Kamis, 23 Juli 2020

Kajian Tematik | Serial Bulan Dzulhijjah

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 29 Dzulqa'dah 1441 H / 20 Juli 2020 M
👤 Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc
📗 Serial Bulan Dzulhijjah
🔊 Halaqah 01| Amalan Yang Hampir Menyamai Pahala Berjihad
〰〰〰〰〰〰〰

AMALAN YANG HAMPIR MENYAMAI PAHALA BERJIHAD

بسم الله الرحمن الرحيم 
الحمد الله و صلاة و سلم على رسول الله و على أله و أصحابه ومن تبعهم بإحسان الى يوم القيامة أما بعد 

Sahabat Bimbingan Islām, yang semoga selalu dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menciptakan banyak hal yang memiliki kedudukan berbeda. Ada orang mulia, ada orang hina, ada ahli surga, ada ahli neraka, ada orang baik adapula orang jaha. Ada hari yang mulia ada juga hari yang biasa saja, ada bulan mulia ada pula bulan yang biasa saja. 

Hanya saja tidak ada hari dan tidak ada bulan yang ada kesialan padanya. 

Dan tidak terasa kita memasuki sebuah bulan, yang amal shālih akan lebih dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Dan tidak terasa sebentar lagi kita akan memasuki hari-hari yang amal shālih akan lebih dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla daripada amalan yang dilakukan pada hari-hari selainnya (yaitu) 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. 

Kita hidup di dunia ini, ingin mencari apa? 

Pasti jawaban kita, 

√ Kita ingin dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

√ Kita ingin diridhāi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Sahabat Bimbingan Islām. 

Pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, kesempatan untuk dicintai dan diridhāi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan menghampiri kita. 

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ اْلأيَّامِ الْعَشْرِ

"Tidak ada hari yang bisa melebihi kecintaan Allāh Subhānahu wa Ta'āla pada amal shālih yang dilakukan pada 10 hari pertama dibulan Dzulhijjah."
(Hadīts riwayat Abū Dāwūd, Ibnu Mājah, At Tirmidzī dan dishahīhkan oleh Syaikh Albāniy rahimahullāh) 

Dari hadīts ini, kita mengetahui bahwa amal shālih yang dilakukan pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah sangat dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Tidak ada hari-hari yang bisa mengalahkannya. 

Bahkan menurut para ulamā, 10 hari pertama bulan Dzulhijjah (yaitu) pada siang harinya tidak bisa dikalahkan dengan 10 hari siangnya bulan Ramadhān. 

Perlu diingat! Yang kita bicarakan adalah siangnya, adapun malamnya maka pembahasannya berbeda. 

Sehingga ketika kita bersedekah di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah dengan uang 10 ribu, maka akan lebih dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla daripada sedekah 10 ribu diluar 10 hari ini. 

Ketika kita shalāt dhuhur atau shalāt ashar di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah maka akan lebih dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla daripada shalāt dhuhur atau shalāt ashar di luar 10 hari pertama bulan ini. 

Ketika kita puasa sunnah pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah maka akan lebih dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla daripada puasa sunnah di luar 10 hari ini. 

Menurut para ulamā keutamaan ini mencakup seluruh amal shālih (apapun itu) baik puasa, shalāt, sedekah, dzikir dan lain sebagainya. 

Oleh karena itu, ketika disampaikan hadīts ini para shahābat bertanya kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّ

"Wahai Rasūlullāh, apakah pahala jihād fī sabīlillāh juga tidak bisa mengalahkan amal shālih pada hari ini?"

Beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) menjawab:

وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ

"Iya, jihād dijalan Allāh tidak bisa mengalahkannya."

Kemudian Beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) memberikan catatan tambahan:

إِلا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ 

"Kecuali orang yang berjihād fī sabīlillāh dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak ada yang kembali sedikitpun (maksudnya ia mati syahīd).”

Itulah amalan yang dapat mengalahkan kecintaan Allāh yaitu amalan di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. 

Adapun amalan yang lainnya, maka tidak bisa mengalahkannya sesuai dengan sabda Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ini. 

Mari kita memperbanyak do'a. 
Mari kita memperbanyak isti'ānah (meminta pertolongan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla) agar kita dimudahkan, agar kita diberikan taufik untuk menciptakan pundi-pundi pahala amal shālih di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah ini. 
Semoga bermanfaat. 

Wallāhu Ta'āla a'lam bishawāb 

وصلى الله على نبينا محمد
_________
🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 30 Dzulqa’dah 1441 H / 21 Juli 2020 M
👤 Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc.
📗 Serial Bulan Dzuhijjah 
🔊 Halaqah 02 | Menggapai Kekhusyuan Di Dalam Shalat
〰〰〰〰〰〰〰 

بسم الله 
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة أما بعد


Sahabat Bimbingan Islām, rahīmaniy wa rahīmakumullāh.

Tidak terasa sebentar lagi kita akan memasuki bulan Dzulhijjah, salah satu dari bulan haram, salah satu dari bulan yang Allāh muliakan, yang mana amal shālih pada bulan tersebut akan dilipat-gandakan.

Bahkan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah bersumpah, tidak ada amal shālih yang lebih dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang melebihi cinta Allāh kepada amal shālih yang dilakukan pada sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah ini.

Para sahabat pun bertanya,

وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ

"Wahai Rasūlullāh, termasuk lebih utama dari jihād fīsabilillāh?”

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: “Termasuk jihād fī sabilillāh tidak bisa menandingi amalan yang dilakukan di sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah".

Kemudian Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam mengecualikan satu, yaitu :

إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ

"Kecuali orang yang keluar berjihad di jalan Allāh, dengan membawa jiwa dan hartanya, dan tidak ada sedikitpun yang kembali (mati syahid)."
(Hadīts riwayat Al-Bukhāri)

Hanya orang yang berjihād kemudian mati syahid yang tidak bisa ditandingi dengan amalan-amalan bulan ini, artinya amalan-amalan bulan ini sangat istimewa, sangat besar sekali pahalanya.

Dan salah satu amalan yang sering kita lakukan setiap harinya adalah shalāt lima waktu.

Sahabat Bimbingan Islām, rahīmaniy wa rahīmakumullāh.

Syaikh Muhammad bin Shālih Al-'Utsaimin pernah menyatakan bahwa hal terpenting setelah seorang mencontoh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam shalātnya adalah seorang bisa fokus (khusyuk) dalam shalātnya.

Ketika dia shalāt, dia berpikir bahwa dia benar-benar sedang shalāt, pikirannya tidak pergi kemana-mana. Saat dia berdo'a, dia paham (dia sedang berdo'a apa), saat dia membaca bacaan shalāt dia paham bacaan apa yang sedang dia baca, saat dia rukuk dia paham kalau dirinya sedang rukuk, ini yang terpenting yaitu khusyuk. 

Salah satu cara untuk mengetes kekhusyukan shalāt kita adalah dengan instropeksi diri, apakah kita sadar dengan do'a-do'a yang kita panjatkan saat duduk di antara dua sujud.

Saat duduk di antara dua sujud kita berdo'a:

رَبِّ اغْفِرْ لِي ، وَارْحَمْنِي ، وَاجْبُرْنِي ، وَارْفَعْنِي، وَاهْدِنِي، وَعَافِنِي ، وَارْزُقْنِي 

"Yā Allāh ampunilah aku, rahmatilah aku, tutuplah kekuranganku, tinggikanlah derajatku, berilah hidayah (petunjuk) untukku, berilah keselamatan pada diriku, hartaku, badanku, baik dunia maupun akhirat, dan berikanlah kesehatan kepadaku, dan berikanlah rezeki kepadaku."

Tapi pernahkah kita sadar, setiap kali kita selesai shalāt, kita sudah meminta tujuh hal tersebut kepada Allāh dan minimalnya sudah 17 kali dalam sehari kita berdo'a seperti itu. 

Sahabat Bimbingan Islām, rahīmaniy wa rahīmakumullāh.

Saya pribadi mengajak diri pribadi, begitu juga sahabat semuanya untuk instropeksi diri. Di sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah ini, coba kita tes seberapa besar kekhusyukan kita, seberapa paham kita dengan do'a-do'a yang kita panjatkan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dalam shalāt. 

Mungkin kita sudah banyak berdo'a seperti tadi (meminta rezeki, meminta rahmat, meminta ampunan) mungkin do'a kita belum di ijabah oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Urusan kita masih susah, bisa jadi karena kita berdo'a tetapi kita tidak menghadirkan hati.

Dan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam telah menyatakan, 
 
إنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ 

"Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak akan mengijabah do'a dari hati yang lalai dan bermain-main."
(Hadīts riwayat At-Tirmidzī nomor 3479)

Sekali lagi, saya mengajak diri saya pribadi begitu juga kepada teman-teman semua sahabat Bimbingan Islām untuk instropeksi diri.

Sudahkah kita khusyuk dalam shalāt kita dan kita lihat dari do'a duduk di antara dua sujud.

Sudahkah kita paham dan saat selesai shalāt, sudahkah kita merasa berdo'a hal-hal tersebut kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Semoga di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah ini, di waktu yang mulia ini, di saat amalan-amalan sangat utama tidak bisa dikalahkan kecuali dengan jihād kemudian orangnya mati syahid.

Apakah kita berhasil untuk menjadikan shalāt kita, shalāt yang khusyuk? 

Mari kita jadikan shalāt kita menjadi shalāt yang khusyuk tentu dengan memperbanyak do'a kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Karena diri kita lemah dan Allāh lah yang Maha Mampu.

Maka kita berdo'a, 

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

”Yā Allāh, tolong aku untuk menyebut nama-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah yang baik untuk-Mu."

Semoga kita semua diberikan taufīq dan dimudahkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Wallāhu Ta'āla A'lam Bishawāb. 

وصلى الله على نبينا محمد
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
____________________
🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 1 Dzulhijjah 1441 H / 22 Juli 2020 M
👤 Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc.
📗 Serial Bulan Dzulhijjah
🔊 Halaqah 03 | Nasihat Asy-Syaikh Muhammad bin Shālih Al-'Utsaimin rahimahullāh
〰〰〰〰〰〰〰 

بسم الله. 
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 
الْحَمْدُ لله، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رسول الله، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القيامة، أَمَّا بَعْدُ: 

Sahabat Bimbingan Islām, rahīmaniy wa rahīmakumullāh.

Pada pertemuan ini, saya ingin mengisahkan bahwa Syaikh Muhammad bin Shālih Al 'Utsaimin rahimahullāh pernah ditanya, pertanyaannya adalah:

"Beberapa hari lagi kita akan menyambut 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, apa nasehat anda kepada kami semua agar kami bisa menggunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Saya memohon anda berkenan untuk menjelaskan keutamaan dan amalan yang di sunnahkan pada sepuluh hari ini (10 hari pertama bulan Dzulhijjah)?" 

Sahabat Bimbingan Islām, rahīmaniy wa rahīmakumullāh.

Pertanyaan ini intinya ingin bertanya tentang apa saja amalan yang sepatutnya dilakukan pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.

Dan jawaban Syaikh bisa di lihat di website resmi beliau yang berjudul: فضل عشر ذي الحجة (Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah).

Mari kita dengarkan jawaban beliau yang telah saya terjemahan.

Syaikh menjawab: 

1. Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dimulai sejak masuknya bulan dan berakhir pada hari raya Iedul Adha (sore harinya).

2. Keutamaan pada sepuluh hari tersebut, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam telah bersabda, "Tidak ada hari yang amal shālih lebih dicintai Allāh daripada sepuluh hari ini." 

Para shahabat pun bertanya, "Tidak pula jihād wahai Rasūlullāh?" Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam menjawab, "Tidak pula jihād fīsabilillāh, kecuali orang yang keluar berjihād dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak kembali sedikit pun dari keduanya."

Atas dasar ini, kata beliau (rahimahullāh):

⑴ Saya memotivasi saudara-saudaraku (kaum muslimin semua) untuk memanfaatkan kesempatan besar ini dengan sebaik-baiknya. 

⑵ Saya juga mendorong mereka untuk memperbanyak amal shālih di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah ini (seperti) membaca Al Qur'ān, segala jenis dzikir (seperti) takbir, tahlil, tahmid dan tasbih.

√ Takbir: الله الكبر
√ Tahlil: لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ
√ Tahmid: الحمد الله
√ Tasbih: سبحان الله

Memperbanyak kalimat-kalimat ini.

⑶ Kemudian beliau mengatakan demikian pula dengan bersedekah, berpuasa dan semua amal shālih lainnya. "Bersungguh-sungguhlah dalam mengusahakannya," kata beliau rahimahullāh.

⑷ Kemudian beliau rahimahullāh merasa aneh, karena sebagian orang lalai akan sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah ini.

"Kalian akan dapati mereka semangat beramal di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhān akan tetapi di sepuluh pertama bulan Dzulhijjah, hampir-hampir tidak engkau dapati seorang pun yang berusaha mengistimewakannya."

Sehingga apabila seorang manusia melakukan berbagai amal shālih pada siang hari dari sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah ini, "Sungguh ia telah menghidupkan amal shālih yang dibimbingkan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam."

⑸ Kemudian kata beliau, "Apabila engkau telah masuk di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dan engkau ingin berkurban maka janganlah engkau memotong rambut, memotong kuku, memotong kulit yang mengelupas (yang "sisetan" kalau dalam bahasa Jawa). 

Ini semua tidak boleh diambil bagi orang yang memiliki niat untuk berkurban. Maksudnya tidak boleh mengambil rambut, mengambil kuku dan mengambil kulit yang mengelupas tadi. Adapun orang yang kurbannya diberi oleh orang lain, kata beliau: "Tidak perlu meninggalkan larangan ini."

Maksudnya bagaimana? Di kalimat berikutnya beliau rahimahullāh mengatakan:

"Atas dasar inilah apabila ada seorang yang ingin berkurban untuk dirinya sendiri dan juga keluarganya (sebagaimana sunnah yang seharusnya). Maka anggota keluarga tidak harus meninggalkan memotong rambut, tidak harus meninggalkan memotong kuku dan tidak harus meninggalkan memotong kulit yang mengelupas. Hanya yang hendak berkurban yang menjauhi larangan ini yaitu sang ayah."

Ini jawaban Syaikh rahimahullāh.

Kemudian saya pribadi ingin menambahkan, kenapa kita dilarang memotong rambut, memotong kuku atau memotong kulit yang mengelupas selama, apakah hikmahnya? 

Hikmahnya disebutkan oleh Imam An Nawawi rahimahullāh dalam kitāb beliau Al Minhaj Syarah Shahīh Muslim. 

Beliau mengatakan: 

"Ulama kami (Syāfi'iyyah) mengatakan: Dan hikmah larangan memotong rambut, memotong kuku dan memotong kulit yang mengelupas, agar anggota tubuh kita ini masih dalam keadaan sempurna agar nanti semuanya dibebaskan dari neraka."

Itu hikmah yang disebutkan oleh Imam An Nawawi rahimahullāh. Dan beliau menyebutkan beberapa hikmah lainnya tapi ini yang beliau disebutkan dengan: قأل , jelas shighahnya.

Semoga pembahasan ini bermanfaat dan kita akan memberikan kesimpulan. Di sini tadi Syaikh rahimahullāh menyebutkan bahwa:

⑴ Amalan di bulan Dzulhijjah ini dilipat-gandakan.

⑵ Syaikh memberikan dorongan kepada kita semua untuk memperbanyak membaca Al Qur'ān, berdzikir, takbir, tahlil tasbih, bersedekah, berpuasa dan amal shālih yang lainnya.

Syaikh merasa heran kenapa orang-orang tidak mengistimewakan hari ini sebagaimana mengistimewakan sepuluh hari terakhir bulan Ramadhān.

⑶ Apabila seorang ingin berkurban maka dia jangan memotong rambut, memotong kuku dan memotong kulit yang mengelupas. Dan ini khusus untuk orang yang mempunyai niat untuk berkurban, adapun orang yang anggota keluarganya yang di ikut sertakan dalam kurban tersebut tidak perlu menjauhi larangan-larangan ini.

Semoga pembahasan ini bermanfaat.

Wallāhu Ta'āla A'lam Bishawāb. 

وصلى الله على نبينا محمد
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
____________________
🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 2 Dzulhijjah 1441 H / 23 Juli 2020 M
👤 Ustadz Fauzan Abdullah, S.T., M.A.
📗 Serial Bulan Dzulhijjah
🔊 Halaqah 04 | Keutamaan Amal Shalih Pada 10 Hari Di Awal Bulan Dzulhijjah
〰〰〰〰〰〰〰 

بسم الله الرحمن الرحيم 
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 
الحمد الله والصلاة والسلام على رسول الله, أما بعد

Para sahabat yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Alhamdulillāh hari ini kita diberikan kesempatan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla untuk masuk pada fase (masa) yang terbaik, pada hari-hari yang terbaik yaitu 10 (sepuluh) hari di awal bulan Dzulhijjah.

Kita masuk tanggal 1 Dzulhijjah di mana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam beliau memotivasi kita semua untuk beramal shālih sebanyak-banyaknya.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ الْعَشْرِ

"Tidak ada satu hari pun di mana amalan shālih yang dikerjakan di dalamnya lebih baik dan dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla melainkan amalan-amalan yang dikerjakan pada sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah"

Maka sahabat bertanya:

فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

"Wahai Rasūlullāh, tidak juga jihād fī sabilillāh?"

Kemudian Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menjawab: 

وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ ‏

"Kecuali seseorang yang dia pergi berjihād fī sabilillāh membawa harta dan jiwanya kemudian tidak kembali sedikitpun keduanya (mati syahid)"
(Hadīts riwayat At-Tirmidzī nomor 757 dan Abū Dāwūd secara marfu')

Orang yang berjihād fīsabilillah kemudian dia mati syahid maka itulah yang dapat menandingi amalan-amalan shālih yang dikerjakan pada 10 (sepuluh) awal bulan Dzulhijjah.

Dari hadīts ini kita ketahui bahwasanya amalan-amalan yang dikerjakan di 10 (sepuluh) hari, awal bulan Dzulhijjah adalah amalan yang luar biasa, sehingga para sahabat sendiri merasa bahwa amalan jihād adalah yang paling besar. Sehingga mereka bertanya kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Oleh karena itu dalam satu kesempatan syaikh Utsaimin bertanya kepada hadirin, "Ada seorang yang shalāt dua raka'at di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhān dan ada seorang yang shalāt raka'at nafilah di 10 (sepuluh) hari awal bulan Dzulhijjah, mana yang lebih baik?" 

Beliau (Syaikh Utsaimin) mengatakan : 

"Yang lebih afdhal dan lebih baik adalah yang shalāt dua raka'at di awal 10 (sepuluh) hari bulan Dzulhijjah"

Beliau mengatakan, 

"Ini adalah suatu yang aneh bagi orang-orang yang awam, akan tetapi bukan sesuatu yang aneh bagi ahli ilmu, karena mereka mengetahui tentang keutamaan 10 (sepuluh) hari awal bulan Dzulhijjah"

Oleh karena itu kata beliau,

"Oleh karena itu wajib bagi ahlul ilmi untuk terus menerangkan kepada orang-orang awam tentang keutamaan dari 10 (sepuluh) hari awal bulan Dzulhijjah, karena 10 (sepuluh) hari awal bulan Dzulhijjah lebih utama daripada 10 (sepuluh) hari di akhir bulan Ramadhān"

Walaupun di sana ada khilāf tentang malamnya akan tetapi secara umum para ulama bersepakat bahwa 10 (sepuluh) hari di awal bulan Dzulhijjah lebih utama daripada 10 (sepuluh) hari di akhir bulan Ramadhān.

Oleh karena itu para sahabat yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Pada 10 (sepuluh) hari di awal bulan Dzulhijjah ini kita berlomba-lomba, kita bersegera untuk melaksanakan apa yang kita kerjakan untuk melakukan yang terbaik di 10 (sepuluh) hari di awal bulan Dzulhijjah ini dengan berbagai macam ibadah-ibadah yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla perintahkan kepada kita.

Tatkala kita niatkan dengan ibadah dan kita sadar bahwa sepuluh hari di awal bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang luar biasa yang Allāh berikan kenikmatan ini kepada kita, memberikan kesempatan kepada kita semua.

Maka sangat merugi seseorang yang dia melalaikan kesempatan yang Allāh berikan kepada kita ini. 

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan taufīq kepada kita semua agar kita berlomba-lomba, agar kita bersemangat, agar kita mengembalikan niat atau meniatkan segala aktifitas kita bahkan dalam pekerjaan kita, niatkan agar ia adalah ibadah. 

Kita menunaikan amanah dengan sebaik mungkin, dan kita berusaha bersungguh-sungguh di semua waktu kita untuk beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, beramal shālih, bersedekah, shalāt, kita membaca Al-Qur'ān, kita bertutur kata yang baik, kita menolong orang lain, kita melakukan semua amal kebaikan.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla melipat gandakan dan menerima amalan-amalan kita semua.

Semoga yang sedikit ini bermanfaat.

و صلى الله على نبينا محمد و على آله وصحبه و سلم
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

Akhukum Fīllāh 
Fauzan Abdullāh 
____________________________
🌍 BimbinganIslam.com
Jumat, 3 Dzulhijjah 1441 H / 24 Juli 2020 M
👤 Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc.
📗 Serial Bulan Dzulhijjah
🔊 Halaqah 05 | Puasa Dan Doa Pada Hari Arafah
〰〰〰〰〰〰〰 

KEUTAMAAN BERPUASA DAN BERDOA PADA HARI ARAFAH

بسم الله 
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة أما بعد


Sahabat Bimbingan Islām, rahīmaniy wa rahīmakumullāh yang semoga dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Pada beberapa kesempatan yang lalu kita sudah membahas tentang belajar khusyuk di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. 

Dan salah satu caranya adalah dengan menginstropeksi diri, apakah sudah mengingat, sudah sadar (meresapi maknanya):

- Ketika mengucapkan: رَبِّ اغْفِرْ لِي

- Ketika mengucapkan: وَارْحَمْنِي

- Ketika mengucapkan: وَاجْبُرْنِي

- Ketika mengucapkan: وَارْفَعْنِي

- Ketika mengucapkan: وَاهْدِنِي

- Ketika mengucapkan: وَعَافِنِي

- Ketika mengucapkan: وَارْزُقْنِي

Setelah shalāt, kita cek berapa kata yang kita sudah sadar. Dan sering kali kita niat ingin sadar ketika membaca do'a-do'a tersebut akan tetapi sering kali kita dapati ternyata ada beberapa kata yang terlewatkan.

Nah yang terlewatkan itu, terus kita koreksi terus, sampai kita bisa belajar shalāt dengan khusyuk. 

Syaikh Sulaimān Ar Ruhaili hafizhahullāh ta'āla berkata, "Kita tidak akan bisa shalāt dengan khusyuk kecuali kita bersabar dalam waktu yang lama dan dengan perjuangan keras, karena syaithan tidak rela kita shalāt dengan khusyuk."

Pada kesempatan kali ini kita tidak akan membahas secara detail hal tersebut. Kita akan beralih pada amalan lain yang berkaitan dengan bulan Dzulhijjah yaitu tentang puasa 10 (sepuluh) hari di bulan Dzulhijjah.

Kata 10 (sepuluh) di sini jika berkaitan dengan puasa maksudnya adalah 9 (sembilan) hari, karena ada hadīts Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang menyatakan bahwa hari raya Iedul Fitri, Iedul Adha dan Hari Tasyrik kita diharamkan untuk berpuasa.

Jadi maksud dari puasa 10 (sepuluh) hari bulan Dzulhijjah adalah puasa 9 (sembilan) hari.

Syaikh Bin Bazz rahimahullāh mengatakan:

صوم العشر، يعني معناها: التسع، يأتي آخرها يوم عرفة، وصيامها مستحب

"Puasa 10 (sepuluh) hari maksudnya adalah puasa 9 (sembilan) hari, dan hari terakhirnya adalah hari Arafah dan puasa pada hari tersebut hukumnya sunnah.”

Kemudian, terkait puasa 10 (sepuluh) hari di awal bulan Dzulhijjah:

Apakah ini bukan bid'ah, ustadz?

Apakah ada contoh dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, ustadz?

Apabila ada yang bertanya seperti itu, kita akan jawab dengan jawaban yang disampaikan oleh Syaikh Bin Bazz ketika ada pertanyaan kepada beliau, "Apa pendapat anda terkait orang yang mengatakan bahwa puasa 10 (sepuluh) hari di awal bulan Dzulhijjah adalah bid'ah?"

Syaikh Bin Bazz rahimahullāh mengatakan:

"Ini orang bodoh, perlu diajari. Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sendiri yang telah mengistimewakan amalan pada hari-hari ini. Dan puasa termasuk dari amal shālih (masuk dari amalan)."

Kemudian beliau membawakan hadīts tentang keutamaan amal shālih pada 10 (sepuluh) siang awal bulan Dzulhijjah. Dari 10 (sepuluh) puasa dan yang di maksud adalah 9 (sembilan) yaitu tanggal 1 Dzulhijjah sampai 9 Dzulhijjah saja. 

Yang paling afdhal (utama) yaitu puasa hari Arafah (9 Dzulhijjah), dimana orang-orang melakukan wuquf di padang Arafah.

Yang mana secara khusus Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menyatakan:

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ

"Puasa hari Arafah, aku berharap Allāh akan menghapus dosa-dosa setahun yang telah lalu dan setahun yang akan datang.” (Hadīts Muslim nomor 1162)

⇒Jadi puasa yang paling afdhal dari tanggal 1 sampai 9 Dzulhijjah adalah puasa Arafah tanggal 9 Dzulhijjah. 

Apabila bisa mengerjakan puasa dari tanggal 1 sampai 9 Dzulhijjah maka bagus. 

Kalau tidak bisa semuanya, kebanyakan harinya, tidak bisa 7 hari, tidak bisa 5 hari, tidak bisa 3 hari, setidaknya puasa 1 hari. Yaitu puasa tanggal 9 (sembilan) Dzulhijjah atau puasa hari Arafah.

⇒ Puasa tanggal 9 Dzulhijjah (puasa Arafah) adalah sunnah mustahab.

Kalau ada orang yang tidak berpuasa pada tanggal 9 Dzulhijjah, dia tidak berdosa hanya saja dia terlewatkan dari pahala yang sangat besar ini.

Ada hari dimana do'a mustajab, yaitu hari Arafah. Jangan sampai kita lupakan. Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata:

أَفْضَلُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ 

"Sebaik-baik do'a adalah do'a-do'a pada hari Arafah.” (Hadīts riwayat Imam Mālik dan dihasankan oleh Syaikh Al Albāniy rahimahullāh)

Hadīts ini menunjukkan bahwa hari Arafah adalah hari terbaik untuk kita berdo'a kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Saat kita ada masalah, saat kita memerlukan solusi, saat kita sedang terhimpit, maka tanggal 9 Dzulhijjah (hari Arafah) merupakan kesempatan untuk berdo'a.

Dan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata:

لا يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلَّا الدُّعَاءُ

"Tidak ada yang bisa menolak takdir kecuali do’a." (Hadīts riwayat At Tirmidzī, Ibnu Mājah)

Do'alah yang bisa mengubah keadaan kita dari sakit menjadi sembuh, dari susah menjadi mudah dan lain sebagainya. Maka kita harus banyak-banyak berdo'a.

Inilah pembahasan kita pada kesempatan kali ini, semoga bermanfaat.

Wallāhu Ta'āla A'lam Bishawāb.

وصلى الله على نبينا محمد
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
________
🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 4 Dzulhijjah 1441 H / 25 Juli 2020 M
👤 Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc.
📗 Serial Bulan Dzulhijjah
🔊 Halaqah 06 | Ibadah Qurban
〰〰〰〰〰〰〰 

IBADAH QURBAN

بسم الله 
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة أما بعد


Sahabat Bimbingan Islām, rahīmaniy wa rahīmakumullāh.

Pada kesempatan kali ini kita akan membahas salah satu ibadah yang agung pada tanggal 10 Dzulhijjah. Ibadah ini akan di mulai atau dilakukan setelah orang-orang melakukan shalāt Iedul Adha yaitu ibadah kurban.

▪IBADAH KURBAN 

Seorang menyembelih hewan dari 8 hewan. Boleh sapi, unta, kambing maupun domba, jantan atau betina, hanya boleh dari jenis hewan ini saja. Jika seseorang berkurban dengan selain yang 8 ini, misal kuda atau rusa, maka kurbannya tidak sah.

Pahala berkurban lebih baik daripada pahala bersedekah. Misalkan kita berkurban dengan kambing seharga 5 juta. Maka pahalanya di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla lebih utama (lebih besar) daripada kita bersedekah kepada orang miskin atau kepada orang yang membutuhkan senilai 5 juta rupiah.

Harus kita pahami bahwa pahala berkurban lebih besar daripada pahala bersedekah walaupun dengan nilai yang sama.

Berkurban hukumnya sunnah muakadah (sunnah yang sangat ditekankan) menurut jumhur ulama. Dan sebagian ulama bahkan mengatakan hukumnya wajib bagi orang-orang yang mampu, karena di dalam Al Qur'ān ibadah kurban disandingkan dengan shalāt.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ

"Maka laksanakanlah shalāt karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allāh).” 
(QS Al Kautsar:2)

Ada sebuah riwayat yang menyatakan bahwa dahulu pernah ada shahabat yang menyembelih kurbannya sebelum dilaksanakan shalāt Iedul Adha, kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam memerintahkan shahabat tersebut untuk menyembelih kurban lagi sebagai ganti.

Dan sebagian mengatakan bahwa berdasarkan riwayat ini hukumnya menjadi wajib. Kalau tidak wajib, kenapa Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menyuruh shahabat tadi mengganti (mengulangi) menyembelih kurban. 

⇒ Sebagian ulama mengatakan seperti itu.

Sekali lagi, ada perdebatan atau khilāf di antara para ulama, ada yang mengatakan sunnah muakadah dan ada yang mengatakan wajib. 

Dan sebaiknya bagi kita yang mampu, jangan sampai meninggalkan ibadah yang wajib ini, karena apapun yang kita sedekahkan di jalan Allāh, Allāh akan menggantinya. 

⇒ Itu keimanan yang harus ada dalam hati kita.

Sahabat Bimbingan Islām, rahīmaniy wa rahīmakumullāh.

Berkurban disyariatkan untuk orang yang masih hidup. Ini yang harus kita pahami! Jangan sampai kita berkurban untuk orang yang sudah meninggal akan tetapi yang masih hidup tidak dilaksanakan kurbannya.

Misalkan dalam satu tahun hanya bisa kurban satu hewan tapi berkurban untuk orang yang sudah meninggal. 

√ Syaikh Sulaimān Ar Ruhaili hafizhahullāh mengatakan, "Perlu di larang orang seperti ini."

√ Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan, "Orang ini telah meninggalkan yang lebih utama." Misalkan ada gaji 5 juta dan 1 juta, maka orang ini memilih gaji yang 1 juta. 

Syaikh Sulaimān rahimahullāh mengatakan berkurban untuk orang yang sudah meninggal ada 4 hukumnya.

Yaitu :

⑴ Apabila orang yang meninggal tersebut sudah berwasiat dan meninggalkan uang (sebelum meninggal), maka wajib untuk dilaksanakan wasiatnya (kurban atas namanya).

⑵ Apabila dia berwasiat tapi tidak meninggalkan uang, maka hukummya mustahab (dianjurkan) disunnahkan untuk melaksanakan wasiatnya.

⑶ Apabila tidak berwasiat, tiba-tiba ada seorang yang ingin menyembelihkan bagi orang yang meninggal tersebut dan dia juga menyembelih untuk orang-orang yang masih hidup (dia dan keluarganya), maka ini diperbolehkan (hukumnya boleh).

⑷ Apabila seorang dengan sukarela mengkurbankan atau berkurban untuk orang yang sudah meninggal tanpa ada wasiat atau tanpa ada apa-apa dan dia tidak berkurban untuk diri sendiri dan tidak berkurban untuk orang-orang yang masih hidup maka ini perlu dilarang.

⇒ Jadi berkurban adalah syari'at untuk orang yang masih hidup.

Kemudian pahala berkurban ini bisa diniatkan untuk orang banyak. Kita bisa berkurban satu kambing untuk orang satu rumah pahalanya. Saya, istri, anak-anak bahkan bisa dimasukan juga orang yang tidak seatap dengan kita, misalnya bapak kyai, ustadz ini ustadz itu, ulama ini ulama itu. Bahkan kata Syaikh Ibnu Al Utsaimin, boleh seseorang berkurban untuk dirinya sendiri dan seluruh ulama Islām. Apabila dikaitkan dengan pahalanya.

Adapun kalau berkaitan dengan kepemilikan atau iuran, misalnya 10 orang masing-masing iuran 200 ribu, kemudian dibelikan satu ekor kambing untuk berkurban, maka hal seperti ini tidak diperbolehkan. Kurbannya tidak sah dan tidak dianggap sebagai kurban.

Jadi kalau iuran untuk membeli satu ekor kambing tidak bisa, tetapi kalau berkurban dengan satu ekor kambing untuk orang banyak dan pahalanya untuk orang banyak maka ini bisa.

Ini pembahasan kita tentang berkurban.

⑴ Pahala berkurban lebih utama dari pahala bersedekah.

⑵ Hukum berkurban adalah sunnah muakadah menurut jumhur dan sebagian ulama mengatakan wajib (sebaiknya kita yang mampu hendaknya berkurban).

⑶ Berkurban disyari'atkan untuk orang yang masih hidup bukan orang yang sudah meninggal.

⑷ Pahala berkurban dapat diniatkan untuk banyak orang, tetapi iurannya harus sesuai dengan aturan. Kambing untuk satu orang, sapi atau unta bisa sampai 7 orang.

Semoga bermanfaat.

Wallāhu Ta'āla A'lam Bishawāb.

وصلى الله على نبينا محمد
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
____________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar