ إِلَيْهِ فِيْ أَمْرِ دِيْنِكَ.
“Ilmu itu banyak sedangkan umur itu pendek (terbatas), maka ambillah ilmu (yang terpenting) yang engkau butuhkan dalam urusan agamamu.” (Shifatush Shafwah, 1/546).
Referensi: https://bimbinganislam.com/hama-ilmu-dan-ibadah/
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
_________________
Ruh orang mati tidak bisa gentayangan menjadi hantu.
Allah ta’ala berfirman :
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“Hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata, “Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku beramal shalih terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan dihadapan mereka ada barzakh (pembatas) sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS Al-Mukminun : 99-100)
Referensi: https://bimbinganislam.com/roh-gentayangan-jadi-hantu-bisa-nempeli-orang-apa-benar/
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
----------------------------------
Hari raya merupakan bagian dari agama dan doktrin keyakinan, bukan semata perkara dunia dan hiburan. Termasuk semua simbol dan atribut yang digunakan untuk memeriahkannya.
Untuk itu, turut bergembira dengan perayaan orang kafir, meskipun hanya bermain-main, tanpa mengikuti ritual keagamaannya, termasuk perbuatan yang telarang, karena termasuk turut mensukseskan acara mereka.
Perkataan Ibnul Qayyim dalam Ahkam Ahlu Dzimmah: ”Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) para ulama.
Contohnya adalah memberi ucapan selamat pada hari raya dan puasa mereka seperti mengatakan, ‘Semoga hari ini adalah hari yang berkah bagimu’, atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan semacamnya.” Kalau memang orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat dari kekafiran, namun dia tidak akan lolos dari perkara yang diharamkan.
Ucapan selamat hari raya seperti ini pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan selamat atas sujud yang mereka lakukan pada salib, bahkan perbuatan seperti ini lebih besar dosanya di sisi Allah. Ucapan selamat semacam ini lebih dibenci oleh Allah dibanding seseorang memberi ucapan selamat pada orang yang minum minuman keras, membunuh jiwa, berzina, atau ucapan selamat pada maksiat lainnya.
Banyak orang yang kurang paham agama terjatuh dalam hal tersebut. Orang-orang semacam ini tidak mengetahui kejelekan dari amalan yang mereka perbuat. Oleh karena itu, barangsiapa memberi ucapan selamat pada seseorang yang berbuat maksiat, bid’ah atau kekufuran, maka dia pantas mendapatkan kebencian dan murka Allah Ta’ala.”[Ahkam Ahli Dzimmah, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, 1/441]
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ’Utsaimin mengatakan, ”Ucapan selamat hari natal atau ucapan selamat lainnya yang berkaitan dengan agama kepada orang kafir adalah haram berdasarkan kesepakatan para ulama.”[Majmu’ Fatawa wa Rosail Ibnu ‘Utsaimin, 3/28-29, no. 404, Asy Syamilah]
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
----------------------------
Islam punya prinsip untuk tidak mencampuri perayaan non muslim. Inilah yang termaktub dalam ayat,
“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku” (QS. Al Kafirun: 6).
‘Adi bin Hatim pernah berkata bahwa beliau pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan di lehernya terdapat salib dari emas. Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
“Wahai ‘Adi buang berhala yang ada di lehermu.” (HR. Tirmidzi no. 3095, hasan menurut Syaikh Al Albani)
Kita tahu bahwa ‘Adi bin Hatim dulunya adalah seorang Nashrani. Sehingga masih ada bekas-bekas agamanya yang dulu. Wajar ketika itu beliau masih menggunakan salib.
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suruh melepas simbol agama Nashrani tersebut. Kalau itu bukan simbol agama Nashrani, mengapa dikenakan menjelang dan untuk memeriahkan natal?
Tentu hal yang sama akan diberlakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika melihat pegawai, karyawan, pelayan dan pengemudi muslim mengenakan simbol Nashrani berupa topi santa klaus atau sinterklas.
Karena kita umat Islam pun setuju, itu bukan simbol agama Islam.
Bagaimana jika paksaan? Sesungguhnya pekerjaan di muka bumi itu banyak.
Jika harus keluar dari pekerjaan seperti itu, pasti Allah akan beri ganti yang lebih baik. Karenanya jangan sampai kita menggadaikan agama kita untuk hal yang akan dimurkai Allah azza wa jalla.
“Tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah ‘azza wa jalla, melainkan Allah mengganti dengan yang lebih baik” (HR. Ahmad 5: 78, sanad shahih kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth).
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
-----------------
Perayaan tahun baru masehi memiliki sejarah panjang.
Banyak di antara orang-orang yang ikut merayakan hari itu tidak mengetahui kapan pertama kali acara tersebut diadakan dan latar belakang mengapa hari itu dirayakan.
Kegiatan ini merupakan pesta warisan dari masa lalu yang dahulu dirayakan oleh orang-orang Romawi.
Mereka (orang-orang Romawi) mendedikasikan hari yang istimewa ini untuk seorang dewa yang bernama Janus, The God of Gates, Doors, and Beginnings.
Janus adalah seorang dewa yang memiliki dua wajah, satu wajah menatap ke depan dan satunya lagi menatap ke belakang, sebagai filosofi masa depan dan masa lalu, layaknya momen pergantian tahun. (G Capdeville “Les épithetes cultuels de Janus” inMélanges de l’école française de Rome (Antiquité), hal. 399-400).
Fakta ini menyimpulkan bahwa perayaan tahun baru sama sekali tidak berasal dari budaya kaum muslimin. Pesta tahun baru masehi, pertama kali dirayakan orang kafir, yang notabene masyarakat paganis Romawi.
Acara ini terus dirayakan oleh masyarakt modern dewasa ini, walaupun mereka tidak mengetahui spirit ibadah pagan adalah latar belakang diadakannya acara ini. Mereka menyemarakkan hari ini dengan berbagai macam permainan, menikmati indahnya langit dengan semarak cahaya kembang api, dsb.
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
-----------------
Jin dan malaikat mengetahui perkara ghaib?
Ini adalah anggapan yang keliru karena bertentangan dengan nash Al-Qur’an dan As-Sunnah. Yang benar baik jin maupun malaikat mereka juga tidak mengetahui keghaiban, Allah Ta’ala berfirman ketika menjelaskan kejahilan Jin yang tidak menyadari kematian Nabi Sulaiman ‘alaihis salam :
فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَىٰ مَوْتِهِ إِلَّا دَابَّةُ الْأَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَأَتَهُ ۖ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَنْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِينِ
“Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.” (QS. Saba’ : 14).
Imam Ibnu Katsir menyatakan :
يذكر تعالى كيفية موت سليمان -عليه السلام-، وكيف عَمَّى الله موته على الجانّ المسخرين له في الأعمال الشاقة، فإنه مكث متوكئًا على عصاه
“Allah Ta’ala menyebutkan proses kematian Sulaiman alaihissalam dan proses bagaimana Allah menyembunyikan kematian itu dari pengetahuan jin yang dibuat tunduk kepada Sulaiman untuk melaksanakan pekerjaan berat. Sesungguhnya Sulaiman (wafat dalam keadaan) bersandar pada tongkatnya.” (Tafsir Ibnu Katsir : 6/501).
Referensi: https://bimbinganislam.com/sikap-seorang-mukmin-dan-mitos-berkaitan-dengan-perkara-ghaib/
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
----------------
Dalam Hadits Al-Bukhari no 1014 dan Muslim no 897 diceritakan, bahwa kota Madinah pernah dilanda hujan satu minggu berturut tanpa henti, dari hari jum’at hingga jum’at berikutnya.
Hingga seorang sahabat, memohon kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar berdoa sehingga hujan bisa reda.
Sahabat tersebut berkata :
“Ya Rasulullah, sekarang harta benda musnah, jalan-jalan terputus , Mintalah kepada Allah, agar hujan ini reda”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, pun mengangkat tangannya, lalu berdoa :
اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا، اللَّهُمَّ عَلَى الآكَامِ وَالظِّرَابِ، وَبُطُونِ الأَوْدِيَةِ، وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
Allaahumma hawaalainaa wa laa ‘alainaa, Allahumma ‘alal aakaami wadh dhiroobi, wa buthuunil Audiyati, wa Manaabitisy syajarati.
Inilah doa yang dipanjatkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika itu.
Yang Mana artinya adalah :
“Ya Allah jadikan hujan ini disekitar kami, bukan tepat diatas kami. Ya Allah jadikan hujan ini diatas perbukitan, anak-anak gunung, lembah-lembah, dan perhutanan”.
Inilah doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika itu. Doa agar hujan reda.
Referensi: https://bimbinganislam.com/doa-rasulullah-agar-hujan-reda-disertai-hadits-dan-fiqih-haditsnya/
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
----------------------------------
Menjaga Lisan Dari Banyak Berbicara.
Sepantasnya setiap muslim memperhatikan apa yang dikatakan oleh lisannya, karena bisa jadi seseorang menganggap suatu perkataan hanyalah kata-kata yang ringan dan sepele namun ternyata hal itu merupakan sesuatu yang mendatangkan murka Allah Ta’ala. Hati-hatilah anda terhadap lisan anda. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا نَبِىَّ اللَّهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ فَقَالَ ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِى النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ
“Wahai Rasulullah, apakah kita diazab karena apa yang kita ucapkan?” Muadz bin Jabal bertanya. Maka Rasulullah bersabda, “Bagaimana engkau ini wahai Muadz, bukankah seorang tertelungkup dalam neraka di atas wajahnya tidak lain karena sebab lisannya?” (HR. At-Tirmidzi no. 2616).
Begitu bahayanya petaka lisan, hendaknya sebagai mukmin kita berlimdung kepada Allah dari petaka yang ditimbulkan lisan kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda:
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka katakanlah perkataan yang baik atau jika tidak maka diamlah.” (HR. Al-Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 47)
Referensi: https://bimbinganislam.com/menjaga-lisan-dari-banyak-berbicara/
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
----------------------------------
Banyak-banyaklah membaca dzikir pagi dan petang serta membiasakan diri membaca doa-doa sehari-hari karena dzikir dan doa itu menguatkan jiwa dan hati kita, sehingga ia takkan goyah dengan izin Allah ta’ala tatkala terkena benturan musibah. Allah ta’ala berfirman:
الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّـهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّـهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar-Ra’du : 28).
Referensi: https://bimbinganislam.com/cara-bersabar-dari-musibah-pertama/
Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar