Senin, 12 November 2018

Artikel Artikel Islam_2

KOPERASI YANG DIPERBOLEHKAN

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ 
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه

Ustadz, saya mau bertanya tentang koperasi. Sekarang saya membina prakoperasi di lingkungan saya. Kita punya komitmen prakoperasi hasilnya tidak riba. Iuran wajibnya 10.000 setiap bulan. Uang yang terkumpul di gunakan untuk :

1. Pinjaman modal usaha dengan bagi hasil 60% dari hasil usaha untuk yang menjalankan usaha dan 40% dari hasil usaha untuk pra koperasi.

2. Pinjaman sosial yaitu anggota yang mengalami musibah, misalnya sakit, pinjam untuk berobat 500.000, diangsur 100.000 setiap bulan selama 5 bulan.

3. Pinjaman konsumtif, maksudnya anggota meminjam untuk keperluannya. Pinjaman konsumtif ini dikenakan administrasi di awal. Untuk pinjaman 0-1 juta, biaya admin 50.000, pinjaman diangsur 100.000 perbulan selama 10 bulan. Untuk pinjaman 1-2 juta, biaya admin 100.000, misal pinjam 2 juta, biaya admin 100.000, angsuran 200.000 perbulan selama 10 bulan.

Apakah model prakoperasi seperti itu dibolehkan dalam syariat Islam ustadz? Mohon bimbingan agar prakoperasi yang kami laksanakan bermanfaat. Anggota prakoperasi sekarang 100 anggota. Setiap 2 tahun pengurusnya dipilih ulang.

Jazaakallahu khairan ustadz..

Jawaban

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillāh
Washshalātu wassalāmu 'alā rasūlillāh, wa 'alā ālihi wa ash hābihi ajma'in.

Point 1. Jika untung rugi ditanggung bersama (peminjam dan juga koperasi), maka boleh.

Point 2. InsyaAllah tidak mengapa karena murni pinjaman dan murni tindakan sosial.

Point 3. Jika dikenakan administrasi di awal, maka itu riba berdasarkan kaidah.

Kullu qardhin jarro naf'an fahuwa riba
Setiap pinjaman yang disyaratkan kemanfaatan, maka ia riba.

Wallahu a'lam.

Dijawab dengan ringkas oleh :
👤 Ustadz Abul Aswad Al-Bayaty حفظه الله
~~~~~~~~~~~~~~~~~~

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Ayat-Ayat Al Qur’an Sebagai Penyembuh

Semua ayat Al-Qur`an adalah obat yang bisa menyembuhkan. Namun, ada beberapa ayat atau surat dari Al-Qur`an yang lebih dikhususkan karena memiliki keutamaan sebagai obat penyembuh, misalnya surat Al-fatihah. Allah berfirman:

ﻭَﻧُﻨَﺰّﻝُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺷِﻔَﺂﺀٌ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔٌ ﻟّﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَﻻَ ﻳَﺰِﻳﺪُ ﺍﻟﻈّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﺇَﻻّ ﺧَﺴَﺎﺭﺍً

“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (QS. Al-Israa’: 82).

Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqith menjelaskan bahwa maksud obat dalam ayat ini adalah obat untuk penyakit fisik dan jiwa. Beliau berkata:

ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺷِﻔَﺎﺀٌ ﻳَﺸْﻤَﻞُ ﻛَﻮْﻧَﻪُ ﺷِﻔَﺎﺀً ﻟِﻠْﻘَﻠْﺐِ ﻣِﻦْ ﺃَﻣْﺮَﺍﺿِﻪِ ; ﻛَﺎﻟﺸَّﻚِّ ﻭَﺍﻟﻨِّﻔَﺎﻕِ ﻭَﻏَﻴْﺮِ ﺫَﻟِﻚَ ، ﻭَﻛَﻮْﻧَﻪُ ﺷِﻔَﺎﺀً ﻟِﻠْﺄَﺟْﺴَﺎﻡِ ﺇِﺫَﺍ ﺭُﻗِﻲَ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﺑِﻪِ ، ﻛَﻤَﺎ ﺗَﺪُﻝُّ ﻟَﻪُ ﻗِﺼَّﺔُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺭَﻗَﻰ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞَ ﺍﻟﻠَّﺪِﻳﻎَ ﺑِﺎﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔِ ، ﻭَﻫِﻲَ ﺻَﺤِﻴﺤَﺔٌ ﻣَﺸْﻬُﻮﺭَﺓٌ

“Obat yang mencakup obat bagi penyakit hati/jiwa, seperti keraguan, kemunafikan, dan perkara lainnya. Bisa menjadi obat bagi jasmani jika dilakukan ruqyah kepada orang yang sakit. Sebagaimana kisah seseorang yang terkena sengatan kalajengking diruqyah dengan membacakan Al-Fatihah. Ini adalah kisah yang shahih dan masyhur” (Tafsir Adhwaul Bayan).

Kisah Pengobatan Penyakit Jasmani Menggunakan Al Qur’an

Berikut kisah pengobatan penyakit fisik/jasmani dengan menggunakan Al-Fatihah. Kisah ini berasal dari sahabat Abu Sa’id Al-Khudri yang sedang mengobati dengan membacakan bacaan ruqyah kepada orang yang hampir lumpuh karena terkena sengatan kalajengking. Beliau menggunakan Al-Fatihah sebagai bacaan ruqyah dan ternyata atas izin Allah hal tersebut berhasil menyembuhkannya.
Berikut kisahnya dalam hadits,

ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻰ ﺳَﻌِﻴﺪٍ ﺍﻟْﺨُﺪْﺭِﻯِّ ﺃَﻥَّ ﻧَﺎﺳًﺎ ﻣِﻦْ ﺃَﺻْﺤَﺎﺏِ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻓﻰ ﺳَﻔَﺮٍ ﻓَﻤَﺮُّﻭﺍ ﺑِﺤَﻰٍّ ﻣِﻦْ ﺃَﺣْﻴَﺎﺀِ ﺍﻟْﻌَﺮَﺏِ ﻓَﺎﺳْﺘَﻀَﺎﻓُﻮﻫُﻢْ ﻓَﻠَﻢْ ﻳُﻀِﻴﻔُﻮﻫُﻢْ . ﻓَﻘَﺎﻟُﻮﺍ ﻟَﻬُﻢْ ﻫَﻞْ ﻓِﻴﻜُﻢْ ﺭَﺍﻕٍ ﻓَﺈِﻥَّ ﺳَﻴِّﺪَ ﺍﻟْﺤَﻰِّ ﻟَﺪِﻳﻎٌ ﺃَﻭْ ﻣُﺼَﺎﺏٌ . ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻧَﻌَﻢْ ﻓَﺄَﺗَﺎﻩُ ﻓَﺮَﻗَﺎﻩُ ﺑِﻔَﺎﺗِﺤَﺔِ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ ﻓَﺒَﺮَﺃَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﻓَﺄُﻋْﻄِﻰَ ﻗَﻄِﻴﻌًﺎ ﻣِﻦْ ﻏَﻨَﻢٍ ﻓَﺄَﺑَﻰ ﺃَﻥْ ﻳَﻘْﺒَﻠَﻬَﺎ . ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺣَﺘَّﻰ ﺃَﺫْﻛُﺮَ ﺫَﻟِﻚَ ﻟِﻠﻨَّﺒِﻰِّ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ .- ﻓَﺄَﺗَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰَّ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻓَﺬَﻛَﺮَ ﺫَﻟِﻚَ ﻟَﻪُ . ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪِ ﻣَﺎ ﺭَﻗَﻴْﺖُ ﺇِﻻَّ ﺑِﻔَﺎﺗِﺤَﺔِ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ . ﻓَﺘَﺒَﺴَّﻢَ ﻭَﻗَﺎﻝَ ‏« ﻭَﻣَﺎ ﺃَﺩْﺭَﺍﻙَ ﺃَﻧَّﻬَﺎ ﺭُﻗْﻴَﺔٌ ‏» . ﺛُﻢَّ ﻗَﺎﻝَ ‏« ﺧُﺬُﻭﺍ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻭَﺍﺿْﺮِﺑُﻮﺍ ﻟِﻰ ﺑِﺴَﻬْﻢٍ ﻣَﻌَﻜُﻢْ »

“Dari Abu Sa’id Al-Khudri, bahwa ada sekelompok sahabat Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– dahulu berada dalam perjalanan safar, lalu melewati suatu kampung Arab. Kala itu, mereka meminta untuk dijamu, namun penduduk kampung tersebut enggan untuk menjamu. Penduduk kampung tersebut lantas berkata pada para sahabat yang mampir, ‘Apakah di antara kalian ada yang bisa meruqyah karena pembesar kampung tersebut tersengat binatang atau terserang demam.’ Di antara para sahabat lantas berkata, ‘Iya ada.’ Lalu ia pun mendatangi pembesar tersebut dan ia meruqyahnya dengan membaca surat Al-Fatihah. Pembesar tersebut pun sembuh. Lalu yang membacakan ruqyah tadi diberikan seekor kambing, namun ia enggan menerimanya -dan disebutkan, ia mau menerima sampai kisah tadi diceritakan pada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu ia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan kisahnya tadi pada beliau. Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku tidaklah meruqyah kecuali dengan membaca surat Al-Fatihah.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas tersenyum dan berkata, ‘Bagaimana engkau bisa tahu Al-Fatihah adalah ruqyah?’ Beliau pun bersabda, ‘Ambil kambing tersebut dari mereka dan potongkan untukku sebagiannya bersama kalian’” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kesembuhan Dari Al Qur’an Tergantung Kadar Keimanan

Keberhasilan pengobatan dengan Al-Qur`an sangat terkait dengan keimanan, kalau tidak sembuh bukan Al-Qur`annya yang salah, tetapi keimanan orang yang menggunakan Al-Quran yang kurang. Bisa jadi ada orang yang terlihat shalih tetapi kita tidak tahu keimanannya. Hal ini mencakup baik yang mengobati dan yang diobati. Jadi jika ada orang yang terkena penyakit karena disengat kalajengking atau yang lebih ringan misalnya disengat tawon, kemudian ada yang membacakan Al-Fatihah namun ternyata tidak sembuh. Maka jangan salahkan Al-Fatihah jika tidak sembuh, tetapi salahkan tangan lemah yang tidak mahir memegang pedang tajam. Jika iman, amal, dan tawakkal sebaik Abu Sa’id Al-Khudri maka kita bisa berharap penyakit tersebut sembuh.
Ada beberapa ayat lainnya yang juga memiliki keutamaan sebagai obat dari penyakit fisik dan jiwa, misalnya surat Al-Muwadzatain, Al-Falaq, An-Naas, dan ayat kursi untuk mengobati sihir. Selain itu, masih banyak ayat lain yang memiliki keutamaan masing-masing. Demikian semoga bermanfaat.
@Yogyakarta Tercinta
Penulis: dr. Raehanul Bahraen
Artikel Muslim.or.id
_____________________________________________

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
 
MAJELIS  DZIKIR

Majelis dzikir adalah rumah sakit untuk pengobatan penyakit hati, sebagaimana rumahe sakit dunia merupakan tempat pengobatan penyakit fisik.
Ia adalah tempat rekreasi bagi hati orang-orang yang beriman untuk mencari hiburan berupa menyimak kata-kata hikmah, sebagaimana pandangan ahli dunia bersenang-senang menikmati pemandangan taman-taman dan kebun-kebunnya.

Latha'iful Ma'arif karya Ibnu Rajab Al-Hanbali, hal. 144
□□□□■■■■□□□□

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

ISTIQOMAHLAH


Allah Subhanahu Wa Ta'ala  berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ  الْمَلٰٓئِكَةُ اَ لَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَـنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ  تُوْعَدُوْنَ

"Sesungguhnya orang-orang yang berkata, 'Tuhan kami adalah Allah' kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu".
(Q.S. Fussilat [41]: 30).

☘ Dari Abu Amru - ada pula yang mengatakan Abu Amrah - Sufyan bin Abdullah Ats-Tsaqafi rahimahullah, ia berkata:

“Wahai Rasulullah, katakanlah suatu perkataan kepadaku tentang Islam yang aku tidak akan menanyakan lagi kepada seorang pun selain anda. Beliau bersabda: 'katakanlah, aku beriman kepada Allah, kemudian istiqomahlah'." (H.R. Muslim no. 38)
¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

DOA YANG PALING BERMANFAAT

⭕ Ibnul Qayyim rahimahullah berkata bahwa Ibnu Taimiyyah
berkata :

ﺗﺄﻣَّﻠﺖُ ﺃﻧﻔﻊ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻓﺈﺫﺍ ﻫﻮ ﺳﺆﺍﻝ ﺍﻟﻌﻮﻥ ﻋﻠﻰ ﻣﺮﺿﺎﺗﻪ، ﺛﻢ ﺭﺃﻳﺘﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻔﺎﺗﺤﺔ ﻓﻲ

“Aku meneliti tentang do'a yang paling bermanfaat, ternyata ialah do'a memohon pertolongan atas keridhoan Allah. Kemudian aku melihat do'a itu terdapat dalam surat al-Fatihah pada ayat:

ﺍِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﻌْﺒُﺪُ ﻭَﺍِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻦ

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan".  (QS. Al-Fatihah 5).

Madarijus Salikin, 1/78
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Istiqomah

AYAT TERBERAT UNTUK NABI SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM

Oleh
Ustadz Abu Ahmad Said Yai

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Maka tetaplah kamu (pada jalan yang benar), sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat bersama kamu. Dan janganlah kalian melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kalian kerjakan [Hûd/11: 112]

RINGKASAN TAFSÎR[1]
(Maka tetaplah kamu [pada jalan yang benar]), yaitu beristiqomahlah kamu, (sebagaimana diperintahkan kepadamu) di dalam kitab-Nya, ber‘aqîdahlah yang benar, beramal solehlah dan tinggalkan kebatilan tanpa menyimpang ke kiri ataupun ke kanan dan terus meneruslah dalam keadaan seperti itu sampai kamu wafat. (dan [juga] orang yang telah bertaubat bersama kamu), yaitu para Sahabat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan kaum Mukminin, agar kalian mendapatkan balasan yang baik kelak di hari Perhitungan (yaumul-hisâb) dan hari Pembalasan (yaumul-jazâ’).

(Dan janganlah kalian melampaui batas), dengan berlebih-lebihan dari batas-batas yang telah ditentukan oleh Allâh Azza wa Jalla , baik di dalam keyakinan maupun amal.

(Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kalian kerjakan) Dia (Allâh Azza wa Jalla ) tidak akan pernah lalai terhadap apa yang kalian kerjakan dan Maha mengetahui segala sesuatu yang disembunyi-sembunyikan, meskipun tidak tampak di hadapan manusia.

AYAT TERBERAT MENURUT NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM
Ayat di ataslah yang menurut Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sangat berat untuk dilaksanakan.

Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma berkata:

مَا نُزِّلَ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ- آيَةً هِيَ أَشَدُّ وَلَا أَشَقُّ مِنْ هذِهِ الآيَةِ عَلَيْهِ، وَلِذلِكَ قَالَ لِأَصْحَابِه حِيْنَ قَالُوْا لَه: لَقَدْ أَسْرَعَ إِلَيْكَ الشَّيْبُ! فَقَالَ : شَيَّبَتْنِيْ هُوْدٌ وَأَخْوَاتُهَا

Tidaklah ada satu ayat pun yang diturunkan kepada Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam yang lebih berat dan lebih susah daripada ayat ini. Oleh karena itu, ketika beliau ditanya, ‘Betapa cepat engkau beruban’, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Sahabatnya, ‘Yang telah membuatku beruban adalah surat Hûd dan surat-surat semisalnya[2]

MENGAPA AYAT TERSEBUT DIANGGAP SANGAT BERAT OLEH NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM?
Karena pada ayat tersebut mengandung perintah untuk beristiqomah. Sebenarnya seperti apakah istiqomah yang dimaksudkan, sehingga Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sampai merasa sangat berat ketika mendapatkan perintah tersebut? Inilah yang menjadi bagian pembahasan artikel ini, serta penulis menambahkannya dengan sebab-sebab agar bisa beristiqomah, cara termudah untuk beristiqomah, hal-hal yang dapat merusak dan menghalangi sikap istiqomah serta keutamaan orang yang beristiqomah.

PENGERTIAN ISTIQOMAH
Beratnya perintah beristiqomah dapat dimengerti melalui definisi beberapa ulama berikut ini :

1. Abu Bakr Ash-Shiddîq Radhiyallahu anhu ketika menafsirkan (tsummas-taqâmû): “Tidak berbuat syirik terhadap Allâh Azza wa Jalla dengan segala apapun.”[3]

2. ‘Umar bin Khaththâb Radhiyallahu anhu : “Istiqâmah adalah lurus pada ketaatan (melaksanakan perintah) dan menjauhi larangan, serta tidak belok (ke kiri dan ke kanan) seperti beloknya serigala.” [4]

3. Abul-Qâsim al-Qusyairi rahimahullah : “Istiqâmah adalah suatu derajat yang dengannya segala urusan (agama) menjadi sempurna dan dengannya akan didapatkan kebaikan-kebaikan dan keteraturan.” [5]

4. An-Nawawi rahimahullah : “Lurus di atas ketaatan sampai diwafatkan dengan keadaan seperti itu.”[6]

5. Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah : “Menapaki jalan yang lurus, yaitu agama yang lurus, tanpa berbelok-belok ke kanan dan ke kiri. Termasuk di dalamnya adalah mengerjakan seluruh perbuatan taat, secara lahir dan batin dan meninggalkan seluruh larangan seperti itu pula.”[7]

HAKEKAT ISTIQOMAH
Dari definisi-definisi (pengertian-pengertian) di atas kita bisa menarik kesimpulan bahwa hakekat istiqâmah meliputi hal-hal berikut:

1. Mentauhidkan Allâh Azza wa Jalla dan tidak berbuat syirik
2. Berjalan di atas kebenaran (agama yang haq).
3. Melaksanakan segala perintah, baik yang wâjib maupun yang sunnah, secara lahir dan batin.
4. Meninggalkan segala larangan, baik yang haram maupun yang makrûh.
5. Teratur dalam mengerjakan ketaatan.
6. Terus-menerus dalam keadaan seperti itu, tidak belok ke kanan maupun ke kiri sampai ajal menjemput.

Dan sekali lagi sebagai penekanan, tampak jelas sulit dan beratnya beristiqomah yang terwujud dengan melakukan ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla secara kontinyu, padahal manusia mengalami pasang-surut keimanan dan menghadapi berbagai macam fitnah duniawi yang sangat berpotensi melunturkan semangat beristiqomah.

KEUTAMAAN ORANG YANG BERISTIQOMAH
Keutamaan orang yang bisa ber-istiqâmah sangat banyak sekali. Akan tetapi, secara umum keutamaan tersebut tercantum pada tiga ayat berikut:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ﴿٣٠﴾نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۖ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ﴿٣١﴾نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allâh” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (ber-istiqâmah), maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan Jannah yang telah dijanjikan oleh Allâh kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari (Rabb) yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang [Fushshilat/41:30-32]

Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata [8] , “…Oleh karena itu, agama (Islam) seluruhnya terkandung dalam firman Allâh[9] : { فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ } dan
firman-Nya [10] : { إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ }

Sungguh besar keutamaan istiqomah!

SEBAB SEBAB AGAR DAPAT MEWUJUDKAN ISTIQOMAH
Seseorang bisa ber-istiqâmah karena sebab-sebab sebagai berikut:

1. Taufik Dan Hidayah Dari Allâh Azza Wa Jalla
Inilah sebab yang paling utama. Allâh Azza wa Jalla berfirman yang artinya:

فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ ۖ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ

Barangsiapa yang Allâh menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia akan melapangkan dadanya untuk Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki oleh Allâh kesesatannya, niscaya Allâh akan menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit [al-An’âm/6:125]

Oleh karena itu, sebisa mungkin kita melakukan berbagai hal yang dicintai oleh Allâh Azza wa Jalla agar Allâh Azza wa Jalla memberikan taufik dan hidayahnya kepada kita.

2. Doa
Allâh Azza wa Jalla mengabulkan doa para hamba-Nya. Oleh karena itu, jika seseorang menginginkan istiqomah, maka ia harus banyak memohon kepada Allâh Azza wa Jalla agar bisa menjadi seorang yang mustaqîm (orang yang beristiqomah). Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku [al-Baqarah/2: 186]

3. Mengikuti Manhaj Ahlu Sunnah Wal Jamâ’ah
Niat ikhlash dan rajin beribadah saja tidaklah cukup untuk bisa beristiqomah. Seseorang yang ingin ber-istiqâmah harus berjalan di jalan yang haq. Jika tidak demikian, percuma saja dia beristiqomah pada kesesatan yang justru nantinya akan menjerumuskannya ke dalam api neraka. Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallampernah mengabarkan bahwa hanya ada satu kelompok yang senantiasa mengemban kebenarannya, sebagaimana sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِى ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِىَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ

Senantiasa ada sekelompok orang di kalangan umatku yang selalu tampak dengan kebenarannya. Orang yang tidak mengacuhkan mereka tidak dapat memberikan mudhârat kepada mereka sampai datang perkara Allâh dan mereka tetap dengan kebenarannya [11]

4. Sering Melakukan Proses Muhâsabatun Nafs (Mengintrospeksi Diri)
Orang yang ingin beristiqomah harus sering menjalankan proses muhasabatun nafs. Jika seseorang tidak menyadari akan hakikat apa yang dilakukannya yang berupa kebaikan dan dosa, maka dia tidak akan mau berubah. Semakin banyak seseorang berintrospeksi, maka semakin banyak pula ia akan menyadari bahwa amalan kebaikan yang dia lakukan belumlah seberapa dan dosa yang dilakukannya sudah sangat banyak dan bertumpuk-tumpuk.

‘Umar Radhiyallahu anhu berkata:

حاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا وَزِنُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْل أَنْ تُوزَنُوا ، فَإنَّهُ أَهْوَنُ عَلَيْكُمْ فِيْ الْحِسَابِ غَدًا، أَنْ تُحَاسَبُوْا أَنْفُسَكُمْ اْليَوْمَ

Introspeksilah diri-diri kalian, sebelum nanti kalian ditunjukkan amalan-amalan kalian (di hari Perhitungan)! Timbang-timbanglah diri kalian, sebelum nanti kalian ditimbang (di hari mizan/penimbangan amal)! Sesungguhnya, mengintrospeksi diri pada saat ini lebih mudah ketimbang nanti ditunjukkan amalan-amalan (di hari Hisab).”[12]

5. Mengerjakan Perbuatan Baik Setelah Mengerjakan Perbuatan Buruk
Salah satu sebab datangnya istiqomah mengiringi segala keburukan/kejelekan/dosa dengan perbuatan yang baik. Sebagai contoh, jika seseorang pernah mencuri, maka dia harus bertaubat dan mengembalikan harta curiannya itu, kemudian memperbanyak sedekah. Mudah-mudahan dengan bersedekah, dosa-dosanya dapat diampuni oleh Allâh Azza wa Jalla berfirman:

إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ

Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk
[Hûd/11:114]

6. Tidak Meninggalkan Amalan-Amalan Kebaikan Yang Sudah Biasa Dikerjakan
Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallampernah mencela orang yang pernah beribadah dengan amalan tertentu kemudian orang tersebut meninggalkannya, sebagaimana diterangkan pada hadîts berikut:

عن عَبْدُ اللهِ بْنُ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ -رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ : قَالَ لِي رَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- : يَا عَبْدَ اللهِ لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ.

Diriwayatkan dari ‘Abdullâh bin ‘Amr bin Al-‘Ash Radhiyallahu anhu bahwasanya Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallamberkata kepadaku, “Wahai ‘Abdullâh! Janganlah kamu seperti si Fulan (si Anu), dulu dia mengerjakan shalat malam kemudian dia meninggalkannya.”[13]

Perlu menjadi catatan, bahwa yang menjadi tuntutan adalah kebersinambungan dalam mengerjakan suatu amalan, meskipun amalan itu sedikit, bukan kuantitasnya.

PENTINGNYA MUJAHADATUN-NAFS DALAM MENGGAPAI ISTIQOMAH
Istiqomah bukanlah suatu perkara yang mudah diraih. Untuk menggapainya, menjalankan mujâhadatun-nafs tidak bisa ditawar-tawar lagi. Karena memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian yang selalu istiqomah. Mujâhadatun-nafs adalah proses memaksa, melatih diri dan berjuang sekuat tenaga agar jiwa bisa selalu tunduk dan taat terhadap syariat. Mujâhadatun-nafs dapat dilakukan dengan harus memperhatikan hal-hal berikut:

1. Harus Bertekad Kuat Untuk Merubah Diri (al-‘Azm) Dan Bertawakkal Kepada Allâh Azza Wa Jalla
Tanpa tekad yang kuat, ke-istiqâmah-an tidak akan bisa dicapai. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allâh. Sesungguhnya Allâh menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya (QS. Ali ‘Imrân/2:159)

2. Mencintai Allâh Dan Rasul-Nya Melebihi Segala Sesuatu
Salah satu cara menumbuhkan tekad untuk beristiqomah adalah dengan terus-menerus mencari sebab agar bisa mencintai Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya n di atas segala sesuatu. – Istiqomah sangat erat kaitannya dengan keimananan seseorang. Oleh karena itu, Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallambersabda:

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا, وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ, وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

Ada tiga hal yang apabila ketiga hal tersebut berada pada seseorang, maka dia akan merasakan manisnya iman, yaitu: menjadikan kecintaannya kepada Allâh dan Rasul-Nya melebihi kecintaannya kepada segala sesuatu selain keduanya, mencintai seseorang yang dia tidak mencintainya kecuali karena Allâh dan membenci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana kebenciannya jika dia dilempar ke dalam api[14]

Dengan memiliki rasa cinta yang seperti disebutkan di atas, maka seseorang akan terus berupaya memacu dirinya untuk bisa ber-istiqâmah.

3. Mengatur Waktu Dan Aktivitas Keseharian Sebaik, Sepadat Dan Seefektif Mungkin
Seorang yang ingin beristiqomah harus benar-benar membuat jadwal kegiatannya untuk tiap hari, tiap pekan, tiap bulan dan tiap tahun. Untuk kegiatan harian, contohnya: ketika hendak melatih diri untuk shalat malam (tahajjud), maka ia mesti berusaha untuk tidur lebih awal (tidak lama setelah shalat Isyâ’) dan memasang jam alarm atau sejenisnya untuk dapat membangunkannya pada sepertiga malam terakhir.

Untuk kegiatan tiap pekan, misalnya, menargetkan pada setiap pekan ada satu hari dimana ia harus menyempatkan diri untuk berinfak kepada sekian orang, membantu orang lain dan tetangga.

Untuk kegiatan tahunan, seperti membiasakan diri untuk dapat beri’tikâf di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhân, sehingga dia pun telah merencanakan hari libur (cuti) dari semua aktivitasnya.

4. Melaksanakan Ibadah-Ibadah Sebaik Mungkin Seolah-Olah Ibadah Tersebut Adalah Ibadah Yang Terakhir Kali Dan Ajal Akan Menjemput
Orang yang ingin beristiqomah harus membiasakan diri ketika mengerjakan suatu ibadah tertentu, dia membayangkan bahwa seolah-olah dia tidak akan hidup lama lagi, sehingga ia akan benar-benar bersungguh-sungguh dalam beribadah dan meningkatkan kualitas ibadahnya.

5. Mengintrospeksi Diri Atas Amalan-Amalan Baik Yang Telah Ditinggalkannya Dan Terhadap Amalan-Amalan Buruk Yang Telah Dikerjakannya.
Setelah memasang target-target ibadah dan amalan-amalan, introspeksi diri setiap hari sangat dibutuhkan. Ini dilakukan agar seseorang bisa memperbaiki dirinya.

6. Turut Andil Dalam Dakwah
Setelah Allâh Azza wa Jalla menyebutkan keutamaan orang yang beristiqomah dalam surat Fushshilat yang telah dicantum di atas, Allâh Azza wa Jalla memuji orang-orang yang berdakwah. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: ‘Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri.’? [Fushshilat/42:33]

Ini menunjukkan ada kaitan erat antara pencapaian istiqomah dengan berdakwah.

6. Rela Bersabar Untuk Melatih Diri Dan Mengekang Hawa Nafsu Selama Bertahun-Tahun
Untuk dapat beristiqomah tidaklah mudah. Kita harus rela mengekang hawa nasu kita dan terus bermujâhadah selama bertahun-tahun. Muhammad bin al-Munkadir rahimahullah berkata:

كَابَدْتُ نَفْسِيْ أَرْبَعِيْنَ سَنَةٍ حَتَّى اسْتَقَمْتُ

Saya mengekang jiwaku selama empat puluh tahun barulah saya bisa beristiqomah [15]

HAL-HAL YANG MERUSAK DAN MENGAHALANGI ISTIQOMAH
1. Setan
Allâh Azza wa Jalla berfirman:

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ

Iblis menjawab: ‘Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus [al-A’râf/7:16]

2. HawaNafsu
3. Lemahnya Niat Untuk Berubah
4. Masyarakat Dan Keluarga Yang Rusak Dan Islam Yang Dianggap Asing
Masyarakat dan keluarga yang rusak/buruk dapat menghalangi seseorang untuk bisa ber-istiqâmah. Seseorang yang ingin bertobat dan ingin beristiqomah sering kali merasa tidak enak jika menyelisihi masyarakat atau keluarganya yang rusak.

Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallamtelah mengabarkan bahwa Islam di akhir zaman akan terlihat asing dalam sabdanya:

بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ

Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana munculnya. Oleh karena itu, beruntunglah orang-orang yang terasingkan [16]

Dan juga sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut :

(( طُوبَى لِلْغُرَبَاءِ ))، فَقِيلَ: مَنِ الْغُرَبَاءُ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: (( أُنَاسٌ صَالِحُونَ فِي أُنَاسِ سُوءٍ كَثِيرٍ، مَنْ يَعْصِيهِمْ أَكْثَرُ مِمَّنْ يُطِيعُهُمْ )).

Beruntunglah orang-orang yang asing. Beliau pun ditanya, “Siapakah orang-orang yang asing itu, ya Rasûlullâh?” Beliau pun menjawab, “(Mereka adalah) orang-orang shâlih di antara orang-orang jelek/rusak yang (jumlahnya) banyak. Orang yang menyelisihi mereka lebih banyak daripada orang yang mematuhinya.”

Oleh karena itu, jika seseorang ingin menjalankan Islam dan beristiqamah, pasti akan terlihat asing. Contohnya saja cadar, generasi Salaf tidak berselisih pendapat bahwa cadar itu disyariatkan di dalam Islam, wanita bercadar lebih afdhal dari yang tidak bercadar dan para istri Nabi Shallallahu alaihi wa sallam diwajibkan memakai cadar. Pada zaman sekarang, cadar sangat terlihat asing, bahkan sebagian orang awam/tidak berilmu mengidentikkannya dengan terorisme. Parahnya, sebagian orang yang dipandang berilmu di tengah masyarakat mengeluarkan pernyataan serupa.

5. Zaman Yang Penuh Fitnah Yang Berbeda Dengan Zaman Salaf
Zaman yang kita jalani sekarang ini sangat berbeda dengan zaman generasi Salaf dahulu. Pada zaman ini, kaum Muslimin akan mendapatkan fitnah yang sangat besar. Jika seseorang ingin menjauhinya, fitnah tersebutlah yang akan datang kepadanya. Ini juga dapat menghalangi seseorang untuk beristiqomah.

Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallambersabda:

يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالقَابِضِ عَلَى الجَمْرِ

Akan datang kepada manusia suatu masa, (ketika itu) orang yang bersabar menjalankan agamanya di antara mereka seperti orang yang memegang bara api [18] [19]

6. Tidak Adanya Orang Yang Sering Menasihati
Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallamselalu memberi nasihat dan petunjuk kepada para sahabatnya, sehingga Allâh Azza wa Jalla mengatakan di dalam al-Qur’ân:

وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus [asy-Syûrâ/42:52]

Tidak adanya seorang penasihat di suatu daerah maka itu adalah suatu musibah yang sangat besar dan bisa menghalangi seseorang untuk beristiqomah. Oleh karena itu, perlu diingatkan kepada pembaca yang di wilayahnya tidak (belum) ada kajian Islam yang shahih untuk segera mendatangkan sang penasihat, atau mendatangi kajian-kajian atau dengan cara lain agar bisa selalu mendengarkan nasehat-nasehat yang baik yang dapat menenangkan dan meneguhkan jiwa di atas kebenaran.

7. Banyak Berkecimpung Dengan Urusan Dunia
Banyak berkecimpung dengan urusan dunia juga dapat menghalangi ke-istiqâmah-an. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan [Ali ‘Imrân/3:85]

8. Teman Yang Jelek
Tidak diragukan bahwa teman yang jelek sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Oleh karena, pilihlah teman yang baik dan soleh yang bisa mengajak kita untuk bisa beristiqomah.

9. Takut Dikatakan Sebagai Orang Yang Shaleh, Alim, Taat Atau Semisalnya
Ini juga dapat menghalangi seseorang untuk beristiqomah, terutama orang-orang yang memiliki rasa malu tinggi. Komentar masyarakat tidak perlu diperhatikan baik dalam rangka memuji atau mencemooh. Itu semua adalah ujian. Oang yang benar-benar mencintai Allâh Azza wa Jalla , tidak akan menghiraukan hal tersebut.

10. Putus Asa Dengan Rahmat Dan Pengampunan Allâh Azza Wa Jalla Sehingga Tidak Mau Bertobat
Orang yang bergelimang dengan dosa, biasanya terbesik di hatinya, “Bagaimana mungkin aku menjadi seorang yang bisa ber-istiqâmah, sedangkan aku telah bergelimang dengan dosa dan hampir tidak ada kebaikan yang pernah aku perbuat?” Ketahuilah, Allâh Azza wa Jalla Maha Pengampun dan menerima tobat hamba-hambanya. Allâh Azza wa Jalla berfirman yang artinya:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ﴿٥٣﴾وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allâh mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (54) Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu Kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi) [az-Zumar/39:53-54]

Kesimpulan
1. Ayat yang menurut Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallamsangat berat untuk dilaksanakan adalah ayat yang mengandung perintah untuk beristiqomah dalam surat Hûd.
2. Hakekat istiqomah meliputi hal-hal berikut: berada di atas kebenaran, menjalankan semua perintah, meninggalkan semua larangan, teratur dalam ketaatan dan kebersinambungan dengan keadaan seperti itu sampai akhir hayat.
3. Seseorang yang ingin beristiqomah harus menempuh cara-cara yang mengantarkan kepadanya.
4. Mujâhadatun nafs , berperan penting dalam pencapaian istiqomah
5. Banyak faktor yang mengganggu seorang Muslim untuk beristiqomah. Oleh karena itu, sebisa mungkin seorang Mukmin menjauhinya.
6. Orang yang mencapai derajat istiqomah akan mendapat ganjaran yang sangat besar sebagaimana telah disebutkan. Wallâhu a’lam

Semoga Allâh Azza wa Jalla memudahkan kita meraih nikmat istiqomah sampai akhir hayat nanti. Âmîn.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XIV/1432H/2011. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
*Staf Pengajar di Ma’had Tadrîbud-Dua’ât Al-Istiqomah dan SDIT Al-Istiqomah Prabumulih, Sum-Sel.
[1]. Digabungkan dan diringkas dari Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm 4/534, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân hlm. 390 dan Aisar at-Tafâsir 2/193.
[2]. Lihat Tafsîr aL-Qurthubi 9/107. Akhir perkataan Ibnu ‘Abbâs semisal dengan apa yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi no. 3297 dan yang lainnya. Dishahîhkan oleh Syaikh al-Albâni dalam ash-Shahîhah no. 955.
[3]. Lihat Jâmi’ al-‘Ulûm wal-Hikam hal. 235.
[4]. Kitab az-Zuhd karya Imam Ahmad hal. 115 dan Ma’âlimut-Tanzîl 4/203.
[5]. Lihat Syarh Shahîh Muslim 1/199.
[6]. Lihat Syarh Shahîh Muslim 1/199.
[7]. Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam hal.236.
[8]. Lihat Tharîq Al-Hijratain wa Bab As-Sa’âdatain hal. 73.
[9]. Yaitu ayat yang kita bahas ini.
[10]. Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (ber-istiqâmah), tidak ada ketakutan pada diri mereka dan tidak pula mereka bersedih.” (Al-Ahqâf: 13)
[11]. HR. Muslim no. 5059.
[12]. Az-Zuhd wa ar-Raqâ’iq , Ibnul-Mubârak no. 307, al-Mushannaf , Ibnu Abi Syaibah no. 35600
[13]. HR. al-Bukhâri no. 1152.
[14]. HR. al-Bukhâri no. 16, dan Muslim 173.
[15]. Hilyatul-Auliyâ’ 3/147
[16]. HR. Muslim no. 389
[17]. HR. Ahmad no. 6650, dihasankan oleh Syaikh Syu’aib al-Arnauth
[18]. Maksudnya, di tengah malam yang sangat gelap tidak ada yang bisa dijadikan sumber penerangan kecuali bara api. Apabila dia tidak memegangnya, maka dia tidak bisa selamat di jalan yang penuh rintangan, seperti: jalan berduri atau di pegunungan yang penuh dengan tebing. Apabila dia tidak berjalan, bahaya masih juga mengancamnya, seperti: dia akan diserang binatang buas atau yang lainnya. Sehingga tidak ada pilihan lain, kecuali harus berjalan dengan membawa bara api yang nanti akan melukai tangannya.
[19]. HR. at-Tirmidzi no. 2260. Dishahîhkan oleh Syaikh al-Albâni dalam ash-Shahîhah no. 957.

#Istiqomah Itu Berat #Beratnya Istiqomah #Sulitnya Istiqomah #Doa Agar Istiqomah #Al Quran Tentang Istiqomah.

□□□□□□□□□□□□□□□

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Kaum muslimin rahimakumullāh.

Salah satu konsekuensi Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin adalah, setiap ajaran Islam mengajak kepada perkara yang baik bagi manusia dan melarang perkara yang buruk bagi manusia. Oleh karena itu Allah Ta’ala melarang kita untuk menjerumuskan diri dalam bahaya dan keburukan.

Allah Ta’ala berfirman,
“dan janganlah jerumuskan dirimu pada kebinasaan” (QS. Al Baqarah: 195).

Tinju itu terlarang dalam syariat namun secara rinci ada dua hal terkait dengan hukum tinju yang harus kita bedakan:

Pertama, orang yang latihan dan berolah raga menguatkan badannya dengan meninju ninju sesuatu yang dijadikan sasaran latihan. Hal semacam ini hukumnya tidak mengapa.

Kedua, orang yang menjadikan tinju sebagai profesi, ia praktikkan tinju tersebut di ring tinju. Ia memukul wajah lawan tandingnya dan ia sakiti lawannya supaya tersungkur jatuh. Tinju jenis keduanya terlarang karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Jangan memukul wajah.” (HR. Abu Daud no 2142, dinilai hasan shahih oleh al Albani)

Sehingga tidak diperbolehkan bagi seorang ayah atau guru atau siapapun untuk memukul wajah orang lain.

Inti dari tinju adalah memukul wajah. Dalam tinju sering terjadi cedera gegar otak disebabkan pukulan pada kepala. Kesimpulannya, tinju itu sangat berbahaya. Jadi mempraktikkan tinju dan menjadikan tinju sebagai profesi adalah suatu hal yang terlarang dan tidak dibenarkan oleh syariat. Sedangkan latihan dan berolah raga dengan menggunakan gerakan-gerakan tinju, hukumnya tidak mengapa.

#tinju #gulat #beladiri #silat #judo #kendo #olahraga
■■■■■■■■■■■■■■

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

10 Tugas Malaikat Jibril Setelah Rasulullah Wafat

Malaikat Jibril adalah malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu kepada para Nabi dan Rasul. Di dalam Al-Quran, malaikat Jibril juga merupakan ketua bagi keseluruhan para Malaikat. Di dalam teks Tanakh, Taurat dan Injil, ada juga yang menerangkan bahwa Malaikat Jibril merupakan ketua para Malaikat. Nama Malaikat Jibril sendiri disebutkan dua kali dalam Al-Quran yaitu pada surat Al-Baqarah ayat 98 dan At-Tahrim ayat 4.

Sebagai orang Islam yang beriman, kita tahu bahwa tugas malaikat Jibril menyampaikan wahyu kepada Nabi dan Rasul. Kemudian timbul pertanyaan apa yang dilakukan malaikat Jibril sekarang setelah tidak ada lagi Nabi dan Rasul yang diutus?

Inilah tugas malaikat Jibril sepeninggal Rasulullah:

1.Mengangkat keberkahan di muka bumi ini, sehingga orang tak ada lagi yang percaya yang namanya berkah,

2.Mengangkat cinta di hati para makhluk, maksudnya cinta yang suci karena Allah saja,

3.Mengangkat rasa kasih sayang dari para kerabat,

4.Mengangkat sifat rasa adil dari pemerintah,

5.Mengangkat sifat pemalu dari para perempuan,

6.Mengangkat sifat sabar dari fakir miskin,

7.Mengangkat sifat pemurah dari orang orang kaya,

8.Mengangkat sifat Wara’ ulama sehingga ia menjual agamanya sendiri untuk kepentingan pribadinya sendiri,

9.Mengangkat Al-Qur’an (tidak ada lagi yang bisa membaca Al-Quran),

10.Diangkatnya Iman dari seluruh bumi, dan ini yang akan menyegerakan kiamat.
□□□■■■□□□■■■□□□

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sikap Ahlussunnah dalam Menghadapi Fitnah - 1

Oleh: Prof. DR. Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr –hafidzahullahu-

عن المقداد بن الأسود رضي الله عنه ، عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: ((إِنَّ السَّعَيدَ لَمَنْ جُنِّبَ الفِتَن))

"Dari Miqdad bin Al-Aswad radhiyallahu anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda:
"Sesungguhnya orang yang berbahagia adalah orang yang dijauhkan dari berbagai macam fitnah."

1]. Di antara hal terpenting dalam menjauhkan diri dari fitnah dan menyelamatkan diri dari kejelekan serta madharatnya adalah dengan bertakwa kepada Allah dan selalu bertakwa kepada-Nya di kala kesunyian dan keramaian. Allah berfirman:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah maka Allah akan berikan jalan keluar baginya dan Allah akan beri dia rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka."
(QS.Ath-Thalaq : 2-3)

Yaitu Allah akan berikan kepadanya jalan keluar dari segala bentuk fitnah, malapetaka, dan kejelekan di dunia maupun di akhirat. Allah juga berfirman:

ومَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا

"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah maka Allah akan jadikan kemudahan dalam segala urusannya."
(QS.Ath-Thalaq : 4)

Akhir yang baik selalu bagi orang yang bertakwa.

Bersambung, Insya Allah

Diringkas dari terjemahan Ustadz Abu Nafisah Abdurrahman Thayyib, Lc. dari www.al-badr.net

Wallahua'lam
Semoga bermanfaat.
=======================

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

4 (Empat) Racun Hati

Yang dimaksud dengan empat racun hati adalah ;

1. Banyak Bicara
2. Banyak Makan
3. Banyak Memandang
4. Banyak Bergaul

Keempat racun ini adalah yang paling banyak tersebar dan paling berbahaya bagi kehidupan hati.

📚 Tazkiyatun Nafs hal. 34

Wallahua'lam
Semoga bermanfaat.
=======================

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

TIGA PESAN AGUNG DARI RASULULLAH SHALLALLAHU’ALAIHI WA SALLAM

Disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad, Sunan Ibnu Majah dan yang lainnya, dari hadis Abu Ayub al Anshori- radhiyallahu’anhu– bahwa ada seorang laki-laki menemui Nabi Shallallahu alaihi wa sallam lalu berkata, “Beri aku nasehat singkat”.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Wasiat pertama, Nabi menasehatkan untuk menjaga sholat dan penunaiannya. Kepada orang yang melakukan shalat untuk merasa bahwa shalatnya adalah sholat terakhir baginya.

Karena sudah lumrah bahwa perpisahan akan membuat seseorang maksimal dalam berucap dan bertindak, totalitas yang tidak didapati pada keadaan lainnya. Seperti orang yang pergi tanpa ada rencana ingin kembali. Seorang yang berpisah, akan melakukan totalitas (meninggalkan jejak baik) yang tidak dilakukan oleh yang lainnya.

Maka selayaknya seorang mukmin mengingat pesan ini di setiap shalatnya. Lakukanlah sholat seakan sholat itu adalah sholat perpisahan, hadirkan perasaan bahwa itu adalah shalat yang terakhir. Apabila ia merasakan itu maka akan membawanya menunaikan sholat dengan sebaik mungkin.

Dan siapa yang sholatnya baik
- Maka ibadah sholatnya akan menghantarkan pada kebaikan-kebaikan dan menghalangi dari segala keburukan dan kerendahan.
- Ia akan merasakan manisnya iman.
- Sholat menjadi penyejuk pandangan dan penyebab kebahagiaan untuknya.

Wasiat kedua, tentang menjaga lisan.

Karena lisan adalah hal yang paling berbahaya bagi manusia. 
Oleh karena itu Nabi ‘alaihissholaatuwassalam berpesan,

“Jangan mengatakan sesuatu yang membuatmu minta maaf di kemudian hari.”

Atinya bersungguh-sungguhlah menahan lisanmu dari ucapan yang membuat dirimu harus meminta uzur di kemudian hari; setiap perkataan yang membuatmu meminta maaf. Karena sebelum perkataan itu terucap ia berada dalam kekuasaanmu, namun bila sudah terucap maka perkataan itulah yang akan menguasaimu.

Nabi ‘alaihissholaatuwassalam pernah berpesan kepada Mu’adz radhiyallahu’anhu,

Maukah aku kabarkan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?”

“Mau ya Nabi Allah.” Jawab Mu’adz.

Kemudian Rasulullah memegang lisan beliau seraya bersabda, “Jagalah ini.”

Aku bertanya, “Ya Rasulullah, apakah kita akan disiksa juga karena ucapan kita?”

Nabi menjawab

“Ah kamu ini, bukankah yang menyebabkan seseorang terjungkal wajahnya di neraka –atau sabda beliau: di atas hidungnya- itu tidak lain karena buah dari ucapan lisan-lisan mereka?!” (HR. Tirmidzi no. 2616. Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan shohih).

Memuhasabah ucapan yang hendak disampaikan, yakni memikirkannya terlebih dahulu. Jika ucapan itu baik maka silahkan sampaikan. Jika tidak, maka tahanlah lisan anda. Atau jika ragu baik atau buruknya ucapan, tahanlah lisan dalam rangka menghindari perkara syubhat, sampai tampak perkara tersebut di hadapan anda.

▪Wasiat ketiga berisi ajakan untuk qona’ah, serta menggantungkan hati hanya kepada Allah, dan memupuskan harapan terhadap harta-harta yang di tangan manusia.

Beliau bersabda,

Kumpulkan keputusasaan terhadap apa yang ada pada manusia”.

Sebagaimana dengan lisan anda tidak pernah berdoa kecuali kepada Allah, maka demikian juga sepatutnya dengan sikap anda jangan gantungkan harapanmu kecuali kepada Allah.

Pupuskanlah segala pengharapan kepada siapapun kecuali kepada Allah, sehingga pengharapanmu hanya tertuju kepada Allah semata.
Dan sholat adalah penghubung antara dirimu dan tuhanmu. Dalam sholat terdapat pertolongan terbesar untukmu dalam merealisakan sikap ini.

Siapa yang memutus pengharapan terhadap apa yang di tangan manusia, maka hidupnya mulia.
Siapa yang hatinya bergantung pada kepada kekayaan manusia, maka hidupnya hina.
Dan barangsiapa yang menggantungkan hatinya hanya kepada Allah, tidak mengharap kecuali kepada Allah, tidak meminta hajatnya kecuali kepada Allah, tidak bertawakkal kecuali hanya kepada Allah, maka Allah akan mencukupkan segala kebutuhan dunia dan akhiratnya.

Allah ‘azzawajalla berfirman,

Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya” (QS. Az Zumar 36).

📚 Sumber:Muslim.or.id
Oleh: Mutiara Risalah Islam

>>>>>>>🌴🌴<<<<<<<

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Macam Macam Hati

Hati itu bisa hidup dan bisa mati. Sehubungan dengan itu, hati dapat dikelompokkan menjadi ;

1]. Hati yang Sehat.
Adalah hati yang selamat, didefinisikan sebagai hati yang terbebas dari setiap syahwat, keinginan yang bertentangan dengan Perintah Allah dan dari setiap syubhat, ketidakjelasan yang menyeleweng dari kebenaran.

2]. Hati yang Mati.
Adalah hati yang tidak mengenal siapa Rabbnya. Ia tidak beribadah kepadaNya, enggan menjalankan perintahNya atau menghadirkan sesuatu yang dicintai dan diridhai Nya.

3]. Hati yang Sakit.
Adalah hati yang hidup namun mengandung penyakit. Ia akan mengikuti unsur yang kuat. Kadang-kadang ia cenderung kepada "Kehidupan", dan kadang-kadang pula ia cenderung kepada "Penyakit". Padanya terdapat kecintaan, keimanan, keikhlasan, dan tawakkal kepada Allah, yang merupakan sumber kehidupannya. Padanya pula ada kecintaan dan ketamakan terhadap syahwat, hasad, kibr, dan sifat ujub, yang merupakan sumber bencana dan kehancurannya.

Tazkiyatun Nafs hal. 26-28

Wallahua'lam
Semoga bermanfaat.
=======================

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

3 GOLONGAN YANG MERUGI

⭕ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ﺛﻼﺛﺔ ﻻ ﻳﻜﻠﻤﻬﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ، ﻭﻻ ﻳﻨﻈﺮ ﺇﻟﻴﻬﻢ ، ﻭﻻ ﻳﺰﻛﻴﻬﻢ ، ﻭﻟﻬﻢ ﻋﺬﺍﺏ ﺃﻟﻴﻢ ، ﻗﺎﻝ ﻓﻘﺮﺃﻫﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺛﻼﺙ ﻣﺮﺍﺭ . ﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺫﺭ : ﺧﺎﺑﻮﺍﻭﺧﺴﺮﻭﺍ . ﻣﻦ ﻫﻢ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ؟ ﻗﺎﻝ : ﺍﻟﻤﺴﺒﻞ
ﻭﺍﻟﻤﻨﺎﻥ ﻭﺍﻟﻤﻨﻔﻖ ﺳﻠﻌﺘﻪ ﺑﺎﻟﺤﻠﻒ ﺍﻟﻜﺎﺫﺏ

Ada tiga golongan, yang tidak akan Allah ajak bicara pada hari kiamat, tidak akan Allah lihat, dan tidak akan Allah sucikan, serta baginya adzab yang pedih. Rasulullah
mengulang sebanyak tiga kali.

Abu Dzar bertanya : Siapa mereka wahai Rasulullah ?

Sabda beliau : al-musbil (lelaki yang menjulurkan pakaiannya melebihi mata kaki), al-mannaan (orang yang suka menyebut-nyebut sedekah pemberian), dan pedagang yang bersumpah dengan sumpah palsu.

(H.R. Muslim:106)
____________________________

SUNNAH MENUTUP PINTU DIWAKTU MAGHRIB
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
📖﷽

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰبَنِيْۤ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَـنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَاۤ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَـنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءاٰتِهِمَا    ۗ  اِنَّهٗ يَرٰٮكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ   ۗ  اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَآءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ

"Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman."
(Q.S. Al-A'raf [7]: 27)

☘ Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تُرْسِلُوا فَوَاشـيكُمْ، وَصِبْيَانَكُمْ إِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ، حَتَّى تَذهَبَ فَحْمَةُ الْعِشَاءِ، فَإِنَّ الشـياطِينَ تَنْبَعِثُ إِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ حَتَّى تَذْهَبَ فَحْمَةُ الْعِشَاء

“Jangan lepaskan hewan-hewan ternak dan anak-anak kalian ketika matahari terbenam sampai berlalunya awal isya karena para setan berkeliaran antara waktu terbenamnya matahari sampai berlalunya awal isya.” (H.R. Muslim no. 2013)

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Hukum Mempercayai Peramal atau Dukun

Tidak boleh kita membenarkan mereka dalam peramalan ataupun mempercayai hal-hal ghaib. Allah berfirman:

قُل لَّا يَعۡلَمُ مَن فِى ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ ٱلۡغَيۡبَ إِلَّا ٱللَّهُ‌ۚ

Katakanlah: "tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”. (QS. An-Naml : 65)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang mendatangi peramal atau dukun kemudian dia membenarkan apa yang diucapkan maka dia telah kafir kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad. (HR. Ahmad)

📚 KHUDZ AQIDATAK (AMBILLAH AQIDAHMU), Ambillah Aqidahmu dari Al-Qur’an & As-Sunnah Ash-Shahihah - Syaikh Muhammad bin Jamiil Zainu rahimahullahu

Oleh : Ustadz Abdurrahman Thoyyib Lc hafizhahullah ta'ala

وَعَلَيْكُمْ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Wallahua'lam
Semoga bermanfaat.
=======================

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Jangan Lupa Membaca Surat al-Kahfi

Betapa banyak orang lalai dari amalan yang satu ini ketika malam Jum’at atau hari Jum’at, yaitu membaca surat Al Kahfi. Atau mungkin sebagian orang belum mengetahui amalan ini. Padahal membaca surat Al Kahfi adalah suatu yang dianjurkan (mustahab) di hari Jum’at karena pahala yang begitu besar sebagaimana berita yang dikabarkan oleh orang yang benar dan membawa ajaran yang benar yaitu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

"Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada hari Jum’at, maka dia akan diterangi dengan cahaya di antara dua Jum’at." [HR. Hâkim, 2/399. Baihaqi, 3/29]

Syaikh Dr Ibrahim ad Duwaisy, Dosen sunnah nabawiyyah di Universitas Qashim mengatakan,
"Kenapa kita membaca surat al Kahfi setiap Jumat? Agar tergambar pada hatimu 4 kisah mengenai ujian yang banyak menimpa manusia saat ini

1⃣ Ujian karena agama (pada kisah pemuda ashabul kahfi –pent)
2⃣ Ujian karena harta (pada kisah pemilik kebun –pent)
3⃣ Ujian karena ilmu (pada kisah nabi Musa dan Khidr –pent)
4⃣ Ujian karena kedudukan (pada kisah Dzulqarnain –pent).

Dan jalan keluar dari keempat ujian tersebut adalah: Keimanan pada hari kiamat.

Inilah salah satu amalan di hari Jum’at dan keutamaan yang sangat besar di dalamnya. Akankah kita melewatkan begitu saja.
_____________________

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Untaian Nasehat Tuk Kaum Muslimin

Oleh : Syaikh Dr. Sa'ad asy-Syatsri hafidzahullah, Dosen King Saud University & Penasehat Raja Salman Arab Saudi

🕌 Mesjid Kampus UGM
🗓 Senin, 18 April 2016

1]. Sebagai seorang muslim harus menjaga lisannya dari perkataan yang buruk, dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka katakanlah perkataan yang baik atau diam”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Menjaga perilaku dalam menyebarkan informasi, hendaknya cek dan ricek ketika menerima berita apalagi berita tersebut dari orang fasik. Wajib diteliti kebenarannya dan tidak sembarangan menyebarkan informasi. Hendaknya menyebarkan informasi yang baik baik saja (ilmu agama,bisnis yang halal, dsb)
Allah berfirman,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. [Al Hujurat : 6].

Nabi kita shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

"Cukuplah seseorang telah berdosa jika menyampaikan seluruh yang ia dengar"

2]. Menjaga persaudaraan dengan kaum muslimin, tidak memecah belah dengan mengadu domba/fitnah.
Dalam sebuah hadits marfu’ yang diriwayatkan Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu disebutkan, “Tidak akan masuk surga bagi Al Qattat (tukang adu domba).” (HR. Al Bukhari)

Termasuk taat dan patuh kepada pemerintah yang sah dengan tidak menghiraukan pihak pihak yang menjelek jelekan pemerintah.

3]. Menjaga kehormatan saudara seiman diantaranya tidak memanggil dengan panggilan yang buruk dan tidak menghibah saudara seiman.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ

“Siapa yang pernah menzalimi saudaranya berupa menodai kehormatan (sepertighibah. pent) atau mengambil sesuatu yang menjadi miliknya, hendaknya ia meminta kehalalannya dari kezaliman tersebut hari ini. Sebelum tiba hari kiamat yang tidak akan bermanfaat lagi dinar dan dirham. Pada saat itu bila ia mempunyai amal shalih maka akan diambil seukiran kezaliman yang ia perbuat. Bila tidak memiliki amal kebaikan, maka keburukan saudaranya akan diambil kemudian dibebankan kepadanya.” (HR. Bukhari no. 2449, hadis Abu Hurairah.

4]. Sebagaimana disebutkan dalam Al Quran, ada 6 kiat untuk mencapai surga firdaus yaitu :
a. Sholat khusyu'
b. Meninggalkan hal sia sia baik dalam perkataan dan perbuatan
c. Membayar zakat
d. Menjaga amanah
e. Menjaga kemaluan
f. Menjaga sholat 5 waktu

5]. Mengiringi setiap perbuatan buruk dengan perbuatan baik, karena perbuatan baik tersebut dapat menghapus keburukan tersebut.
Berdasarkan firman Allah Ta’ala(yang artinya) “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk” (Qs. Huud: 114)

Dicatat oleh :
Pecinta Sunnah -Jogja

Wallahua'lam
Semoga bermanfaat.
=======================

MENYIKAPI ADANYA AKSI 411 DAN 212

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Secara hukum syariat yang saya ketahui aksi-aksi seperti ini dilarang dalam Islam karena mengandung banyak penyelisihan syariat, diantaranya :

1. Mengerahkan para wanita turun ke jalan, bahkan ada yang keluar aksi dalam keadaan mereka mempersolek diri, Allah ta'ala berfirman :

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيراً

“Dan hendaklah kamu tetap tinggal di rumah-rumah kalian ! dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu.
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”
(QS. Al Ahzab: 33).

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa makna dari ayat {وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ} yaitu menetaplah kalian di rumah kalian sebab hal itu lebih selamat dan lebih memelihara diri kalian. Sedangkan makna ayat { وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأولَى }  yaitu :
Janganlah banyak keluar dengan bersolek atau memakai parfum sebagaimana kebiasaan orang-orang jahiliyah sebelum Islam yang tidak memiliki ilmu dan agama. Perintah tersebut bertujuan untuk mencegah munculnya kejahatan dan sebab-sebabnya.
(Lihat  Taisir Al Karimirrahman surat Al Ahzab 33).

2. Cara pengerahan massa seperti ini rentan terjadi kekacauan/chaos yang menyebabkan jatuh korban dari kalangan kaum muslimin sendiri.

3. Metode demo adalah metode yang pertama kali dilakukan oleh orang-orang kafir barat, sedang kita dilarang menyerupai perilaku mereka. Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
"Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari mereka"
(HR Abu Dawud, Hasan).

4. Seringkali terdapat aksi mengumbar aib-aib penguasa kaum muslimin.

نَهَانَا كُبَارَاؤُنَا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ n قَالُوا: لَا تَسُبُّوا أُمَرَاءَكُمْ وَلَا تَغُشُّوهُمْ وَلَا تُبْغِضُوهُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ وَاصْبِرُوا فَإِنَّ الْأَمْرَ قَرِيبٌ

“Kalangan tua dari para sahabat Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam melarang kami (mencela penguasa). Mereka berkata, ‘Janganlah kalian mencela pemerintah kalian, janganlah melakukan tipu daya terhadapnya, jangan pula membencinya. Bertakwalah kalian kepada Allah dan bersabarlah, karena sesungguhnya (keputusan) urusan itu sangat dekat’.”
(As-Sunnah, Ibnu Abi ‘Ashim, 2/488).

Dan fenomena mengumbar aib serta mencaci penguasa sangat kental terasa pada aksi-aksi seperti ini.

5. Aksi-aksi seperti ini menyelisihi fatwa para ulama kibar sejak zaman dahulu kala hingga hari ini, Syaikh Ali Hasan diantara yang menghimpun fatwa-fatwa para ulama kaum muslimin dalam sebuah kitab berjudul Tahdzirat Ulama' Tsiqat Minal Mudzaharat tidak kurang dari 24 orang ulama kibar yang memfatwakan haramnya aksi demo dinukil dalam kitab tersebut.

6. Dll

Namun, perlu kami sampaikan di sini bahwa kurang bijaksana jika kita terlalu viral menyuarakan kekeliruan aksi demo pada suasana yang sedang memanas seperti ini. Apalagi dibumbui dengan kata-kata pedas yang jauh dari adab serta sopan santun di dalam menasehati.

Kami secara pribadi pernah membaca nasehat Imam Al-Albani yang intinya beliau menyatakan bahwa kurang bijaksana jika kita melawan jama'ah-jama'ah yang ada di saat mereka sedang berhadapan dengan kaum sekuler pluralis. Karena justru ha

l tersebut dijadikan senjata oleh mereka untuk semakin memojokkan kaum muslimin. Setiap ucapan ada tempatnya dan setiap tempat ada ucapannya, semua harus sesuai porsi, situasi dan juga kondisi.

Kita memperbanyak berdoa untuk kebaikan kaum muslimin, agar Allah ta'ala menjaga kaum muslimin dari fitnah dan kekacauan. Adapun menasehati tetap kita lakukan pada orang-orang yang memang meng-inginkan dalil dan kebenaran dengan cara santun dan bermartabat dan berlandaskan ilmu syar'i.

Wallahu a'lam.

Dijawab dengan ringkas oleh :
👤 Ustadz Abul Aswad Al-Bayati حفظه الله

📆 Rabu, 08 Rabi'ul Awwal 1438 H / 07 Desember 2016 M
〰〰〰〰〰〰〰〰〰~~~~

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Simpanlah handphone/gadget pada malam hari

📌 Artinya pada waktu malam menjelang tidur, di mana anak-anak sudah mulai tidur.
Suami-istri hanya sibuk dengan handphone masing-masing, karena memang berselancar dunia maya sangat mangasyikkan, belum lagi berbagai macam media sosial.

Sehingga tepatlah jika di katakan:

“Yang dekat jadi jauh, yang jauh jadi dekat”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa bercengkrama bersama istrinya sebelum tidur.

▪ Saling berbagi, saling curhat dan mencari solusi bersama permasalahan rumah tangga.

▪ Mengenai pendidikan akan, urusan dengan keluarga dan tetangga atau sekedar bercanda yang di mana canda suami istri adalah berpahala.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda

كُلُّ شَيْئٍ يَلْهُو بِهِ ابْن آدَمَ فَهُوَ بَاطِلٌ إِلاَّ ثَلاَثًا رَمْيُهُ عَىْ قَوْسِهِ وَ تَأْدِيْبُهُ فَرْسَهُ و  مُلاَعَبَتُهُ أَهْلَهُ فَإِنَّهُنَّ مِنَ الْحَقِّ

”Segala sesuatu yang dijadikan permainan oleh anak Adam adalah bathil, kecuali tiga perkara, melepaskan panah dari busurnya, latihan berkuda, dan senda gurau (mula’abah) bersama keluarganya, karena itu adalah hak bagi mereka.”
[HR. Ath-Thabrani dalam Al-Kabir , Silsilah As-Shahihah no. 309]

Al-Khattabi rahimahullah berkata,

قَال الْخَطَّابِيُّ : فِي هَذَا بَيَانُ أَنَّ جَمِيعَ أَنْوَاعِ اللَّهْوِ مَحْظُورَةٌ ، وَإِنَّمَا اسْتَثْنَى رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Pada hadits ini terdapat penjelasan bahwa semua jenis permainan yang bisa melalaikan adalah terlarang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengecualikannya (pada hadits)” [Sumber: http://islamqa.info/ar/152936]

Contoh dari tauladan kita

Kami sebutkan salah satu contoh saja dari sekian banyak contoh kebiasaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
yaitu "kisah abu dan ummu Zar" merupakan kisah yang panjang nan romantis diceritakan oleh ‘Aisyah radhiallahu ‘anha.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengarkan dengan seksama cerita yang cukup panjang dari ‘Aisyah dan memberikan beberapa komentar mengenai kehangatan dan romantisme kisah mereka.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Aisyah,

كُنْتُ لَكِ كَأَبِي زَرْعٍ لِأُمِّ زَرْعٍ إِلاَّ أَنَّ أَبَا زَرْعٍ طَلَّقَ وَأَنَا لاَ أُطَلِّقُ

     “Aku bagimu seperti Abu Zar’ seperti Ummu Zar’ hanya saja Abu Zar’ mencerai dan aku tidak mencerai”
[HR At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir XXIII/173 no 270]

kemudian Aisyah radhiallahu ‘anha membalas dengan romantis lagi,

يَا رَسُوْلَ اللهِ بَلْ أَنْتَ خَيْرٌ إِلَيَّ مِنْ أَبِي زَرْعٍ

     “Wahai Rasulullah, bahkan engkau lebih baik kepadaku dari pada Abu Zar"
[HR An-Nasai dalam As-Sunan Al-Kubro V/358 no. 913]

Demikian semoga bermanfaat

📚 Sumber     : Muslimafiyah
✒ Penyusun : Raehanul Bahraen
_________________________

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Cara Menasehati Pemimpin

Imam an-Nawawi rahimahullah menerangkan, "Nasehat bagi para pemimpin kaum muslimin adalah dengan membantu mereka dalam kebenaran, mentaati mereka di dalamnya, memerintahkan mereka untuk menjalankan kebenaran, memberikan peringatan dan nasehat kepada mereka dengan lemah lembut dan halus, memberitahukan kepada mereka hal-hal yang mereka lalaikan, menyampaikan kepada mereka hak-hak kaum muslimin yang belum tersampaikan kepada mereka, tidak memberontak kepada mereka, dan menyatukan hati umat manusia (rakyat) supaya tetap mematuhi mereka." (Lihat Syarh Muslim lil Imam an-Nawawi [2/117], lihat juga penjelasan serupa oleh Imam Ibnu Daqiq al-'Ied rahimahullah dalam Syarh al-Arba'in hal. 33-34)

📚 Sembahlah Rabb Kalian !
🗃Al Mubarok

Wallahua'lam
Semoga bermanfaat.
=======================

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

NIKMAT YANG MENIPU
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
📖﷽

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”
(Q.S. Al-Hadid [57]: 20)

☘Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

"Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang."
(H.R. Bukhari no. 6412)
¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Ulama berbeda pendapat mengenai hukum berdiri dalam rangka menghormati jenazah yang lewat..

Yang dimaksud berdiri menghormati jenazah yang lewat adalah seseorang awalnya berada di posisi duduk atau selain berdiri, ketika ada jenazah lewat, dia berdiri dalam rangka menghormatinya.

Pertama, makruh berdiri dalam rangka menghormati jenazah yang lewat, sampaipun ketika berada di kuburan.

Ini merupakan pendapat resmi (al-mu’tamad) dalam madzhab Hanafiyah dan Hambali, serta pendapat mayoritas Syafi’iyah menurut nukilan sebagian ulama Syafi’iyah.

Ibnu Hammam – ulama hanafiyah – mengatakan,

القاعد على الطريق إذا مرت به ، أو على القبر إذا جيء به : فلا يقوم لها , وقيل يقوم , واختير الأول ؛ لما روي عن علي : كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أمرنا بالقيام في الجنازة ، ثم جلس بعد ذلك وأمرنا بالجلوس.

Orang yang duduk di tepi jalan atau yang duduk di pemakaman, ketika ada jenazah yang datang, sebaiknya tidak berdiri. Ada juga yang berpendapat, sebaiknya berdiri. Dan yang lebih kuat pendapat pertama (tidak berdiri), berdasarkan riwayat dari Ali Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk berdiri ketika ada jenazah, kemudian setelah itu beliau duduk ketika ada jenazah, dan memerintahkan kita untuk duduk. (Fathul Qadir, 2/135)

Keterangan lain, disampaikan oleh al-Khatib as-Syarbini :

يكره القيام للجنازة إذا مرت به.

“Makruh berdiri dalam rangka menghormati jenazah yang lewat.” (Mughni al-Muhtaj, 2/20).

Keterangan dalam madzhab hambali,
Al-Buhuti mengatakan,

( وإن جاءت ) الجنازة ( وهو جالس أو مرت به ) وهو جالس ( كره قيامه لها ) لحديث ابن سيرين قال : مر بجنازة على الحسن بن علي وابن عباس , فقام الحسن ولم يقم ابن عباس ، فقال الحسن لابن عباس : أما قام لها النبي صلى الله عليه وسلم ؟ قال ابن عباس : قام ثم قعد . رواه النسائي.

Ketika datang jenazah atau ada jenazah yang lewat, sementara seseorang sedang duduk, makruh untuk berdiri dalam rangka menghormatinya. Berdasarkan hadis dari Ibnu Sirin, bahwa pernah ada jenazah yang lewat, sementara Hasan bin Ali dan Ibnu Abbas sedang duduk. Hasan berdiri dan Ibnu Abbas tetap duduk. Lalu Hasan berkata kepada Ibnu Abbas, ‘Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dulu berdiri?’ jawab Ibnu Abbas, “Dulu beliau berdiri ketika ada jenazah, setelah itu beliau duduk.” Diriwayatkan an-Nasai. (Kasyaf al-Qina’, 2/130)

Dari keterangan pendapat pertama, mereka menyimpulkan telah terjadi nasakh terkait dalil berdiri ketika ada jenazah yang lewat. Dulu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melihat jenazah beliau berdiri. Selanjutnya ketika melihat jenazah beliau tetap duduk dan menyuruh para sahabat untuk tetap duduk.

Kedua, dianjurkan untuk berdiri dalam rangka menghormati jenazah. Ini merupakan salah satu pendapat ulama Syafiiyah dan pendapat Ibnu Hazm ad-Dzahiri.

Ar-Ramli – ulama Syafi’iyah – menyatakan,

لو مرت عليه جنازة استحب القيام لها على ما صرح به المتولي , واختاره المصنف – يعني الإمام النووي – في ” شرحي المهذب ومسلم ” , وجزم ابن المقري بكراهته.

Ketika ada jenazah yang lewat, dianjurkan untuk berdiri, sebagaimana yang ditegaskan al-Mutawalli dan pendapat yang dinilai lebih kuat oleh an-Nawawi penulis Syarh al-Muhadzab. Sementara Ibnul Maqri menegaskan bahwa itu hukumnya makruh. (Nihayah al-Muhtaj, 2/467).

Ibnu Hazm mengatakan,

نستحب القيام للجنازة إذا رآها المرء – وإن كانت جنازة كافر – حتى توضع أو تخلفه , فإن لم يقم فلا حرج.

Kami menganjurkan untuk berdiri ketika melihat jenazah yang lewat, meskipun jenazah kafir. Sampai dia dimasukkan ke kuburan atau tidak kelihatan. Meskipun jika tidak duduk, tidak dosa. (al-Muhalla, 3/380)

Beberapa hadits yang menjadi dalil pendapat kedua,

[1] Hadis dari Amir bin Rabi’ah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا رَأَيْتُمْ الْجَنَازَةَ فَقُومُوا لَهَا حَتَّى تُخَلِّفَكُمْ أَوْ تُوضَعَ.

Jika kalian melihat jenazah, berdirilah untuk menghormatinya, sampai dia hilang dari pandangan atau dimasukkan ke kuburan. (HR. Muslim 958)

[2] Hadis dari Ibnu Abi Laila, beliau bercerita,
Bahwa Qais bin Sa’d dan Sahl bin Hunaif pernah berada di Qadisiyah. Tiba-tiba ada jenazah yang lewat, lalu mereka berdiri. Salah seorang memberi tahu kepada dua sahabat ini, bahwa itu jenazah penduduk sini (Qadisiyah – orang non muslim). Mereka menjelaskan,

إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّتْ بِهِ جَنَازَةٌ فَقَامَ ، فَقِيلَ : إِنَّهُ يَهُودِيٌّ ؟ فَقَالَ : أَلَيْسَتْ نَفْسًا.

Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat jenazah lewat lalu beliau berdiri. Ada orang yang memberi tahu, ‘Jenazah itu orang yahudi.’ Beliau menjawab, “Bukankah dia juga manusia.” (HR. Muslim 960).

Menurut pendapat kedua, dalam masalah ini tidak ada nasakh. Sementara hadits yang menyebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap duduk ketika melihat jenazah lewat, tidak menunjukkan bahwa terjadi nasakh, namun hanya untuk menjelaskan bahwa tetap duduk ketika ada jenazah lewat hukumnya dibolehkan. Artinya berdiri sifatnya hanya anjuran.

Ibnu Hazm mengatakan,

فكان قعوده صلى الله عليه وسلم بعد أمره بالقيام مبينا أنه أمر ندب , وليس يجوز أن يكون هذا نسخا ; لأنه لا يجوز ترك سنة متيقنة إلا بيقين نسخ.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap duduk ketika ada jenazah, padahal sebelumnya beliau perintahkan berdiri, tujuannya menjelaskan bahwa berdiri sifatnya anjuran, dan tidak boleh dipahami nasakh. Karena tidak boleh meninggalkan sunah yang yakin, kecuali dengan naskh yang yakin pula. (al-Muhalla, 3/380 – 381).

Demikian, Allahu a’lam.
Oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
=====================

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

KEUTAMAAN BACAAN HAMDALLAH
~~~~~~~~~~~~~~~~~
بسم الله الرحمن الرحيم.

Allah Subhaanahuu wa ta'aalaa, Berfirman :

قُلِ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ وَسَلَٰمٌ عَلَىٰ عِبَادِهِ ٱلَّذِينَ ٱصْطَفَىٰٓ ۗ ءَآللَّهُ خَيْرٌ أَمَّا يُشْرِكُونَ ﴿٥٩﴾

"Katakanlah: "Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia?" (Q.S.27:59)

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam Bersabda :

✅ Hamdalah adalah sebaik-baiknya perkataan dan Allah pilihkan untuk hamba-hamba-Nya.

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ اصْطَفَى مِنْ الْكَلَامِ أَرْبَعًا سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ قَالَ وَمَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ كُتِبَتْ لَهُ بِهَا عِشْرُونَ حَسَنَةً وَحُطَّ عَنْهُ عِشْرُونَ سَيِّئَةً وَمَنْ قَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ فَمِثْلُ ذَلِكَ وَمَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فَمِثْلُ ذَلِكَ وَمَنْ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ كُتِبَ لَهُ بِهَا ثَلَاثُونَ حَسَنَةً وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا ثَلَاثُونَ سَيِّئَةً.

“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla telah memilih empat perkataan, yaitu Subhanallah, Alhamdulillah, Laa Ilaaha Ilallah, dan Allahu Akbar. Barangsiapa mengucapkan “Subhanallah” maka akan dituliskan untuknya dua puluh kebaikan dan dihapuskan darinya dua puluh kesalahan. Barangsiapa mengucapkan “Allahu Akbar” maka akan dituliskan untuknya seperti itu pula. Barangsiapa mengucapkan “Laa ilaaha illallah” maka akan dituliskan untuknya seperti itu pula. Dan barangsiapa mengucapkan “Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin” dari dalam hatinya, maka akan dituliskan untuknya tiga puluh kebaikan dan dihapuskan darinya tiga puluh kesalahan.” (HR. Ahmad no. 8032)
¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Hukum Menjadi Marketing Biro Haji dan Umroh

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

🍀 Untuk usaha seperti ini maka in syaa Allah tidak masalah, selama tidak ada unsur riba, sebagaimana yang dipegang oleh sebagian pemerintah dimana uang digulirkan terlebih dahulu digunakan untuk bisnis maka ini tentunya ada ghoror di dalamnya, tidak boleh kita ikut serta dalam kemungkaran.

🍀 Allah subhanahu wa ta'ala berfirman

ۘ وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya." [al-Mâidah/5:2]

Wallahu A'lam bisshawab
Oleh : Ustadz Abu Bakar al-Akhdhory, Lc
_____________________________

KEMULIAAN NASAB BUKAN JAMINAN KESELAMATAN

https://t.me/CintaTauhid

         
Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu berkata :

قَامَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ أُنْزِلَ عَلَيْهِ: وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ. قَالَ: (يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ -أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا- اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ، لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللهِ شَيْئًا، يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ لَا أُغْنِي عَنْكَ مِنَ اللهِ شَيْئًا، يَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنَ اللهِ شَيْئًا، وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَلِينِي مِنْ مَالِي مَا شِئْتِ لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنَ اللهِ شَيْئًا.

“Ketika (ayat),‘Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat,’
[Asy-Syu’arâ`: 214]
diturunkan kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, beliau berdiri seraya bersabda,
‘Wahai segenap kaum Quraisy -atau ucapan yang semisalnya-, tebuslah diri kalian (dari siksa Allah). Sesungguhnya aku tidak bisa mencukupi kalian sedikitpun di hadapan Allah. Wahai ‘Abbâs bin Abdul Muththalib, sesungguhnya aku tidak bisa mencukupi/membela dirimu sedikitpun di hadapan Allah. Wahai Shafiyyah, bibi Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, sesungguhnya aku tidak bisa mencukupi/membela dirimu sedikitpun di hadapan Allah. Wahai Fathimah, putri Muhammad, mintalah harta kepadaku sebagaimana keinginanmu. Sesungguhnya aku tidak bisa mencukupi/membela dirimu sedikitpun di hadapan Allah.’.”

✏ Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhû mengabarkan tentang apa yang dilakukan oleh Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam ketika Allah memerintahkan dalam kitab-Nya yang mulia untuk memberi peringatan kepada kerabat-kerabatnya, bahwa beliau betul-betul melaksanakan perintah tersebut. Beliau menyeru/ memanggil orang-orang Quraisy secara keseluruhan, juga beliau seru pamannya, bibinya serta anak perempuannya. Beliaupun memperingatkan mereka secara khusus dan memerintahkan mereka untuk menyelamatkan diri masing-masing dari adzab Allah dengan cara menauhidkan dan menaati-Nya. Beliau menyampaikan bahwa beliau tidak dapat melindungi mereka dari adzab Allah sedikitpun apabila mereka tidak beriman.
✏  Maka semata-mata kedekatan hubungan kekerabatan mereka dengan Rasul, tidaklah bermanfaat bagi mereka tanpa keimanan.

✏️ Hadits ini menunjukkan bahwa tidak boleh meminta kepada Rasul, apalagi kepada selain Rasul, kecuali apa-apa yang disanggupinya dalam perkara dunia. Adapun dalam perkara-perkara yang tidak disanggupi kecuali oleh Allah, maka tidaklah boleh memintanya kecuali kepada Allah. Pada hadits ini, terdapat bantahan terhadap para penyembah kubur yang mereka beristighatsah akan kesulitan-kesulitannya dan dalam pemenuhan keperluan-keperluannya kepada orang-orang yang telah meninggal.

📜Faedah Hadits

➡1. Bantahan terhadap orang-orang yang menyembah para nabi dan orang-orang shalih, yang mereka itu menggantungkan diri kepada makhluk dalam pemenuhan keperluan-keperluan mereka yang tidak disanggupi (pemenuhannya) kecuali hanya oleh Allah.
➡2. Bahwasanya tidak boleh meminta kepada hamba kecuali apa-apa yang disanggupinya.
➡3. Bersegeranya Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam dalam melaksanakan perintah Allah serta menyampaikan risalah.
➡4. Bahwasanya tidak ada yang bisa menyelamatkan dari adzab Allah kecuali iman dan amal shalih, bukan hanya dengan bersandar kepada nasab keturunan seseorang.

➡5. Bahwa orang yang pantas menjadi paling dekat dengan Rasul shallallâhu ‘alaihi wa sallam adalah orang-orang yang taat dan mengikuti beliau, baik dari kalangan kerabat-kerabat beliau maupun selainnya.
➡6. Bahwa semata-mata memiliki hubungan kekerabatan dengan Rasul shallallâhu ‘alaihi wa sallam tidak ada manfaatnya kalau tidak memiliki iman dan amal shalih serta aqidah yang benar.
__
[Diringkas dari Kitab Penjelasan Ringkas Kitab Tauhid karya Syaikh Shalih Al-Fauzan]

📁  dzulqarnain.net

♻ Raih amal shalih dengan menyebarkan kiriman ini , semoga bermanfaat.
Jazakumullahu khoiron.

══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═════

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Menghadapi Pemimpin yang Mungkar

Hadits-hadits ini telah diucapkan belasan abad yang lalu dan perjalanan sejarah hingga kini membuktikan bahwa ucapan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdasarkan wahyu ilahi. Coba simak beberapa hadits berikut:

"Sepeninggalku akan ada pemimpin-pemimpin yang tidak mengikuti petunjuk dan sunnahku. Dan akan memerintah orang-orang yang berhati setan dan bertubuh manusia. ”Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, “Saya bertanya “ Apa yang harus saya lakukan jika saya mendapati hal itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Engkau harus tetap taat dan patuh meskipun punggungmu dipukul dan hartamu diambil. Dengar dan taati mereka!”. [HR. Muslim no. 1847]

"Sungguh sepeninggalku nanti kalian akan menemui pemimpin-pemimpin yang mementingkan diri mereka sendiri, maka sabarlah sampai kalian berjumpa denganku di telaga." [HR. Al-Bukhari, no. 2377dan Muslim, no. 1061]

Di zaman ini, sangat mudah mendapati pemimpin yang memiliki sifat demikian. Namun untuk pemimpin berhati setan sekalipun, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap memerintahkan agar umat Islam bersabar menghadapi mereka.

Itulah jalan keselamatan yang telah beliau tunjukkan, namun diabaikan oleh banyak orang. Adakah perumpamaan yang lebih dalam lagi dari berhati setan?

Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Suatu saat akan datang para pemimpin. Mereka melakukan amalan ma’ruf (kebajikan) dan kemungkaran (kejelekan). Barangsiapa mengetahui bahwa itu adalah kemungkaran maka dia telah bebas. Barangsiapa mengingkarinya maka dia selamat. Sedangkan (dosa dan hukuman adalah) bagi siapa yang ridho dan mengikutinya.” Kemudian para shahabat berkata, “Apakah kami boleh memerangi mereka.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jangan selama mereka mengerjakan shalat.” [HR. Muslim no. 4906. Lihat penjelasan hadits ini di Ad Dibaj ‘ala Muslim, 4/462 dan Syarha An Nawawi ‘ala Muslim, 6/327]

Akan tetapi, jika yang menjadi penguasa negeri kaum muslimin adalah pelaku berbagai kemungkaran (ahlul maksiat) dan sering berbuat zalim, masihkah mereka dianggap sebagai penguasa muslimin yang sah? Apakah tetap wajib bagi kita menaati mereka dalam hal-hal yang ma’ruf? Hadits Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha menjadi jawaban atas dua pertanyaan ini. Mereka masih sebagai pemimpin kaum muslimin.

Mereka masih memiliki hak untuk ditaati dalam perkara yang ma’ruf. Perhatikan hadits Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha di atas. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam membimbing umat untuk tetap taat dan tidak memerangi pemimpin selama mereka masih menegakkan shalat, selama mereka masih muslim walaupun melakukan berbagai kemungkaran yang kita ingkari.

#pemimpin #ulilamri #nasihatnabi #ikutnabi #sabdanabi #sabar
☆☆☆☆☆▪▪▪▪▪☆☆☆☆☆▪▪▪▪▪

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Termasuk penyimpangan niat yang banyak menimpa manusia dan menodai kesucian ibadah mereka, selain perbuatan riya’, adalah terselipnya niat dan keinginan duniawi pada amal ibadah yang dikerjakan manusia. Penyimpangan ini penting untuk diketahui, karena sering menimpa seorang yang berbuat amal kebaikan tapi dia tidak menyadari terselipnya niat tersebut, padahal ini termasuk bentuk kesyirikan yang bisa menodai bahkan merusak amal kebaikan seorang hamba.

Allah Ta’ala berfirman,
“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan amal perbuatan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Merekalah orang-orang yang di akhirat (kelak) tidak akan memperoleh (balasan) kecuali neraka dan lenyaplah apa (amal kebaikan) yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka lakukan” (QS Huud: 15-16).

Ketika bermuamalah dengan sesama manusia, kita tetap dituntut untuk mengharap pahala dari Allah subhanahu wa ta'ala. Tidak melakukan perbuatan buruk kepada orang lain karena takut kepada Allah, bukan agar orang lain tidak berbuat buruk kepada kita.

Mengharap pahala karena berbuat baik kepada orang lain, bukan malah mengharap kebaikan yang sama dari orang lain. Menghormati manusia karena mengharap pahala dari Allah, bukan karena ingin dihormati.

Orang yang menginginkan balasan duniawi dengan amal shaleh yang dilakukannya, maka Allah Ta’ala akan memberikan balasan duniawi yang diinginkannya jika Allah Ta’ala menghendaki, dan terkadang dia tidak mendapatkan balasan duniawi yang diinginkannya karena Allah Ta’ala tidak menghendakinya (Fathul Majiid” hal. 452).

Oleh sebab itu, semakin jelaslah keburukan dan kehinaan perbuatan ini di dunia dan akhirat, karena keinginan orang yang melakukannya untuk mendapat balasan duniawi terkadang terpenuhi dan terkadang tidak terpenuhi, semua tergantung dari kehendak Allah Ta’ala.

Inilah balasan bagi mereka di dunia, dan di akhirat kelak mereka tidak mendapatkan balasan kebaikan sedikitpun, bahkan mereka akan mendapatkan azab neraka Jahannam dalam keadaan hina dan tercela.

#niatdunia #ingindinilaibaik #inginterkenal #penyimpanganniat
▪▪▪☆☆☆▪▪▪☆☆☆▪▪▪☆☆☆▪▪▪

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

SIRAH NABI 4: GARIS NASAB NABI MUHAMMAD

🔅 Nama lengkap Nabi Muhammad ﷺ adalah Muhammad bin ‘Abdullāh bin ‘Abdil Muththalib bin Hāsyim bin ‘Abdi Manaf bin Qushay bin Kilāb.

Qushay ini adalah orang pertama dari kakek moyang Nabi yang mengumpulkan kaum Quraisy untuk berkumpul di kota Mekkah demi menyusun kembali kekuatan.
Mereka adalah keturunan Nabi Ismā’īl ‘alayhissalām yang tersebar, kemudian dikumpulkan oleh kakek moyang mereka yaitu Qushay bin Kilāb.

Setelah mereka memiliki kekuatan yang mamadai, dengan dibantu oleh Qudha’ah maka mereka mulai menyerang Bani Khuza’ah untuk merebut kembali Ka’bah.
Karena sebenarnya yang berhak menguasai Ka’bah adalah keturunan Nabi Ismā’īl ‘alayhissalām.

Bukankah Jurhum ketika pertama kali menemui Hajar, pada saat itu Hajar lah yang menguasai zamzam?
Bukankah yang membangun Ka’bah adalah Nabi Isma’il yang merupakan nenek moyang suku Quraisy –sebagaimana telah lalu-?
Oleh karena itu, sebenarnya yang berhak menguasai Makkah adalah anak-anak keturunan Ismā’īl ‘alayhissalām yaitu Quraisy.

🔅 Akhirnya mereka pun menyerang Khuza’ah dan berhasil mengalahkan mereka. Maka semenjak saat itu, kepengurusan Mekkah beserta Ka’bah dipegang oleh orang-orang Quraisy yang dipimpin oleh Qushay bin Kilāb.

Setelah itu Qushay bin Kilab membagi kepengurusan Ka’bah dalam scope yang lebih kecil:

▪  ada bagian siqoyah (yang bertugas memberi minuman kepada jama’ah haji);
▪  rifadah (yang bertugas memberi makanan kepada jama’ah haji);
▪  hijabah (yang bertugas menentukan waktu penutupan Ka’bah dengan Kiswah dan kapan Ka’bah dibuka pintunya);
▪  dan liwā’ (yang memegang kepemimpinan di dalam peperangan).
Qushay membagi kepengurusan Ka’bah ini kepada anak-anaknya.

🔅 Qushay bin Kilab memiliki 4 orang anak ‘Abduddār,
‘Abdu Manāf (kakek Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam), ‘Abdusysyams dan ‘Abdul ‘Uzza. Saat Qushay bin Kilab telah mencapai masa tua, dia pun memberikan kepengurusan kepada anaknya yang tertua yaitu ‘Abduddār.

🔅 Setelah ‘Abduddār meninggal dunia, terjadi perselisihan diantara anak-anak ‘Abduddār dan anak-anak ‘Abd Manaf.
Mereka terpecah menjadi 2 kubu, yaitu kubu yang mendukung anak-anak ‘Abduddār dan kubu yang mendukung anak-anak ‘Abdu Manaf.

🔅 Bahkan mereka saling membuat sekutu, dan saling bersumpah.
Diantara mereka ada yang mengadakan sumpah setia yang kemudian disebut Halful Muthayyabīn, yaitu dari anak-anak ‘Abdu Manaf. Dikatakan demikian karena mereka berkumpul dan mencelupkan tangan mereka di sebuah tempat yang berisi minyak wangi, sehingga mereka dikenal dengan sebutan al-Muthayyabīn (yang wangi), dimana mereka bersumpah untuk melawan saudara-saudara mereka sendiri.

Sementara anak-anak ‘Abduddār bersama sekutunya juga bersumpah dengan cara yang sama, namun bukan dengan cara mencelupkan tangan ke minyak wangi, melainkan ke darah.

🔅 Mereka meyakini bahwa kepengurusan terhadap Ka’bah adalah perkara yang mulia. Sejak dahulu mereka mengagungkan Ka’bah. Mereka rela mengeluarkan uang dan harta, bukan sebaliknya dengan mengambil uang dan harta dari pengelolaan Ka’bah.

Mereka mengeluarkan uang untuk memberi makan dan minum kepada jama’ah haji, dan ini adalah suatu kebanggaan bagi mereka. Bahkan mereka rela berperang dan saling membunuh demi memperoleh kebanggaan ini. Dan ini terjadi sudah sejak zaman dahulu.

Perselisihan ini pun akhirnya mereda dan merekapun akhirnya berdamai. Lalu mereka membuat kesepakatan pembagian tugas menjadi dua, yaitu :

1 Bagian rifadah dan siqayah (memberi makanan dan minuman) diberikan kepada Bani ‘Abdi Manaf.
2 Bagian peperangan, liwa’, dan hijabah serta kunci Ka’bah diserahkan kepada Bani ‘Abduddār.

🔅 Abd Manaf punya 4 orang anak yaitu Hāsyim, Al-Muttholib, ‘Abdusysyams dan Naufal. Hāsyim putra sulung ‘Abdu Manaf (kakeknya Nabi), dialah yang memegang siqayah dan rifadah.

➖  Dia terkenal sebagai orang yang bertanggung jawab memberi makanan dan minuman bagi jamaah haji. Hāsyim terkenal sebagai orang yang sangat baik dan dermawan. Beliau dikenal dengan panggilan Hasyim, karena namanya diambil dari لِهَشْمِهِ الْخُبْزَ “memecahkan roti” untuk dibagikan kepada jama’ah haji.

➖  Diantara kisahnya yaitu suatu hari beliau pergi ke negeri Syam untuk berdagang, namun beliau mampir ke kota Madinah terlebih dahulu. Di Madinah beliau menikah dengan seorang wanita yang bernama Salma binti ‘Amr dari bani ‘Adiy bin an-Najjaar, lalu tinggal di Madinah beberapa waktu.
Setelah itu beliau melanjutkan perjalanan menuju negeri Syam, dan ternyata istrinya yaitu Salma dalam kondisi mengandung. Hasyim akhirnya meninggal di kota Gozzah di Palestina, dan Salma melahirkan putranya yang bernama Syaibah, karena ada syaibah (uban) di kepalanya. Maka tumbuhlah Syaibah di Yatsrib (Madinah) tanpa sepengatahuan paman-pamannya (saudara-saudara Hasyim).

Setelah Hāsyim meninggal maka pengurusan rifadah dan siqoyah berpindah kepada saudaranya Al-Muttholib. Dan Al-Muttholib juga dikenal sangat dermawan sehingga ia diberi gelar dengan Fayyadh (yang mengalir darinya kebaikan-kebaikan).

Setelah beberapa tahun, Al-Muttholib mendengar tentang keponakannya yaitu Syaibah bin Hasyim yang ada di Yatsrib. Ia pun mencari keponakannya untuk dibawa pulang ke Mekah. Tatkala Al-Muttholib melihat Syaibah, ia sedih dan menangis. Lalu ia hendak membawanya ke Mekah, tetapi Syaibah tidak mau sampai dia meminta izin kepada ibunya. Ibunya tidak mengizinkan hingga akhirnya Al-Muttholib membujuknya dan berkata bahwa Syaibah hendak pergi ke kekuasaan ayahnya (Hasyim), akhirnya ibunya pun mengizinkan.
Tatkala Al-Muttholib masuk ke kota Mekah sambil membonceng Syaibah di atas ontanya,
orang-orang Mekah pun berkata kepada Syaibah

ini adalah Abdul Muttholib (budaknya Al-Muttholib)”,

karena menyangka bahwa Syaibah adalah budaknya Al-Muttholib. Maka Al-Muttholib berkata,

Celaka kalian, ini adalah putra saudaraku Hasyim”. Setelah Al-Muttholib meninggal dunia, tanggung jawab ini (siqoyah dan rifadah) diteruskan kepada Abdul Muttholib (syaibah) bin Hasyim. (Lihat ar-Rohiiq al-Makhthuum 40-41).

🔅Abdul Muttholib adalah kakek Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Setelah ‘Abdul Muttholib meninggal dunia, tugasnya pun diserahkan kepada anaknya, yaitu Al-‘Abbas bin ‘Abdil Muththalib (paman Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam).

📚 Sumber: Firanda.com
🖊 Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja
〰〰〰
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

SIRAH NABI 5 : KONDISI KEAGAMAAN SEBELUM DI UTUSNYA NABI MUHAMMAD

Kondisi keagamaan sebelum diutusnya Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam didominasi dengan kerusakan dan kesyirikan.

📌 Walau dalam beberapa segi mereka memiliki sifat-sifat baik seperti jujur dan gemar memuliakan tamu.
Karena itulah, mereka adalah orang-orang yang paling semangat dan merasa bangga dengan mengagungkan Ka’bah. Mereka merasa bangga bisa membantu memberi makan dan minum kepada jama’ah haji.

⛔  Awal kesyirikan terjadi di Mekkah, dipelopori oleh ‘Amr bin Luhay Al-Khuza’i dari Bani Khuza’ah.
Dia adalah orang yang sangat dermawan, sangat luar biasa kedermawanannya. Sampai-sampai dikisahkan oleh para sejarawan seperti Al-Azruqi dalam Al-Akhbar Makkah (jilid 1/100), demikian juga dinukil oleh Imam Ibnu Katsir rahimahullāh dalam kitabnya Al-Bidayah wa An-Nihayah (jilid 3/187).

➖ Bahwa diantara bentuk kedermawanan Amr bin Luhay adalah dia orang yang pertama kali memberi makanan dan minuman kepada jama’ah haji dengan gratis.
Bahkan disebutkan oleh al-Hafizh Ibnu Katsir:

  “Terkadang  ‘Amr bin Luhay ini kalau musim haji dia menyembelih 10 ribu ekor unta untuk jama’ah haji, memberikan 10 ribu pakaian, dan setiap tahun dia memberi makan kepada orang-orang Arab, membuatkan bagi mereka hais (korma yang dicampur tepung) yang dicampur dengan minyak saman dan madu, serta membuatkan bagi mereka adonan sawiq.” (Al-Bidayah wa An-Nihayah 3/187)

➖  Dia adalah orang yang sangat terpandang dan dihormati oleh orang-orang Arab pada zaman itu. Seluruh perkataannya didengar dan diikuti. Maka wajar jika ketenaran dan kebaikannya tersebar ke seantero jazirah Arab.
Namun seseungguhnya dialah orang yang pertama kali membawa bencana di negeri Arab.

Di Mekkah dahulu telah terjadi kemaksiatan, kezhaliman, serta perzinaan, namun belum terjadi kesyirikan.
Kesyirikan pertama kali dipelopori oleh ‘Amr bin Luhay Al-Khuza’i.

➖  Disebutkan bahwa dia pergi bersafar ke negeri Syam dimana telah merebak kesyirikan di negeri Syam pada saat itu. Dia mendapati penduduk negeri Syam menyembah berhala-berhala.
Dia bertanya:

    “Apa yang kalian sembah ini?”

Mereka mengatakan:

   “Ini patung-patung, dengan wasilah (perantara) patung ini, apabila kami minta hujan maka tuhan kami menurunkan hujan.”

➖  Maka dia meminta agar diberikan hadiah berupa patung yang akan dia bawa pulang ke Mekkah. Mulailah dia mengajak orang-orang untuk mencoba ibadah ini. Karena Amr bin Luhay adalah orang yang perkataannya didengar, maka bangsa Arab menyambut ajakannya dan ikut-ikutan menyembah patung-patung tersebut, hingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan bagi bangsa Arab untuk menyembah patung.

➖  Sebelum dia membawa kebiasaan menyembah patung, kesyirikan pertama kali yang dia lakukan adalah khurafat.

➖  Dalam suatu hadits shahih yang dikeluarkan oleh Bukhari, dari hadits Abū Hurairah radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu dan juga dari hadits ‘Āisyah radhiyallāhu Ta’āla ‘anhā, Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :
    
   Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam suatu saat shalat kemudian beliau mundur (para shāhabat heran kenapa mundur), kata Nabi:

“Aku diperlihatkan oleh Allāh neraka Jahannam yang apinya menghantam satu dengan yang lainnya. Aku melihat dalam neraka Jahannam ada ‘Amr bin Luhay dan dia adalah orang yang telah mengkeramatkan onta.”

Dalam hadits lain riwayat Abū Hurairah, kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:                                      

  “Aku melihat ‘Amr bin Luhay Al-Khuzā’i menyeret ususnya didalam neraka karena dia adalah orang yang pertama kali mengkeramatkan onta-onta.” (HR Al-Bukhari no 3521)

Dalam riwayat Ahmad, kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

  “Aku melihat di dalamnya Luhay bin ‘Amr menyeret ususnya di dalam neraka dan wajahnya mirip dengan Ma’bad bin Aktsam.”

Saat itu ada seorang shāhabat namanya Ma’bad bin Aktsam yang wajahnya sangat mirip dengan ‘Amr bin Luhay Al-Khuzā’i.
Maka Ma’bad ini bertanya:

“Yā Rasūlullāh, apakah dikhawatirkan orang yang mirip dengan dia, dia adalah nenek moyangku?” (Karena dia adalah dari keturunannya ‘Amr bin Luhay).

Jawab Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

  “Tidak, engkau beriman sementara dia orang kafir. Dan dia adalah orang yang pertama kali menjadikan orang-orang Arab untuk menyembah berhala.” (HR Ahmad no 14800)

Apa yang dilakukan oleh ‘Amr bin Luhay Al-Khuzā’i diabadikan oleh Allah di dalam Al-Quran. Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

   “Allah sekali-kali tidak pernah mensyari´atkan adanya bahiirah, saaibah, washiilah dan haam (ini nama-nama unta atau kambing yang dikeramatkan-pent). Akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti”. (QS Al-Maidah : 103)

➖ ‘Amr bin Luhay al-Khuzaa’i melarang memotong unta atau kambing yang dihalalkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Bahkan Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullāh dalam perkataannya yang indah dalam kitab Al-Bidāyah wa An-Nihāyah,
▪ beliau menjelaskan bahwasanya ‘Amr bin Luhay Al-Khuzā’i melakukan ini semua dalam rangka sebagai rahmat terhadap hewan-hewan, menurut persangkaannya.

▪Dan bid’ah-bid’ah yang mereka lakukan dari syari’at-syari’at yang bathil dan rusak adalah sesuatu yang disangka oleh pembesar mereka (‘Amr bin Luhay Al-Khuzā’i, semoga Allāh memburukkan wajahnya) sebagai suatu mashlahat dan sebagai suatu bentuk rahmat kepada hewan ternak.

▪ Secara sekilas dan zhahirnya perbuatan ini seolah-olah tampak bagus. Unta yang sudah melahirkan anak betina 5 kali berturut-turut, dianggap telah berjasa sehingga tidak boleh disentuh dan diperas susunya. Secara sekilas hal tersebut merupakan mashlahat dan rahmat, tetapi sejatinya hal tersebut adalah bid’ah yang sesat dan awal mula munculnya kesyirikan, yaitu mengkeramatkan hewan-hewan.

Maka setelah itu syirik berkembang, dimulai dari penyembahan patung-patung yang mereka jadikan washilah bagi mereka dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

📌 Dari sini wajar kalau kita mengetahui bahwasanya orang-orang Arab dahulu meskipun mereka di zaman Jahiliyyah, mereka telah mengenal Allāh, mereka mengenal Ka’bah, mengenal dakwah tauhid yang merupakan ajaran Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām yang masih tersisa pada mereka. Mereka mengenal Allāh sebagai Pencipta. Maka jangan disangka orang-orang musyrik tidak mengenal Allāh, mereka kenal.

📚  Jika kita mengetahui sejarah tentang perjalanan Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām, Nabi Ismā’īl ‘alayhissalām hingga Jurhum, Khuza’ah dan Quraisy, maka kita tahu bahwasanya adalah sesuatu yang wajar apabila mereka mengenal Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Allāh mengatakan dalam Al-Qurān:

“Kalau engkau bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi, maka sungguh-sungguh mereka mengatakan yang menciptakan adalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla." (QS Az-Zumār : 38)

➖  Oleh karenanya mereka berhaji sejak zaman sebelum Nabi Muhammad dan mereka juga bertalbiyah.

Oleh karenanya dalam Shahih Muslim, ketika Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam melihat orang-orang Musyrik Quraisy thawaf di Ka’bah,  mereka kemudian bertalbiyah

  “Yā Allāh, kami penuhi panggilanMu, yā Allāh tidak syarikat (sekutu) bagimu.”

lalu Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berkata kepada mereka:

“Celaka kalian, cukup perkataan kalian, (jangan ditambah lagi talbiyahnya).”

Kemudian mereka menambahkan:

“Kecuali syarikat (sekutu) milikMu, Engkau menguasainya, dan sekutu tersebut tidak menguasai.”

Mereka kaum musyrikin mengucapkan hal ini (talbiyah syirik) sementara mereka sedang thowaf di ka’bah. (HR Muslim no 1185).

➖  Mereka juga bertalbiyah meskipun talbiyah mereka mengandung kesyirikan. Bahkan mereka mengucapkan talbiyah itu sambil thowaf untuk mengagungkan Allah.

⛔ Mereka mengakui Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Tetapi mengapa mereka menyembah patung-patung?
Sesungguhnya patung-patung itu hanya simbol dari orang-orang shālih, simbol yang mendekatkan mereka kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Oleh karena itu, mereka berkata sebagaimana Allāh abadikan perkataan mereka dalam Al-Qurān:

“Kami tidak menyembah mereka kecuali untuk mendekatkan kami kepada Allāh dengan sedekat-dekatnya.” (Az-Zumār 3)

⛔ Inilah asal kesyirikan mereka, yaitu dalam rangka mengagungkan Allāh melalui perantara-perantara.
Karenanya Ar-Raazi, salah seorang mufassir dari madzhab Syāfi’iyyah dalam kitabnya Mafātihul Ghāib berkata,

“Bahkan kaum musyrikin mengetahui dengan jelas sekali bahwasanya patung-patung tersebut tidak menimbulkan perbuatan sama sekali, tidak ada penciptaan dan tidak ada pengaruh. Jika perkaranya demikian maka menjadikan mereka sebagai syarikat bagi Allah Subhaanahu wa Ta’aala dalam penyembahan merupakan murni kebodohan dan kedunguan” (At-Tafsiir Al-Kabiir 19/33)

Beliau juga berkata,

  “Mereka (kaum kafir) menjadikan patung-patung dan arca-arca dalam bentuk para nabi-nabi mereka dan orang-orang mulia mereka. Mereka menyangka bahwasanya jika mereka beribadah kepada patung-patung tersebut maka orang-orang mulia tersebut akan menjadi pemberi syafaat bagi mereka di sisi Allah.

  "Dan yang semisal dengan ini di zaman sekarang banyak orang yang mengagungkan kuburan-kuburan orang-orang mulia dengan keyakinan bahawasanya jika mereka mengagungkan kuburan-kuburan orang-orang mulia tersebut maka mereka akan menjadi pemberi syafaat bagi mereka di sisi Allah” (Mafaatiihul Goib/At-Tafsiir Al-Kabiir 17/63).

⛔  Mereka beranggapan, melalui perantara-perantara yang dekat dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla permintaan mereka akan lebih mudah dikabulkan daripada langsung meminta kepada Allāh.
Sehingga Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan:

  "Dan jika hambaKu bertanya kepadaKu wahai Muhammad, maka sesungguhnya Aku dekat, Aku kabulkan orang yang berdo’a kepadaKu.” (QS Al-Baqarah : 186)
📌 Yaitu tanpa perlu melalui perantara atau wasilah apapun. Langsung meminta kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Ar-Raazi berkata,

  “Allah subhanahu wa ta’ala berfirman ((Dan jika hamba-hambaKu bertanya kepadamu (wahai Muhammad) tentang aku maka sesungguhnya aku dekat)), Allah subhaanahu wa ta’aala tidak berkata ((Katakanlah aku dekat)), maka ayat ini menunjukkan akan pengagungan kondisi tatkala berdoa dari banyak sisi.

▪Yang pertama, seakan-akan Allah subhaanahu wa ta’aala berkata :
   "HambaKu engkau hanyalah membutuhkan washithoh (perantara) di selain waktu berdoa adapun dalam kondisi berdoa maka tidak ada perantara antara Aku dan engkau” (Mafaatihul Goib 5/106)

✅ Inilah pentingnya mengenal sejarah tentang kesyirikan yang terjadi sebelum datangnya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan juga setelah datangnya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, yaitu agar kita tidak terjerumus ke dalam kesyirikan-kesyirikan tersebut.

BERSAMBUNG. . . . .

📚 Sumber: Firanda.com
🖊 Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja
〰〰〰

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

CATATLAH ILMU KETIKA DI MAJELIS ILMU

-- Saudarakau, Ada beberapa adab majelis ilmu yang mungkin sudah kita lupakan dan lalaikan yaitu berusaha mencatat ilmu tersebut.

-- Seringnya kita datang ke majelis ilmu dengan niat yang kurang ikhlas, datang ke majelis ilmu hanya sekedar mendengarkan sambil santai-santai, itupun tidak serius.

-- Ada yang sambil bermain HP, ada yang sambil bersandar di posisi paling belakang dan adab yang tidak selayaknya ada di majelis ilmu yang mulia serta di doakan oleh para malaikat.

-- Bahkan ada yang niatnya kurang baik yaitu majelis ilmu dengan tujuan utama ngumpul-ngumpul, kopdar, ingin ketemu ustadznya atau tujuannya berdagang saja. Semoga niat ini bisa diperbaiki agar mendapatkan keberkahan ilmu dengan adab majelis yang benar.

Anjuran mencatat ilmu

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam

قَيِّدُوا الْعِلْمَ بِالْكِتَابِ

Ikatlah ilmu dengan dengan menulisnya” [Silsilah Ash-Shahiihah no. 2026]

Bahkan beliau memerintahkan sebagian sahabatnya agar menulis ilmu. Salah satunya adalah Abdullah bin ‘Amru. Beliau bersabda kepadanya:

اكْتُبْ، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، مَا خَرَجَ مِنْهُ إِلَّا حَقٌّ

“Tulislah. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya. Tidaklah keluar darinya melainkan kebenaran” [HR. Ahmad 2/164 & 192, Al-Haakim 1/105-106, shahih]

Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata,

الْعِلْمُ صَيْدٌ وَالْكِتَابَةُ قَيْدُهُ قَيِّدْ صُيُوْدَكَ بِالْحِبَالِ الْوَاثِقَهْ

فَمِنَ الْحَمَاقَةِ أَنْ تَصِيْدَ غَزَالَةً وَتَتْرُكَهَا بَيْنَ الْخَلاَئِقِ طَالِقَهْ

Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya.

Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat.

Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang.

Setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja.

[Diwan Syafi’I hal. 103]

Sampai-sampai Asy-Sya’bi rahimahullah berkata,

إِذَا سَمِعْتَ شَيْئًا فَاكْتُبْهُ وَلَوْ فِي الْحَائِطِ

Apabila engkau mendengar sesuatu ilmu, maka tulislah meskipun pada dinding” [Al-‘Ilmu no. 146 oleh Abu Khaitsamah]

Mencatat ilmu agar tidak mudah lupa

-- Daya ingat manusia lemah dan terbatas, karenanya kita dianjurkan agar mencatat ilmu. Dengan mencatat ilmu ketika di majelis, maka kita berusaha merangkum apa yang didengar dan mencatatnya.

-- Ini membuat lebih fokus ketika mengikuti majelis ilmu dan membuat ingatan lebih kokoh dan yang lebih penting sikap ini menunjukkan perhatian kita terhadap ilmu serta memulia ilmu agama yang berkah ini.

Tafsir surat Al-Alaq yaitu agar kita mencatat ilmu agar tidak mudah lupa, yaitu membaca dari tulisan.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata,

قلنا: نعم له دواء ـ بفضل الله ـ وهي الكتابة، ولهذا امتن الله عز وجل على عباده بها فقال: {اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِى خَلَقَ * خَلَقَ الإِنسَـنَ مِنْ عَلَقٍ * اقْرَأْ وَرَبُّكَ الاَْكْرَمُ * الَّذِى عَلَّمَ بِالْقَلَمِ}. (العق: 1 ـ 4). فقال (اقرأ) ثم قال: {الَّذِى عَلَّمَ بِالْقَلَمِ } يعني اقرأ من حفظك، فإن لم يكن فمن قلمك، فالله تبارك وتعالى بين لنا كيف نداوي هذه العلة، وهي علة النسيان وذلك بأن نداويها بالكتابة، والان أصبحت الكتابة أدقُّ من الأول، لأنه وجد ـ بحمد الله ـ الان المسجِّل

“kita katakan, iya. Lupa ada obatnya –dengan karunia dari Allah- yaitu menulisnya. Karenanya Allah memberi karunia kepada hamba-Nya dengan surat Al-Alaq. Yaitu “iqra’” kemudian “mengajarkan dengan perantara pena”. Maksudnya, bacalah dengan hapalannya, jika tidak hapal maka dengan tulisanmu.

Allah Tabaraka Ta’ala menjelaskan kepada kita bagaimana mengobati penyakit ini yaitu penyakit lupa dan kita obati dengan menulis. Dan sekarang menulis lebih mudah dibanding dahulu karena mudah didapatkan dan segala puji bagi Allah, sekarang bisa direkam.”
[Mutshalah Hadits syaikh Al-Utsaimin]

Ikat juga ilmu dengan amal

Di zaman sekarang di mana sarana tulis-menulis dan kemudahan copy-paste serta sarana sosial media internet, maka mencata dan menyalin cukup mudah, karenanya ada ungkapan,

قيد العلم بالعمل

“ikatlah ilmu dengan mengamalkannya”

Ilmu lebih layak diikat dengan amal karena ilmu yang telah diikat dikitab-kitab telah banyak dilupakan. Apalagi di zaman ini kita sangat butuh terhadap amal, contoh akhlak mulia bagi masyarakat.

📚 Sumber    : Muslim.or.id
🖊 Penyusun:  dr. Raaehanul bahraen
〰〰〰

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Di antara kesedihan yang banyak menimpa manusia adalah kondisi dimana seseorang mendapatkan sesuatu yang tidak diharapkannya. Banyak orang yang berusaha menggapai sesuatu yang kelihatannya baik, ia mati-matian mendapatkannya dan mengorbankan apapun yang ia miliki demi terwujudnya impian itu.

Tetapi tanpa disadari hal itu tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Ketika hal seperti ini terjadi, tak sedikit orang yang menyalahkan pihak lain, bahkan Allah, Rabb yang mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya pun tak luput untuk disalahkan.

Yang terbaik adalah pilihan Allah. Sesungguhnya yang lebih mengetahui tentang kemaslahatan kita adalah pencipta kita. Dia-lah Allah yang telah menciptakan kita dan mengetahui apa yang terbaik untuk kita, Dia mengetahui perkara-perkara gaib di masa depan, Dia-lah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?” (QS. Al Mulk: 14)

Terkadang kita merencanakan sesuatu, menurut prasangka dan perkiraan kita, apa yang kita rencanakan adalah yang terbaik bagi diri kita. Kita pun berusaha untuk meraihnya. Namun ternyata kita gagal setelah berusaha, tidak sesuai dengan apa yang kita kehendaki. Atau terkadang ada musibah yang menimpa kita, yang membuyarkan semua yang kita cita-citakan.

Namun ingatlah, kaum muslimin yang dirahmati Allah Ta’ala.

Jika seorang hamba telah berusaha dan telah berdoa, maka hasil akhir yang Allah tetapkan adalah yang terbaik bagi hamba tersebut. Kenapa? Karena yang terbaik adalah pilihan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 216)

Kemudian Allah tutup ayat ini dengan kalimat,
“Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)

Lihatlah! Rentetan ujian yang dihadapi Nabi Yusuf ternyata semua itu kesimpulannya adalah anugerah, kesimpulannya adalah karunia, Allah hendak mengangkat Nabi Yusuf sebagai seorang pembesar di negeri Mesir bahkan seorang raja. Tidak hanya itu, dengan lantaran itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menakdirkan Nabi Yusuf membawa ayah, ibu, saudara-saudaranya tinggal bersama di negeri Mesir dari kehidupan yang sulit menuju kehidupan yang lapang.

Ini adalah anugerah yang sangat luar biasa, walaupun ceritanya tidak seperti yang kita bayangkan. Tidak semua anugerah datang dengan jalan penuh kenikmatan, sebagaimana karunia yang didapatkan Nabi Yusuf haru melewati berbagai ujian.

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#ujian #ujianhidup #sedih #nikmat #akhircerita
~~~~~~~~~~~

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Berbicara tentang hidayah berarti membahas perkara yang paling penting dan kebutuhan yang paling besar dalam kehidupan manusia. Betapa tidak, hidayah adalah sebab utama keselamatan dan kebaikan hidup manusia di dunia dan akhirat. Sehingga barangsiapa yang dimudahkan oleh Allah Ta’ala untuk meraihnya, maka sungguh dia telah meraih keberuntungan yang besar dan tidak akan ada seorangpun yang mampu mencelakakannya.

Karenanya seyogyanyalah kita sebagai manusia yang sangat membutuhkan hidayah ini untuk selalu berusaha meraih hidayahNya. Jangan hanya kita bersemangat untuk mencari rezeki hingga banting tulang, namun melupakan hal yang paling penting untuk kehidupan abadi kita.

Dikarenakan inti dan hakikat hidayah adalah taufik dari Allah Ta’ala, sebagaimana pada penjelasan sebelumnya, maka berdoa dan memohon hidayah kepada Allah Ta’ala merupakan sebab yang paling utama untuk mendapatkan hidayah-Nya.

Dalam hadits Qudsi yang shahih, Allah Ta’ala berfirman: “Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua tersesat kecuali orang yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku niscaya Aku akan berikan petunjuk kepada kalian” (HR. Muslim no. 2577).

Oleh karena itu, Allah Ta’ala yang maha sempurna rahmat dan kebaikannya, memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk selalu berdoa memohon hidayah taufik kepada-Nya, sebagaimana dalam surah Al Fatihah:
“Berikanlah kepada kami hidayah ke jalan yang lurus”. (Qs. Al-Fatihah: 6)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Seorang hamba senantiasa kebutuhannya sangat mendesak terhadap kandungan doa (dalam ayat) ini, karena sesungguhnya tidak ada keselamatan dari siksa (Neraka) dan pencapaian kebahagiaan (yang abadi di Surga) kecuali dengan hidayah (dari Allah Ta’ala) ini. Maka barangsiapa yang tidak mendapatkan hidayah ini berarti dia termasuk orang-orang yang dimurkai oleh Allah (seperti orang-orang Yahudi) atau orang-orang yang tersesat (seperti orang-orang Nashrani)” (Majmuu’ul fata-wa” (14/37).

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#hidayah #jalankebenaran #islam #doa
~~~~~~~~~~~~~~~~

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Saudariku, betapa banyaknya umat muslim yang berpaling dari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kemudian menggantinya dengan kebiasaan orang-orang kafir. Lihatlah bagaimana kebiasaan mereka dalam berpakaian, berkata, tata cara makan, dan pola pikir yang sangat jauh dari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam namun mirip kebiasaan orang-orang kafir.

Salah satunya adalah ucapan salam yang zaman ini sudah sangat jarang terdengar di telinga kita. Mereka mengganti sunnah yang mulia ini dengan ucapan-ucapan yang tidak bermakna bahkan terkadang menghina. Padahal di dalam salam dan menjawab salam terkandung doa yang sangat bermanfaat.

Dari ‘Amar bin Yasir, beliau mengatakan,
“Tiga perkara yang apabila seseorang memiliki ketiga-tiganya, maka akan sempurna imannya: bersikap adil pada diri sendiri, mengucapkan salam pada setiap orang, dan berinfak ketika kondisi pas-pasan. ” (Diriwayatkan oleh Bukhari secara mu’allaq yaitu tanpa sanad. Syaikh Al Albani dalam Al Iman mengatakan bahwa hadits ini shohih)

Beberapa kita temukan ketika dua orang atau lebih saling bertemu di zaman ini mereka saling menyapa dengan sesuatu seperti 'halo cuy', 'hai bro', 'halo nyet', 'hai tayo', 'salam sukses', 'salam kuper', 'mlikum' dll.

Hendaklah jika kita memberi salam (terutama melalui WA, sms, email, surat, beri comment), janganlah ucapan salam tersebut  kita ringkas menjadi: Ass. atau Ass.wr.wb. atau yang lainnya. Bentuk semacam ini bukanlah salam. Salam seharusnya tidak disingkat. Seharusnya jika ingin mengirimkan pesan singkat, maka hendaklah kita tulis: Assalamu’alaikum. Itu lebih baik daripada jika kita tulis: Ass., tulisan yang terakhir ini tidak ada maknanya dan bukanlah salam.

Oleh karena itu, hendaklah kita selalu menyebarkan syiar salam ini ketika bertemu saudara kita, ketika berjalan, dan dalam setiap kondisi. Hendaklah pula kita mengucapkan salam kepada orang yang kita kenali ataupun tidak. Dan dalam menulis sms atau email, hendaklah kita juga gemar menyebarkan syiar Islam yang satu ini.

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#salam #salamsapa #salamsukses
~~~~~~~~~~~~~~

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

BAN

Seorang anak memperhatikan ayahnya yang sedang mengganti ban mobil mereka.

Dia terheran-heran mengapa ayahnya mau repot-repot mengerjakan ini dan tidak memanggil orang bengkel saja untuk mengerjakannya.

Sang ayah tersenyum. "Sini, nak, ada kesenangan tersendiri ketika kita mengganti ban, karena mengingatkan kita tentang filosofi ban yang bisa kita pelajari untuk hidup kita," kata ayah.

"Belajar dari ban?" Tanya  sang anak heran.

Sang ayah tertawa, perhatikan ban ini dengan segala sifat-sifatnya.

Pertama, ban selalu konsisten bentuknya, bundar.

Apakah dia dipasang di sepeda roda tiga, motor balap pamanmu, atau roda pesawat terbang.

Ban tak pernah berubah menjadi segi tiga atau segi empat.

Kedua, ban selalu mengalami kejadian terberat.

Ketika melewati jalan berlubang, dia dulu yang merasakan.

Saat melewati aspal panas, kotoran  hewan atau ketika ada banjir, ban juga yang harus mengalami langsung.

Yang ketiga, ban selalu menanggung beban terberat, ketika mobil sedang berjalan maupun diam, ketika mobil sedang kosong, maupun saat penuh penumpang dan barang.

Yang keempat, ban tak pernah sombong dan berat hati menolak permintaan pihak lain. Ban selalu senang bekerja sama.
Ketika pedal rem memerintahkannya berhenti, dia berhenti. Ketika pedal gas menyuruhnya lebih cepat, dia pun taat dan melesat.

Bayangkan kalau ban tak suka kerjasama dan bekerja sebaliknya?
Saat direm malah ngebut, dan saat digas malah berhenti?

"Wow, benar juga!" puji sang anak.

Sifat kelima ban adalah meski banyak hal penting yang dilakukannya, dia tetap rendah hati dan tak mau menonjolkan diri.

Misalnya ketika di show room atau pameran mobil, pengunjung lebih mengagumi bentuk body mobil itu, lalu ketika mereka masuk ke dalam, yang menerima pujian berikutnya adalah interior mobil itu. Sofanya empuk, AC-nya dingin, dashboardnya keren, dll.

Jarang sekali ada orang yang memperhatikan ban apalagi sampai memuji ban.

Padahal semua kehebatan mobil, tak akan berarti apa-apa kalau bannya kempes atau bocor.

Sang ayah selesai mengganti bannya, dan berdiri menatap hasil kerjanya dengan puas.

Yang keenam tentang filosofi ban adalah, betapa pun bagus dan hebatnya mobil yang kau miliki, atau sepeda yang kau punya, atau pesawat yang kita naiki, saat ban tak berfungsi, kita tak akan bisa kemana-mana. Kita tak akan pernah sampai ke tujuan.

Sang ayah menuntaskan penjelasannya, Jadi kelak, meski kau menghadapi banyak masalah dibanding kawan-kawanmu, tak mendapat pujian sebanyak kawan-kawanmu, bahkan terus menanggung beban berat di atas pundakmu, tetaplah kamu konsisten dengan kebaikan yang kau berikan, tetaplah mau bekerja sama dengan orang lain, jangan sombong dan merasa hebat sendiri, dan yang terpenting, tetaplah menjadi penggerak di manapun kau berada.

Itulah yang ayah maksud dengan hal-hal yang bisa kita pelajari dari ban untuk hidup kita.
~~~~~~~~~~~~~~~~

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Istilah “hijrah” menjadi lebih populer di zaman ini. Hijrah yang dimaksudkan yaitu mulai kembali kepada kehidupan beragama, berusaha mematuhi perintah Allah, menjauhi larangan-Nya dan berusaha menjadi lebih baik, karena sebelumnya tidak terlalu peduli atau sangat tidak peduli dengan aturan agama.

Istilah ini dibenarkan, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bahwa orang yang berhijrah (muhajir) adalah orang yang meninggalkan larangan Allah dan kembali kepada Allah dan agamanya.

Sangat membuat kita sedih, ketika ada sebagian saudara kita yang “hijrahnya gagal” yaitu tidak istiqamah di atas agama, kembali lagi ke dunia kelamnya yang dahulu dan kembali melanggar larangan Allah.

Ada beberapa sebab utama yang bisa membuat seseorang tetap teguh dalam keimanan.

Pertama, Berniat ikhlas ketika hijrah

Hijrah bukan karena tendensi dunia atau kepentingan dunia tetapi ikhlas karena Allah. Seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya dan sesuai dengan niat hijrahnya.

Kedua, Segera mencari lingkungan yang baik dan sahabat yang shalih

Ini adalah salah satu kunci utama sukses hijrah, yaitu memiliki teman dan sahabat yang membantu untuk dekat kepada Allah dan saling menasehati serta saling mengingatkan. Hendaknya kita selalu berkumpul bersama sahabat yang shalih dan baik akhlaknya.

Ketiga, Memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat dengan baik dan benar.

Syahadat adalah dasar dalam agama. Kalimat ini tidak sekedar diucapkan akan tetapi kalimat ini mengandung makna yang sangat mendalam dan perlu dipelajari lebih mendalam. Allah menjelaskan dalam Al-Quran bahwa kalimat syahadat akan meneguhkan seorang muslim untuk kehidupan dunia dan akhirat jika benar-benar mengilmui dan mengamalkannya.

Keempat, Mempelajari Al-Quran dan mengamalkannya

Allah menurunkan Al-Quran untuk meneguhkan hati orang yang beriman dan sebagai petunjuk. Membacanya juga dapat memberikan kekuatan serta kemudahan dalam beramal shalih dan berakhlak mulia dengan izin Allah Ta’ala.

Kelima, Berusaha tetap terus beramal walaupun sedikit

Ini adalah kuncinya, yaitu tetap beramal sebagai buah ilmu. Amal adalah tujuan kita berilmu, bukan sekedar wawasan saja, karenanya kita diperintahkan tetap terus beramal meskipun sedikit dan ini adalah hal yang paling dicintai oleh Allah.

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#hijrah #istiqomah #ikhlas # belajar #beramal
~~~~~~~~~~~~~~~~~~

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Nifak atau pelakunya disebut munafik merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya. Jika tidak ditangani sesegera mungkin akan mengakibatkan penderitanya binasa. Penyakit ini adalah penyakit yang amat menjijikkan dan mengakibatkan  penyimpangan yang amat buruk. Seorang mulim sejati tentu sangat mewaspadai penyakit akut ini, hanya saja terkadang ia tidak menyadari bahwa ternyata ia telah terjangkit penyakit ini, terutama nifak yang bersifat lahiriah.

Apa itu nifak? Sebagaimana yang dikatakan Ibnu Katsir, nifak adalah menampakkan kebaikan dan menyembunyikan keburukan. Sementara itu, Ibnu Juraij mengatakan, “Orang munafik ialah orang yang omongannya menyelisihi tindak-tanduknya, batinnya menyelisihi lahiriahnya, tempat masuknya menyelisihi tempat keluarnya, dan kehadirannya menyelisihi ketidakadaannya” (‘Umdah At-Tafsir I/78).

Huzhaifah bin Al-Yaman adalah seorang pemegang rahasia Nabi. Beliau pernah diberi tahu nabi nama-nama orang munafik. Oleh sebab itu, karena Umar bin Al-Khattab amat sangat khawatir terhadap sifat nifak, beliau memberanikan diri bertanya pada Huzhaifah apakah Nabi mengkategorikannya sebagai orang munafik, maka Huzhaifah pun menjawab, “Tidak. Setelahmu, aku tidak mau lagi memberi rekomendasi.”

Dikisahkan bahwa sebagian sahabat biasa berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya hamba memohon perlindungan dari khusyuknya nifak.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud khusyuk nifak?” Jawabnya, “Tubuh yang terlihat khusyu’ namun ternyata hati tidak.”

Ibnu Abi Malikah pernah mengatakan, “Aku telah menjumpai tiga puluh sahabat Nabi, seluruhnya takut akan nifak. Tidak ada seorang pun di antara mereka yang mengatakan, bahwa dirinya memiliki iman seperti imannya Jibril dan Mikail.

Al-Hasan Al-Bashri mengatakan, “Tidak ada orang merasa aman dari sifat nifak kecuali orang munafik dan tidak ada orang yang merasa khawatir terhadapnya kecuali orang mukmin.”

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#munafik #nifak #aman #beriman #binasa #mukadua
~~~~~~~~~~~~~~

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
MEMULIAKAN TAMU

“Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (yaitu malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: “Salaama”. Ibrahim menjawab: “Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal.” Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk.  Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata: “Silahkan anda makan.” (Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata: “Janganlah kamu takut”, dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak).” (QS. Adz Dzariyat: 24-27)

Dalam cerita Nabi Ibrahim ini terdapat pelajaran yang cukup berharga yaitu akhlaq memuliakan tamu. Lihatlah bagaimana pelayanan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam untuk tamunya. Ada tiga hal yang istimewa dari penyajian beliau:

1. Beliau melayani tamunya sendiri tanpa mengutus pembantu atau yang lainnya.

2. Beliau menyajikan makanan kambing yang utuh dan bukan beliau beri pahanya atau sebagian saja.

3. Beliau pun memilih daging dari kambing yang gemuk. Ini menunjukkan bahwa beliau melayani tamunya dengan harta yang sangat berharga.

Dari sini kita bisa mengambil pelajaran bagaimana sebaiknya kita melayani tamu-tamu kita yaitu dengan pelayanan dan penyajian makanan yang istimewa. Memuliakan dan menjamu tamu inilah ajaran Nabi Ibrahim, sekaligus pula ajaran Nabi kita Muhammad ‘alaihimush sholaatu wa salaam.

‘Abdullah bin ‘Amr dan ‘Abdullah bin Al Harits bin Jaz’i mengatakan, “Barangsiapa yang tidak memuliakan tamunya, maka ia bukan pengikut Muhammad dan bukan pula pengikut Ibrahim” (Lihat Jaami’ul wal Hikam, hal. 170).

Imam Asy Syafi’i rahimahullah dan ulama lainnya mengatakan, “Menjamu tamu merupakan bagian dari akhlaq yang mulia yang biasa dilakukan oleh orang yang nomaden dan orang yang mukim” (Lihat Syarh Al Bukhari libni Baththol, 17/381). Sudah sepatutnya kita dapat mencontoh akhlaq yang mulia ini.

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#memuliakantamu #tamu #tamutakdiundang
~~~~~~~~~~~~~

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Tinggalkan Musik

Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,

فِيْ هَذِهِ اْلأُمَّةِ خَسْفٌ وَمَسْخٌ وَقَذْفٌ، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ : "يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَمَتَى ذَاكَ؟" قَالَ : "إِذَا ظَهَرَتِ الْقَيْنَاتُ وَالْمَعَازِفُ وَشُرِبَتِ الْخُمُوْرُ"

"Di tengah umatku akan terjadi longsor, pengubahan rupa dan pelemparan batu (dari langit)".

Salah seorang dari kalangan kaum muslimin berkata, "Wahai Rasulullah, kapankah hal itu (terjadi)?"

Beliau bersabda, "(Hal itu terjadi) ketika para biduanita dan musik bermunculan, serta khomer mulai diminum".[HR. At-Tirmidziy dalamSunan-nya (2212). Hadits ini dikuatkan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ar-Rodd bil Wahyain (hal. 64)]

Al-Imam Ibnu Baththol-rahimahullah- berkata tentang makna pengubahan,

"فالمراد به مسخ القلوب حتى لا تعرف معروفًا ولا تنكر منكرًا، وقد جاء عن النبى - عليه السلام - أن القرآن يرفع من صدور الرجال، وان الخشوع والأمانة تنزع منهم، ولا مسخ أكبر من هذا، وقد يجوز أن يكون الحديث على ظاهره، فيمسخ الله من أراد تعجيل عقوبته كما قد_خسف بقوم وأهلكهم بالخسف والزلازل، وقد رأينا هذا عيانا؛ فكذلك يكون المسخ، والله أعلم." اهـ من شرح صحيح البخارى لابن بطال (6/ 52_53)

"Maksudnya adalah pengubahan hati sehingga hati tidak lagi mengenal yang ma'ruf dan tidak pula mengingkari. Sungguh telah datang dari Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bahwa al-Qur'an akan diangkat dari dada manusia; khusyu' dan amanah akan dicabut dari mereka. Sedang tak ada pengubahan yang lebih besar dibandingkan pengubahan ini. Boleh juga hadits ini (dipahami) berdasarkan lahiriahnya. Jadi, Allah akan mengubah rupa orang yang Dia kehendaki agar hukumannya disegerakan sebagaimana halnya suatu kaum dilongsorkan ke dalam tanah dan Dia pun membinasakan mereka dengan longsor dan gempa. Sungguh kami telah menyaksikan hal ini dengan mata kepala. Nah, demikian pula perkara pengubahan bentuk ini, wallahu a'lam". [Lihat Syarh Shohih Al-Imam Al-Bukhoriy (11/50)]

Wallahua'lam
Semoga bermanfaat.
=======================

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

[ Faidah Ringkas Tabligh Akbar Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur - 1]

Syaikh Prof. Dr. Ibrahim bin Amir ar-Ruhaili hafizhahullah

🕌 Mesjid Agung, Sleman DIY

🎙Penerjemah : Ustadz Abdullah Zaen MA hafizhahullah

Bismillah, alhamdulillah washalatu wasallamu 'ala Rasulillah

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ ۖ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ ۖ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ ۚ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ

Sungguh bagi Kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Rabb) di kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan:) “Makanlah dari rizki yang dianugerahkan Tuhan kalian dan bersyukurlah kepadaNya!’. Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafûr”. [Saba’/34:15].

Imam Ibnu Katsîr rahimahullah, ketika menafsirkan ayat ini, ia mengatakan: “Saba’ adalah (sebutan) raja-raja Negeri Yaman dan penduduknya. Termasuk diantara mereka ialah raja-raja Tababi’ah dan Ratu Bilqis -isteri Nabi Sulaimân-. Dulu, mereka berada dalam kenikmatan dan kebahagiaan (yang meliputi) negerinya, kehidupannya, kelapangan rizkinya, tanaman-tanamannya, dan buah-buahannya. Allâh mengutus kepada mereka beberapa rasul, yang menyeru mereka agar memakan rizki yang diberikan-Nya, dan agar bersyukur kepada-Nya dengan mentauhidkan-Nya dan beribadah kepada-Nya. Keadaan mereka (yang baik) itu terus berlangsung hingga (waktu) yang dikehendaki Allâh, lalu mereka berpaling dari apa yang diserukan kepada mereka, sehingga mereka dihukum dengan datangnya banjir bandang dan terpencar-pencarnya mereka di banyak negeri”. [Tafsir Ibnu Katsîr, 6/504].

Berpegang dengan Al Quran akan beruntung, namun jika mencari petunjuk lain akan sesat dan menyesatkan.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ

Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. (Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).

Disusun : Pecinta Sunnah - Jogja

📚 Referensi :

1. https://almanhaj.or.id/4276-baldatun-thayyibatun-wa-rabbun-ghafur.html
2. https://muslim.or.id/6966-kaedah-penting-dalam-memahami-al-quran-dan-hadits.html

Wallahua'lam
Semoga bermanfaat.

=======================

[ Faidah Ringkas Tabligh Akbar Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur - 2 ]

Syaikh Prof. Dr. Ibrahim bin Amir ar-Ruhaili hafizhahullah

🕌 Mesjid Agung, Sleman DIY
🎙Penerjemah : Ustadz Abdullah Zaen MA hafizhahullah

Al-Qur'an tidak akan bisa dipahami, kecuali dengan cara membaca dan mentadabburinya, saat kita mentadabburinya tidak cukup hanya memahami kata perkata atau mengambil sepotong ayat saja, namun harus memahami konteks ayat tersebut kemudian memahami ayat sebelumnya dan ayat setelahnya sehingga Insya Allah kita dapat memahami ayat tersebut.

Ayat artinya adalah tanda bukti yang nyata untuk membedakan antara yang haq dan batil, ayat itu ada 2 yaitu :

a]. Ayat Kauniyyah ; adalah apa yang Allah Subhanahu wa Ta'ala ciptakan, alam semesta, sebagai bukti nyata atas kekuasaan dan kekuatan Allah Subhanahu wa Ta'ala

Kisah Saba masuk Ayat Kauniyyah karena merupakan ciptaan Allah Subhanahu wa Ta'ala

b]. Ayat Syar'iyah : adalah diambil dari firman Allah Ta'ala, kalam Allah bukan makhluk

📝 Catatan ;

Para ulama menyebutkan kaidah di dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur'an sebagai berikut:

a). Menafsirkan Al-Qur'an dengan Al-Qur'an
b.) Menafsirkan Al-Qur'an dengan as-Sunnah
c.) Menafsirkan Al-Qur'an dengan perkataan-perkataan para shahabat
d.) Menafsirkan Al-Qur'an dengan perkataan-perkataan para tabi’in
e). Menafsirkan Al-Quran dengan bahasa Al-Quran dan as-Sunnah, atau keumuman bahasa Arab

Disusun : Pecinta Sunnah - Jogja

📚 Referensi :
Baca selengkapnya https://muslim.or.id/6966-kaedah-penting-dalam-memahami-al-quran-dan-hadits.html

Wallahua'lam
Semoga bermanfaat.

=======================

[ Faidah Ringkas Tabligh Akbar Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur - 3 ]

Syaikh Prof. Dr. Ibrahim bin Amir ar-Ruhaili hafizhahullah

🕌 Mesjid Agung, Sleman DIY
🎙Penerjemah : Ustadz Abdullah Zaen MA hafizhahullah

📜Renungan 1 (Pertama)

▪Ibnu Mas'ud radhiyallahu'anhu, tidaklah diturunkan satu kata pun dalam Al-Qur'an kecuali aku ingin memahaminya dengan baik

▪Ayat Kauniyyah :

. وَدَلِيْلُ الشَّمْسِ وَالْقَمَرِ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ﴾[فصلت:37]

Dalil bahwa yang menjadi sesembahan orang musyrik adalah matahari dan bulan yaitu firman Allah ta’ala (yang artinya), “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah menyembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah yang menciptakannya, jika ialah yang kamu hendak sembah.” (QS. Fushilat [41] : 37)

▪Ayat Syar'iyah

Firman-firman Allah Subhanahu wa ta'ala yakni Al Qur'an, kewajiban kita adalah mentadabburinya, sementara untuk ayat kauniyyah adalah ditafakuri

▪Dengan izin Allah Subhanahu wa ta'ala, apabila seseorang itu mentadabburi dan mentafakuri maka orang itu akan mendapatkan hidayah dari Allah Ta'ala, dengan tadabbur maka akan paham, sementara itu dengan takafur maka akan mengenal keagungan Allah Subhanahu wa ta'ala

📝Catatan :

Ibnu Mas’ud pernah mengatakan tentang diri beliau, “Sesungguhnya, para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengetahui bahwa aku adalah orang yang paling memahami Al Qur'an. Demi Allah, Dzat yang tidak Tuhan yang berhak disembah selain Diri-Nya, tidaklah diturunkan satu surat pun dalam Al Qur'an, kecuali aku mengetahui di mana surat ini turun, tentang siapa ayat ini turun. Andaikan aku mengetahui bahwa ada orang yang lebih mengetahui tentang Al Qur'an daripada aku, dan keberadaannya bisa dijangkau dengan naik unta, niscaya aku akan mendatanginya.”

Disusun : Pecinta Sunnah - Jogja

📚 Referensi

1. Read more https://yufidia.com/ibnu-masud/
2. Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/5768-kaedah-memahami-syirik-3-sesembahan-orang-musyrik-bermacam-macam.html

Wallahua'lam
Semoga bermanfaat.

=======================

[ Faidah Ringkas Tabligh Akbar Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur - 4 ]

Syaikh Prof. Dr. Ibrahim bin Amir ar-Ruhaili hafizhahullah

🕌 Mesjid Agung, Sleman DIY
🎙Penerjemah : Ustadz Abdullah Zaen MA hafizhahullah

📜Renungan 2 (kedua)

Allah Subhanahu wa ta'ala menceritakan tentang ladang pertanian yang sangat luas, bentuk nikmat yang sangat besar (buah-buahan dsb), didalamnya terdapat manfaat secara gizi dan manfaat kelezatan.

Bermanfaat namun tidak lezat contohnya adalah obat, sementara itu tidak bermanfaat namun lezat contohnya banyak

Negeri Indonesia adalah negeri yang sangat kaya dengan buah-buahan dan sayur mayur, wajib bagi kita untuk bersyukur atas nikmat dari Allah Subhanahu wa ta'ala.

📜Renungan 3 (tiga)

Makanlah (boleh) dari rizki Rabb kalian, menunjukkan bahwa buah-buahan dan tanaman dari Allah Subhanahu wa ta'ala yang menumbuhkannya, petani hanya menanam (ikhtiar)

Dari buah-buahan dan tanaman tersebut ada yang membahayakan bagi manusia.

Oleh : Pecinta Sunnah - Jogja

Wallahua'lam
Semoga bermanfaat.

=======================

[ Faidah Ringkas Tabligh Akbar Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur - 5 ]

Syaikh Prof. Dr. Ibrahim bin Amir ar-Ruhaili hafizhahullah

🕌 Mesjid Agung, Sleman DIY
🎙Penerjemah : Ustadz Abdullah Zaen MA hafizhahullah

📜Renungan 4 (empat)

Bersyukurlah kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, karena Allah Subhanahu wa ta'ala yang memberikan rizki

Caranya adalah dengan Tauhid dan Beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dengan tidak menyekutukan Allah Subhanahu wa ta'ala

Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ، الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشاً وَالسَّمَاء بِنَاء وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS Al-Baqarah [2]: 21-22)

Manusia hanya berusaha (mencari sebab) dengan menanam, sementara yang menumbuhkan adalah Allah Subhanahu wa ta'ala

Seperti anak adalah karunia dari Allah Subhanahu wa ta'ala, maka manusia berusaha mencari sebab (ikhtiar) dengan menikah

3 (tiga) cara bersyukur :

a]. Hati : meyakini nikmat hanya dari Allah ta'ala
b]. Anggota tubuh : ketaatan kepada Allah
c]. Lisan : mengucapkan alhamdulillah

Dengan izin Allah, nikmat dari Allah akan langgeng jika kita melakukan ke-3 cara bersyukur tersebut.

Oleh : Pecinta Sunnah - Jogja

📚 Referensi :

https://www.radiorodja.com/26122-tafsir-surat-al-baqarah-ayat-21-22-ustadz-badrusalam-lc/

Wallahua'lam
Semoga bermanfaat.

=======================

[ Faidah Ringkas Tabligh Akbar Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur - 6 ]

Syaikh Prof. Dr. Ibrahim bin Amir ar-Ruhaili hafizhahullah

🕌 Mesjid Agung, Sleman DIY
🎙Penerjemah : Ustadz Abdullah Zaen MA hafizhahullah

📜 Renungan 5 (lima)

Asy-Syaukâni rahimahullah di dalam tafsirnya mengatakan: “Maknanya (baldatun thayyibatun) ialah: ini negeri yang baik, karena banyaknya pohon-pohon, dan bagus buah-buahannya”.

Lebih detail lagi Ibnu Zaid rahimahullah menerangkan kebaikan Negeri Saba’: “Di daerah mereka, sama sekali tidak pernah terlihat ada nyamuk, lalat, kutu, kalajengking, dan ular. Apabila seseorang masuk ke dalam dua tamannya, dan meletakkan keranjang di atas kepalanya, maka pada saat keluar, keranjang itu akan penuh dengan beraneka buah-buahan, padahal ia tidak memetiknya dengan tangannya”. [Tafsir ath-Thabari, 19/247]

Ibnu Katsîr rahimahullah juga mengatakan: “Para ahli tafsir yang lain mengatakan, dahulu di negeri mereka sama sekali tidak ada lalat, nyamuk, kutu, dan hewan-hewan yang berbisa. Hal itu karena cuaca yang baik, alam yang sehat, dan penjagaan dari Allâh, agar mereka mentauhidkan-Nya dan beribadah kepada-Nya”. [Tafsir Ibnu Katsîr, 6/507].

Ayat ini tetap berlaku dizaman sekarang, karena para ulama menjelaskan tentang sifat sehingga menilainya dengan sifat dan karakteristik.

Apakah bisa terjadi di indonesia? Hal tersebut dapat diidentifikasi dari karakteristik dan sifat-sifat Negeri Saba antara lain :

a. Negeri yang subur
b. Airnya melimpah
c. Iklim bersahabat
d. Tidak ada hama, munculnya hama karena dosa-dosa manusia, kesyirikan menyebabkan hancurnya kemakmuran kaum Saba.
e. Tidak ada hewan berbahaya
f. Buahnya gampang dipetik
g. Bisa ditanami sepanjang tahun

Oleh : Pecinta Sunnah-Jogja

📚 Referensi :

Read more https://almanhaj.or.id/4276-baldatun-thayyibatun-wa-rabbun-ghafur.html

Wallahua'lam
Semoga bermanfaat.
=======================

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

BERJUALAN PULSA DAN MENJUAL SEHARGA TIGA KALI LIPAT?

Oleh
Ustadz Anas Burhanuddin MA

Bagaimana hukum seseorang yang berjualan pulsa?? Dan apakah boleh seorang Mukmin menjual barang-barang dengan harga 3 kali lipat dari harga beli barang tersebut? Sehingga ia mendapat keuntungan yang sangat banyak saat berdagang.

Jawaban.
Berjualan pulsa, hukumnya boleh, karena pulsa memiliki nilai dan merupakan komoditi yang umum diperdagangkan di zaman ini tanpa ada pengingkaran. Pulsa juga tidak termasuk barang yang diharamkan untuk diperjual belikan. Tidak ada dalil yang mengharamkannya, maka sesuai hukum asalnya boleh diperdagangkan.[1]

Tidak masalah juga menjual pulsa dengan harga lebih atau kurang dari nilai yang dimilikinya. Misalnya menjual pulsa Rp. 10.000 dengan harga Rp. 11.000 atau Rp. 9.000. Praktek seperti ini tidak termasuk riba, karena nilai pulsa bukanlah mata uang rupiah, meskipun satuannya rupiah, sehingga tidak harus diperjualbelikan secara tamâtsul (dengan nilai yang sama). Pulsa Rp 10.000 tidak sama dengan uang Rp. 10.000. Keduanya adalah dua hal yang berbeda, sehingga boleh diperjual belikan secara tafâdhul (dengan nilai berbeda). Buktinya, jika kita memiliki pulsa senilai Rp. 10.000, kita tidak bisa menggunakannya untuk membeli barang senilai Rp. 10.000 yang kita inginkan, lain halnya dengan uang. Pada hakekatnya, pulsa adalah nilai jasa telekomunikasi. Karenanya boleh juga menjual pulsa secara kredit (pembayaran ditangguhkan). Pulsa bukanlah alat pembayaran (tsaman) sebagaimana uang kertas, emas atau perak. Saat membeli pulsa Rp. 10.000 dengan harga Rp. 10.000, berarti kita telah membeli jasa telekomunikasi dengan uang, bukan membeli uang dengan uang.

Tidak ada dalil yang membatasi banyaknya keuntungan yang boleh diambil pedagang. Jadi, boleh mengambil keuntungan sedikit atau banyak, bisa jadi sampai tiga kali lipat modal, atau lebih atau kurang sesuai kondisi barang dan pasar. Mari perhatikan hadits berikut ini:

عَنْ عُرْوةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْطَاهُ دِيْنَارًا يَشْتَرِيْ لَهُ بِهَ شَاةً، فَاشْتَرَى لَهُ بِهِ شَاتَيْنِ، فَبَاعَ إِحْدَاهُمَا بِدِيْنَارٍ، وَجَاءَهُ بِدِيْنَارٍ وَشَاةٍ، فَدَعَا لَهُ بِالْبَرَكَةِ فِي بَيْعِهِ، وَكَانَ لَوْ اشْتَرَى التُّرَابَ لَرَبِحَ فِيْهِ

Dari ‘Urwah (al-Bariqi) bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberinya satu dinar untuk membelikan seekor kambing bagi beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Dengan satu dinar itu ‘Urwah membeli dua ekor kambing, kemudian menjual salah satunya dengan harga satu dinar, lalu memberikan satu dinar dan seekor kambing kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Nabipun mendoakan agar perdagangannya diberkahi, maka andai ia membeli debu, ia akan meraih untung. [HR al-Bukhâri no. 3.642]

Dalam hadits ini, ‘Urwah membeli kambing dengan harga setengah dinar dan menjualnya seharga satu dinar. Berarti ia mengambil untung 100 % dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengingkarinya.

Namun seorang penjual tidak boleh mengelabui konsumen dengan menjual terlalu tinggi dari harga pasaran. Hendaknya pedagang Muslim juga memperhatikan maslahat konsumen dengan memberikan harga sebaik mungkin dan meringankan beban mereka.[2] Jangna hanya memperhatikan kepentingan sendiri. Ambillah keuntungan yang sedikit jika memang itu sudah cukup, apalagi jika para konsumen itu adalah saudara seiman. Meringankan beban mereka adalah ladang pahala bagi para pedagang. Kemudahan di dunia dan akhirat adalah imbalannya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ

Barangsiapa memudahkan orang yang susah, Allâh akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat. [HR. Ibnu Mâjah no. 2.417 , dihukumi sebagai hadits shahih oleh Syaikh al-Albâni]

Wallahu A’lam.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XVIII/1435H/2043. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
________
Footnote

[1]. Di antara Ulama yang membolehkan jual beli pulsa, termasuk secara tafadhul adalah fatwa Mufti Arab Saudi Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh dan Markaz Fatwa Qatar.
[2]. Lihat: Fatawa Lajnah Daimah 19/50-54

Read more https://almanhaj.or.id/4522-berjualan-pulsa-dan-menjual-seharga-tiga-kali-lipat.html
=====================

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Perayaan tahun baru masehi memiliki sejarah panjang. Banyak di antara orang-orang yang ikut merayakan hari itu tidak mengetahui kapan pertama kali acara tersebut diadakan dan latar belakang mengapa hari itu dirayakan. Kegiatan ini merupakan pesta warisan dari masa lalu yang dahulu dirayakan oleh orang-orang Romawi.

Mereka (orang-orang Romawi) mendedikasikan hari yang istimewa ini untuk seorang dewa yang bernama Janus, The God of Gates, Doors, and Beeginnings. Janus adalah seorang dewa yang memiliki dua wajah, satu wajah menatap ke depan dan satunya lagi menatap ke belakang, sebagai filosofi masa depan dan masa lalu, layaknya momen pergantian tahun. (G Capdeville “Les épithetes cultuels de Janus” inMélanges de l’école française de Rome (Antiquité), hal. 399-400)

Fakta ini menyimpulkan bahwa perayaan tahun baru sama sekali tidak berasal dari budaya kaum muslimin. Pesta tahun baru masehi, pertama kali dirayakan orang kafir, yang notabene masyarakat paganis Romawi.

Acara ini terus dirayakan oleh masyarakt modern dewasa ini, walaupun mereka tidak mengetahui spirit ibadah pagan adalah latar belakang diadakannya acara ini. Mereka menyemarakkan hari ini dengan berbagai macam permainan, menikmati indahnya langit dengan semarak cahaya kembang api, dsb.

#newyear #tahunbaru #malamtahunbaru #happynewyear
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Siaga Bencana Aqidah (Sigabah.com)

Poros Penggerak Syi’ah di Kab. Bandung: Bandung Utara

Gerakan dan perkembangan Syi’ah di kota dan Kabupaten Bandung tidak lepas dari peran Drs.KH.Muchtar Adam, salah satu di antara 3 tokoh central awal pergerakan Syiah di Bandung melalui perguruan tinggi pada tahun 1980-an.

Pria kelahiran 10 September 1939 di Benteng, Selayar, Sulawesi Selatan ini pendiri sekaligus pimpinan Ponpes Al-Quran Babussalam yang di deklarasikan pada 12 Rabiul Awwal 1401 H (18 Januari 1981 M) di Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, di atas tanah wakaf seluas 500 m². Setelah 29 tahun, tanah wakaf di Desa Ciburial bertambah menjadi 40.000 m² dan telah memiliki beberapa cabang di seluruh Indonesia.

Ponpes Al-Quran Babussalam ini  bernaung di bawah Yayasan Babussalam sebagai badan hukum dengan akte Notaris Koswara No.6 tanggal 6 Juli 1981.[1]  Saat ini, Yayasan itu diketuai oleh DR. H. Fadlullah M Said, MA, menantu Muchtar Adam yang juga seorang syiah.

Meskipun pada masa awalnya Drs.KH.Muchtar Adam sering bertaqiyah[2] dengan mengelak dari identifikasi sebagai Syiah, namun pada hakikatnya ia tidak dapat mengelak dari identifikasi itu, sebab diakui ataupun tidak dia gencar mempropagandakan fiqh lima madzhab dengan menyelipkan ajaran Syi’ah Imamiyah dengan kedok Jakfari di antara madzhab-madzhab fiqh Ahlus Sunnah yang empat. Dia juga aktif mendukung pendekatan Sunni-Syiah dengan kata-kata manis “menjalin ukhuwah sunni-syiah”. Selain itu, Dia terendus sebagai salah seorang anggota dewan penasehat IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia) yang berjumlah 12 orang. Katanya, jumlah 12 itu melambangkan 12 imam Syiah.

Dia juga menandatangani risalah Depok bersama oknum-oknum dari ormas Islam lainnya yang digagas oleh Syiah Indonesia di Depok, 27 Jumadi Al-Tsaniyah 1433 H/ 19 Mei 2012, yang mana risalah itu bertujuan untuk semakin meng”islam”kan Syiah di Indonesia selepas konflik Sampang. Seperti dimuat oleh situs resmi Syiah Ijabi www.majulah-ijabi.org

Pada hari Ahad, 19 Januari 2014, Muchtar Adam menghadiri dan mengisi peringatan Maulid Nabi di Masjid Raya Bandung berdampingan dengan tokoh-tokoh Syiah, Jalaluddin Rakhmat (Ketua Dewan Syura IJABI) dan Hasan Daliel Alaydrus, Ketua Umum ormas Syiah lainnya, Ahlul Bait Indonesia (ABI), yang lagi-lagi mengusung tema persatuan Islam dan ukhuwah islamiyah untuk melegalisasi Syiah yang telah dicap sesat oleh MUI Pusat melalui bukunya: “Mengenal & Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia”.

Penyebaran buku MUI hingga ke berbagai pelosok daerah itu rupanya membuat gerah para tokoh Syiah,  selain mengadakan acara bedah buku MUI secara sepihak, tanpa melibatkan MUI Pusat sebagai penerbit, mereka juga menerbitkan buku-buku bantahan, antara lain buku dengan judul “Studi Komparatif Buku: Mengenal & Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia”.

Ustadz Muchtar Adam pun tak mau ketinggalan, dia kembali bertaqiyah, dengan mengadakan acara Bedah Buku atas Buku Panduan MUI “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia” pada hari Ahad, 9 Maret 2014, bertempat di pesantren Babusalam, di mana dia dalam manuvernya ini, membawa-bawa nama “Team Fatwa MUI Jawa Barat”.

Hal ini sangat mengecoh kaum muslimin yang awam di Bandung pada umumnya, dan di wilayah Arcamanik pada khususnya. Dalam kesempatan ini Syi’ah berlindung dibalik “risalah Amman” untuk mengecoh kaum muslimin Bandung.

Sungguh menarik modus tipuan syiah yang satu ini, seorang yang berakidah syiah mengadakan bedah buku MUI terkait kesesatan syiah. Ini hanya akal-akalan busuk syiah untuk menipu umat, tujuannya jelas agar audiens yang hadir, yaitu kaum muslimin yang masih awam akan pulang dari acara itu dengan keyakinan bahwa buku panduan MUI itu adalah “ternyata menyesatkan”.

Bukti lain kesyiahannya, di pesantren Babus Salam di Ciburial itu, Islam diperkenalkan kepada santri melalui lintas madzhab dengan memasukkan ajaran Syi’ah sebagai bagian dari Islam. Hal itu dapat diketahui dari beberapa mata pelajaran dan buku pegangan Syiah yang diajarkan: (1) Fiqih Lima Mazhab, karya ulama Syiah Jawwad Mughniyyah, (2) Tafsir al-Mizan, karya ahli tafsir Syiah, ‘Allamah Thaba’thaba’I, (3) 40 hadis, karya Imam Khomeini.

Selain itu, sebagian ustadz  yang mengajar di sana adalah lulusan dari Iran sebagai negara yang secara resmi berakidah Syiah.

Dengan demikian, tampaknya tidak dapat dipungkiri jika pesantren itu terindikasi sebagai basis penyebaran ajaran Syi’ah di kawasan Bandung Utara. Adapun cabang Yayasan Babus Salam di wilayah Indonesia terdapat di daerah sebagai berikut:

Selayar – Sulawesi Selatan

Jl. Poros Bandara H. Aroeppala Passanderang KM. 5 selayar Sulawesi Selatan

Wakatobi – Sulawesi Tenggara

Jl. Merdeka No. 85. Wangiwangi Utara

Muara Labuh – Solok Selatan

Jl. Kiambang Raya 103 Jorong Kp. Nan Limo Kotobaru Solok Selatan – Sumatera Barat

Montasi – Aceh Besar NAD

Jl. Makam Pahlawan No. 84. Peuniti, Banda Aceh – NAD

Meulaboh – Aceh Barat NADAlor

Jl. Sam Ratulangi no 16 kel. Mutiara Kec. Teluk Mutiara, Kab Alor. 85819 Nusa tenggara Timur

Keberadaan Muchtar Adam sebagai Anggota Dewan Penasehat Ijabi menunjukkan bahwa Ponpes Al-Quran Babussalam ini berafiliasi dengan ormas Syi’ah IJABI (Ikatan Jamaah Ahlu Bait Indonesia).

Selain di desa Ciburial, lembaga Syi’ah berdiri pula di desa Padasuka pada kecamatan yang sama. Di desa ini didirikan SMP Plus Al-Mukarramah, yang bernaung di bawah Yayasan Al-Mukarramah. Yayasan itu sendiri sudah berdiri sejak 11 September 1979. Lembaga itu berada di Jalan Pasirhonje No. 248, Desa Padasuka, Kec. Cimenyan, Kabupaten Bandung. Saat ini jumlah siswa yang belajar di sana diperkirakan sebanyak 39 orang.

Potensi Syiah Bandung Utara

Meskipun keberadaan leading sector atau poros penggerak penyebaran Syi’ah di Bandung utara sudah lama diketahui, namun penyebaran penganutnya belum berhasil dipetakan secara lengkap dalam waktu hampir 10 tahun yang lalu, hingga akhirnya Allah membuka tabir semua itu melalui pencalegan dedengkot Syi’ah, Jalaluddin Rakhmat.

Sebagaimana telah disebutkan pada edisi sebelumnya, bahwa jika dilihat dari data agregat perkecamatan di Kabupaten Bandung, perolehan suara Jalal di Kabupaten Bandung tersebar di 31 kecamatan. Dalam hal ini, kontribusi Kecamatan Cimenyan sebesar 1.687 atau mencapai 1.66 % dari seluruh jumlah penduduk di kecamatan itu (101.497 jiwa). Basis suara terbanyak terdapat di Desa Cibeunying sebanyak 491 orang dari. Sementara paling sedikit terdapat di Desa Mekarsaluyu dengan 23 orang.

Kontribusi poros Bandung Utara: Cimenyan dan daerah sekitarnya perolehan suara Jalal tentu saja bukan suatu kebetulan dan tak cukup hanya mengandalkan “dua tangan” Jalal melainkan melibatkan “tangan-tangan” lain, sebagaimana akan dijelaskan pada beberapa edisi selanjutnya.

By Tim Sigabah Waspada, sigabah.com

[1]Lihat, Profil Yayasan Babussalam Bandung. Bandung: Yayasan Babussalam Bandung. pp.1-5).

[2] Salah seorang ulama kenamaan Syi’ah, Muhamad bin Muhamad bin an-Nu’man al-‘Akbari al-Baghdadi (w. 413 H), yang populer dengan sebutan Syekh al-Mufid, menjelaskan,“Taqiyyah adalah menyimpan kebenaran dan menyembunyikan keyakinan, serta merahasiakannya terhadap orang-orang yang tidak seakidah dan tidak minta bantuan mereka dalam hal-hal yang dapat mengakibatkan bahaya, baik dalam urusan agama maupun keduniaan.” (Lihat, Syarh Aqa’id as-Shaduq, hlm. 261).
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

MANFAAT DAN KHASIAT BERSIWAK

Bersiwak atau menggosok gigi adalah kebiasaan kita dalam membersihkan gigi dari bermacam-macam sisa makanan yang menempel pada gigi yang akhirnya menyebabkan muncul berbagai bakteri.

Hukum bersiwak adalah sunnah muakkadah karena anjuran Rasulullah dan kesenantiasaan beliau melakukannya dan kecintaan beliau serta ajakan beliau kepada siwak tersebut. Lantas, apa saja manfaat dari bersiwak ini. Mari kita lihat.

Manfaat dan Khasiat Bersiwak

• Bersiwak menghilangkan bau mulut yang kurang menyegarkan dan meningkatkan indera perasa.
• Bersiwak menguatkan daya ingat.
• Bersiwak menghilangkan lendir
• Bersiwak menimbulkan bau mulut yang wangi di dalam mulut.
• Bersiwak dapat menembuhkan penyakit.
• Bersiwak menguatkan gusi dan mencegah kerusakan gigi.
• Bersiwak membantu menghilangkan sakit gigi dan mencegah kerusakan pada gigi.
• Bersiwak mengobati sakit kepala.
• Bersiwak menebabkan adanya nur pada wajah.
• Bersiwak menyebabkan gigi berkilau.
• bersiwak menajamkan penglihatan.
• Bersiwak membantu pencernaan.
• Bersiwak menjernihkan suara.
• Faedah terbesar dari bersiwak adalah mendatangkan keridhoan Allah SWT.

Demikianlah beberapa manfaat dan khasiat dari bersiwak. Maka jangan pernah biarkan gigi anda berulat bau. Tapi senantiasalah bersiwak. Anda payah atau sukar membawa sikat gigi formula kemana-mana. Gunakan saja kayu siwak untuk mengatasi masalah mulut ini.

Wallahu 'alam
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

SIBUK DENGAN PERAYAAN TAHUN BARU

Tatkala lembaran kalender tinggal tersisa 1 lembar saja dan angka-angka di dalamnya sudah berkepala dua kebanyakan orang mulai sibuk mempersiapkan gegap gempita datangnya tahun baru masehi.

Penjaja terompet bertebaran di pinggir-pinggir jalan.

Toko-toko dan pusat perbelanjaan saling bersaing dengan membandrol diskon besar-besaran khusus tahun baru.

Lalu, bagaimana islam memandang perayaan tahun baru ini?

Telah diketahui semua orang bahwa perayaan tahun baru masehi bukanlah kebudayaan islam.
Bahkan kebudayaan ini berasal dari kebudayaan non muslim.

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada umatnya
untuk meninggalkan dan menjauhi perayaan-perayaan terutama yang berulang pada setiap tahunnya (‘Ied) yang berasal dari non muslim.

Dalam hadits yang shahih dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, mereka memiliki dua hari besar untuk bermain-main.
Lalu beliau bertanya,

“Dua hari untuk apa ini ?”

Mereka menjawab,

“Dua hari di mana kami sering bermain-main di masa Jahiliyyah.”

Lantas beliau bersabda:

“Sesungguhnya Allah telah menggantikan bagi kalian untuk keduanya dua hari yang lebih baik dari keduanya: Iedul Adha dan Iedul Fithri.” (HR. Abu Dawud)

Dan dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

“Barangsiapa yang berdiam di negeri-negeri orang asing, lalu membuat tahun baru dan festival seperti mereka serta menyerupai mereka hinggadia mati dalam kondisi demikian, maka kelak dia akan dikumpulkan pada hari kiamat bersama mereka.”
(Lihat ‘Aun Al-Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud, Syarah hadits no. 3512)

Kemudian Allah juga mengisyaratkan hal yang sama.
Allah Ta’ala menjelaskan ciri-ciri ‘Ibadur Rahman (hamba-hamba Allah yang beriman):

والذين لا يشهدون الزور وإذا مروا باللغو مروا كراما

Artinya:
“Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (Qs. Al-Furqan: 72)

Sebagian ulama seperti Rabi’ bin Annas rahimahullah menafsirkan _الزور (az zuur) pada ayat diatas dengan “hari-hari besar kaum musyrikin” (Lihat Mukhtashor Al Iqtidho‘).

Maka, sikap hamba-hamba Allah yang beriman terhadap perayaan orang-orang non muslim adalah tidak mengikutinya namun berlalu saja dengan penuh kemuliaan sebagai seorang muslim.

Maka juga termasuk  bentuk merayakan seperti menghadiri,  atau minimal hanya membeli terompet saja untuk merayakannya, hal ini bertentangan dengan ayat diatas dan patut diragukan keimanannya.

Islam Melarang Tabdzir

Dalam merayakan tahun baru, tentu ada biaya yang dikeluarkan. Bahkan, sampai-sampai ada yang menghabiskan uang 1 sampai 2 milyar hanya untuk mengadakan acara peringatan pergantian tahun!?!

Padahal acara tersebut tidak memiliki manfaat yang begitu berarti, baik untuk kebutuhan duniawi apalagi kebutuhan ukhrowi.
Maka acara seperti ini dalam syariat islam dinilai sebagai acara yang sia-sia saja.

Sehingga menghamburkan banyak harta dalam acara seperti ini adalah termasuk menyia-nyiakan harta, atau disebut juga tabdzir,
Allah melarang perbuatan tersebut dan mengecam pelakunya yang disebut mubadzir.

Allah Ta’ala berfirman:

إن المبذرين كانوا إخوان الشياطين وكان الشيطان لربه كفورا

Artinya:
“Sesungguhnya para mubadzir (pemboros) itu adalah saudara-saudara dari setan. Dan setan itu adalah makhluk yang ingkar terhadap Rabb-nya.” (Qs. Al Isra: 27)

Allah Ta’ala tidak mencintai orang-orang yang memboroskan harta.
Sedangkan uang yang digunakan untuk perayaan tahun baru adalah termasuk perkara membuang-buang harta.

- Maka seorang muslim yang baik tidak akan mau dengan mudah membuang-buang harta hanyanya untuk perayaan semacam ini yang sama sekali tidak akan menambah kemuliaannya di dunia maupun di akhirat.

Islam Melarang Bergadang Tanpa Manfaat

Pada malam tahun baru, kebanyakan orang akan menunda jam tidur mereka demi menunggu hingga pukul 12 malam, dimana terjadi pergantian tahun masehi.

Mereka isi waktu tersebut dengan bersenang-senang, ngobrol, konvoi keliling kota, dan banyak hal yang tidak bermanfaat yang dilakukan.

Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci ngobrol-ngobrol atau kegiatan tak berguna lainnya yang  dilakukan setelah selesai shalat isya.
Jika tidak ada kepentingan, Rasulullah menganjurkan untuk langsung tidur, agar dapat bangun di malam hari untuk beribadah.

Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan kepada kami tercelanya mengobrol sesudah shalat ‘lsya." (HR. Ahmad, Ibnu Majah)

Islam sebagai agama yang penuh rahmat, melarang umatnya untuk bergadang tanpa manfaat. ‏

Juga diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh mengobrol (pada malam hari) kecuali dua orang; Orang yang akan shalat atau musafir.” (HR. Ahmad)

Maka orang yang begadang, menghabiskan malamnya  untuk menunggu dan menikmati tahun baru, telah melanggar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diatas.

Dengan begadang,
- mereka melalaikan shalat malam
- berdzikir pada Allah Ta’ala
- di pagi hari pun kesiangan dan telat melaksanakan sholat shubuh.

Sungguh, banyak sekali kerugian akibat dari mengikuti perayaan tahun baru ini.

Sedikit uraian diatas semoga dapat dijadikan sebagai renungan bagi kita untuk berpikir seribu kali sebelum mengikuti dan menghadiri acara perayaan tahun baru.
Karena selain terdapat larangan untuk mengikutinya, juga terdapat kerugian yang besar akibat dari mengikutinya. Wallahu’alam.

📚 Sumber: muslimah.com
~~~~~~~~~~~~~~~

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Kita mendengar ungkapan ini 'beristirahat dengan tenang', 'Rest In Peace', tersebar di kalangan kebanyakan manusia, ketika mereka mensifatkan orang yang meninggal setelah menderita penyakit yang parah ataupun setiap orang yang meninggal dunia apapun penyebabnya. Ini tidak diperbolehkan dalam agama, karena kita tidak mengetahui hakikat kehidupannya setelah kematian, apakah mendapat ampunan dari Allah atau justru mendapat azab dariNya.

Jikalau pada seorang muslim yang meninggal saja kita tidak selayaknya mengucapkan hal itu, maka terlebih lagi ucapan itu disematkan kepada orang kafir yang apabila mereka mati diatas kekufuran, maka Neraka dan azab yang kekal adalah tempat mereka.

Diriwayatkan dari 'Aisyah Radhiyallahu 'anha, ia berkata, "Wahai Rasulllah, fulanah (seorang wanita) telah meninggal dan beristirahat dengan tenang. Kemudian Rasulullah pun marah dan berkata, "Sesungguhnya orang yang beristirahat dengan tenang itu yang telah diampuni oleh Allah Subhanahu wa ta'ala". (as-silsilah as-sohihah 4/286)

Yang dapat kita lakukan adalah mendoakan kebaikan untuk si mayit. Karena orang mati yang sudah tidak mampu menambah amal, dia sangat membutuhkan doa orang yang masih hidup. Bukan memastikan bahwa si mayit telah tenang di akhirat sana.

Seluruh orang yang telah meninggal, sangat membutuhkan doa baik dari mereka yang hidup, karena mayit tidak lagi mampu beramal. Karena itu, jangan sampai kita memiliki prinsip, hanya mendoakan keluarga yang telah meninggal jika kita ziarah kubur. Padahal, ziarah kubur tidak mungkin bisa sering kita lakukan. Umumnya orang hanya setahun sekali.

Untuk itu, penting dipahami bahwa mendoakan mayit bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun. Anda tidak perlu bergantung kepada kuburan, ketika hendak mendoakan mayit. Anda bisa doakan keluarga yang telah meninggal, ketika di masjid, seusai shalat tahajud atau ketika di tempat mustajab pada saat haji atau umrah.

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#mati #meninggal #rip #restinpeace #ziarah
~~~~~~~~~~~~~~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar