🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 19 Sya’ban 1441 H / 13 April 2020 M
👤 Ustadz Arief Budiman, Lc
📗 Kajian Tematik | Telah Datang Bulan Ramadhan (01)
〰〰〰〰〰〰〰
TELAH DATANG BULAN RAMADHĀN (1)
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، ولاحول ولا قوة إلا بالله أما بعد
Ma'asyiral Mustami'in, para pendengar rahīmakumullāh.
Didalam satu risalah yang berjudul: وجاء شهر رمضان (Dan telah datang bulan Ramadhān) yang ditulis oleh Syaikh Prof. Dr. Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al Badar, disebutkan bahwa berkumpul untuk saling mengingatkan akan perkara agama, khususnya dalam menghadapi bulan suci Ramadhān, bulan yang agung bulan yang diberkahi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, adalah satu hal yang dianjurkan dan sangat bermanfaat.
Dimana kebaikan dan manfaatnya sangat banyak dan tidak terhingga.
Suatu hari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam keluar menemui satu majelis (perkumpulan yang dihadiri oleh para sahabat) maka Beliau berkata:
مَا أَجْلَسَكُمْ
"Apa yang membuat kalian duduk di sini?”
قَالُوا جَلَسْنَا نَذْكُرُ اللَّهَ وَنَحْمَدُهُ عَلَى مَا هَدَانَا لِلإِسْلاَمِ وَمَنَّ بِهِ عَلَيْنَا
Mereka menjawab, “Kami duduk dan memuji kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang telah memberikan kami petunjuk menuju agama Islām dan memberikan karunia yang banyak kepada kami.”
قَالَ " آللَّهِ مَا أَجْلَسَكُمْ إِلاَّ ذَاكَ "
Maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata, “Demi Allāh tidak ada yang membuat kalian duduk kecuali perkara tersebut?”
قَالُوا وَاللَّهِ مَا أَجْلَسَنَا إِلاَّ ذَاكَ
Mereka berkata, “Demi Allāh kami tidak duduk kecuali untuk perkara tersebut.”
Kemudian Nabi mengatakan perkataan yang sama:
قَالَ " أَمَا إِنِّي لَمْ أَسْتَحْلِفْكُمْ تُهْمَةً لَكُمْ وَلَكِنَّهُ أَتَانِي جِبْرِيلُ فَأَخْبَرَنِي أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِي بِكُمُ الْمَلاَئِكَةَ
“Sesungguhnya aku tidak menyuruh kalian bersumpah karena aku menuduh kalian berdusta, akan tetapi Malāikat Jibrīl mendatangiku dan mengabarkan kepadaku bahwasannya Allāh ‘Azza wa Jalla membanggakan kalian di hadapan para Malāikat.” (Hadīts shahīh riwayat Muslim nomor 2701)
Dalam hadīts yang diriwayatkan oleh Muawiyyah bin Abī Sufyān radhiyallāhu 'anhumā ini, terdapat isyarat yang besar bagi orang-orang yang menjaga waktunya untuk bermajelis, baik di masjid maupun di tempat lain dalam rangka saling mengingatkan dan juga saling menyebutkan kebaikan Islām. Allāh muliakan dan Allāh karuniakan orang-orang tersebut.
Dan di antara kebaikan Islām atau musim ibadah yang sangat besar yang akan kita hadapi beberapa hari lagi adalah bulan Ramadhān. Bulan yang seluruh kaum muslimin (mayoritas) mengetahui keutamaan bulan ini (Ramadhān).
Dari Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam memberikan kabar gembira dengan datangnya bulan Ramadhān ini kepada para sahabat.
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ، ﺷَﻬْﺮٌ ﻣُﺒَﺎﺭَﻙٌ، ﺍﻓْﺘَﺮَﺽَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺻِﻴَﺎﻣَﻪُ، ﺗُﻔْﺘَﺢُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ، ﻭَﺗُﻐْﻠَﻖُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﺤِﻴﻢِ، ﻭَﺗُﻐَﻞُّ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ، ﻓِﻴﻪِ ﻟَﻴْﻠَﺔٌ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﻒِ ﺷَﻬْﺮٍ، ﻣَﻦْ ﺣُﺮِﻡَ ﺧَﻴْﺮَﻫَﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﺣُﺮِﻡَ
“Telah datang kepada kalian Ramadhān, bulan yang diberkahi. Allāh mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Syaithan-syaithan dibelenggu. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (Hadīts shahīh riwayat Ahmad di dalam musnadnya dan An Nassai dalam Sunnannya dan yang lainnya)
⇒ 1000 bulan sekitar 83 tahun 4 bulan.
Perhatikan!
Sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ini: ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ - dalam riwayat lain:
أَتَاكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ
"Sebentar lagi akan datang bulan Ramadhān."
Karena Beliau menyatakan hal tersebut beberapa hari sebelum masuk bulan Ramadhān.
Maksud Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan hal ini adalah:
⑴ Kalian hendaknya bersyukur karena Ramadhān akan datang.
⑵ Kalian masih diberi kesempatan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla untuk menyambutnya dengan baik.
⑶ Kalian dalam kondisi sehat wal afiat.
⑷ Kalian dalam kondisi aman dan masih beriman dan selamat dalam Islām.
Ramadhān telah datang, Ramadhān adalah musim ibadah yang sangat besar untuk kita harus fokus dan konsentrasi beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Ramadhān adalah bulan untuk muhasabah dan bertaubat dan untuk melaksanakan ketaatan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Hadīts ini adalah hadīts yang agung dimana Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengabarkan bagaimana seharusnya kita menyambut bulan Ramadhān yang penuh berkah ini.
In syā Allāh kita lanjutkan pada segi berikutnya.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_______________
🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 20 Sya’ban 1441 H / 14 April 2020 M
👤 Ustadz Arief Budiman, Lc
📗 Kajian Tematik | Telah Datang Bulan Ramadhan (02)
〰〰〰〰〰〰〰
TELAH DATANG BULAN RAMADHĀN (2)
بسم اللّه
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، ولاحول ولا قوة إلا بالله أما بعد
Ma'asyiral Muslimin, para pendengar rahīmakumullāh.
Di sesi pertama telah kita bawakan satu hadīts dari Abū Hurairah tentang Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengingatkan shahabatya akan datangnya bulan Ramadhān, bulan yang penuh berkah ini.
Dan tentunya sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam di awal Beliau ucapkan: ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ - dalam riwayat lain: أَتَاكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ , artinya, "Telah datang kepada kalian bulan Ramadhān."
Di sini terdapat: تحريك للقلوب, disebutkan oleh Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al Badr Hafīzhahullāh.
تحريك للقلوب لتستشعر قيمة هذا الشهر ومكانته
Di sini terdapat satu kata yang menggerakan hati seorang muslim (mukmin), sehingga mereka merasakan betapa agungnya, betapa tingginya nilai bulan Ramadhān ini.
"Telah datang kepada kalian bulan Ramadhān".
Maksudnya, hendaklah kalian persiapkan diri kalian dalam menghadapi tamu yang agung ini.
Persiapkan diri kalian akan kedatangan bulan yang luar biasa ini yaitu Ramadhān, sehingga bulan Ramadhān ini kita anggap sebagai: ضيف كريم (tamu yang mulia), ووافدعزيز (utusan yang berharga) bagi jiwa setiap mukmin. Seorang mukmin tentunya merasa senang dengan kedatangan tamu yang mulia ini.
Jika kita qiyaskan (analogikan) misalnya kalau kita diberi kabar bahwa rumah kita akan kedatangan seorang yang shālih, orang yang baik hati, orang yang kaya raya, orang yang dermawan, juga memiliki kedudukan yang tinggi. Tentu sikap kita ketika mendapatkan kabar seperti itu, kita akan bersiap-siap, bahkan sebisa mungkin kita mempersiapkan diri semaksimal mungkin untuk bisa menyambut tamu yang mulia itu.
Itu baru manusia, yang tentunya tidak lebih mulia daripada bulan Ramadhān.
Bulan Ramadhān, Allāh telah siapkan bulan ini untuk menggembleng kaum muslimin dan mukminin agar mereka kembali menjadi orang-orang yang bertakwa. Karena tujuan syari'at puasa di bulan Ramadhān adalah:
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Agar kalian bertaqwa."
(QS Al Baqarah:183)
Namun pendengar rahīmakumullāh, orang dalam menghadapi bulan Ramadhān ini berkelompok-kelompok, mereka terbagi menjadi 5 (lima) kelompok, yaitu:
⑴ Orang yang ketika datang bulan Ramadhān dia sibuk ke pasar, mempersiapkan diri dengan membeli berbagai macam makanan untuk satu bulan penuh.
Dia membeli makanan yang banyak karena dia berpikir orang yang berpuasa ketika sahur dan berbuka puasa harus banyak makan, jadi orang ini termasuk kelompok yang menghadapi bulan yang penuh berkah ini dengan makanan dan minuman.
Mereka membeli makanan berlebihan dan tidak jarang selepas Ramadhān orang-orang kelompok ini malah bertambah berat badannya, bertambah juga penyakitnya.
⑵ Orang yang mempersiapkan Ramadhān dengan membeli alat-alat (permainan) yang akan mereka gunakan untuk begadang di malam hari.
Mereka menghabiskan waktu malam mereka dengan berbagai macam permainan yang tidak bermanfaat.
⑶ Orang yang Allāh beri taufiq, mereka mempersiapkan diri dalam menghadapi bulan Ramadhān itu dengan membuat berbagai macam jadwal ibadah, seperti membaca Al Qur'ān, membaca buku-buku para ulama, menghadiri majelis-majelis ilmu dan kegiatan lain yang bermanfaat.
Mereka menata rapih kegiatan selama bulan Ramadhān dengan sebaik mungkin.
⑷ Orang yang merasa sempit dengan datangnya bulan Ramadhān, mereka merasa Ramadhān menganggu aktifitas dan rutinitas sehari-hari mereka. Rutinitas sehari-hari mereka menjadi melelahkan.
Karena kesempatan untuk mencari nafkah menurut mereka menjadi lebih sempit, jam kantor menjadi berkurang, jam kerja juga berkurang dan seterusnya.
Sehingga menurut mereka bulan Ramadhān adalah bulan yang sempit yang bahkan mengganggu (na'ūdzu billāhi min dzālik).
⑸ Orang yang ketika Ramadhān datang atau tidak, sama saja (tidak ada bedanya) seperti bulan-bulan yang lain, mereka tidak bergerak sama sekali untuk beribadah (biasa saja tidak ada yang istimewa menurut mereka).
Sesungguhnya ini adalah kerugian yang sangat besar dan menjadikannya terlewat (luput) dari pahala yang sangat besar.
Dan sebaik-baik orang dari kelompok-kelompok tadi dalam menghadapi bulan Ramadhān adalah yang kelompok ketiga yaitu orang yang mempersiapkan diri menuju akhirat, fokus beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, tentunya dengan tidak melalaikan urusan dunianya.
Mereka sudah menata rapih, menertibkan jadwal ibadahnya di bulan Ramadhān yang penuh keberkahan dan pahala dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Demikian para pendengar rahīmakumullāh jenis-jenis manusia dalam menghadapi bulan Ramadhān, dan In syā Allāh akan kita lanjutkan pada sesi berikutnya.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_______________
🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 21 Sya’ban 1441 H / 15 April 2020 M
👤 Ustadz Arief Budiman, Lc
📗 Kajian Tematik | Telah Datang Bulan Ramadhan (03)
〰〰〰〰〰〰〰
TELAH DATANG BULAN RAMADHĀN (3)
بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين وبه نستعين على امور الدنيا والدين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين نبينا محمد وعلى آله وصحبه اجمعين ومن تبعهم بإحسانٍ إلى يوم الدين أما بعد
Ma'asyiral Muslimin, para pendengar rahīmakumullāh.
Saat ini kita berada di bulan Sya'bān 1441 Hijriyyah kurang dari satu bulan menjelang masuk bulan suci Ramadhān.
Ini adalah kesempatan bagi kita untuk bersiap-siap, agar Ramadhān lebih bermakna dan lebih menghasilkan pahala yang besar. Karena Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda dalam satu hadīts yang diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzī dan yang lainnya.
Beliau bersabda:
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلاَهُ الْجَنَّةَ
"Celakalah seseorang, Bulan Ramadhān menemuinya kemudian keluar sebelum ia mendapatkan ampunan, dan celakalah seseorang yang kedua orang tuanya berusia lanjut, namun kedua orangtuanya tidak dapat memasukkannya ke dalam Surga."
(Hadīts riwayat At Tirmidzī nomor 3545).
Poin dari hadīts ini adalah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menganggap celaka orang-orang yang memasuki bulan Ramadhān hingga Ramadhān pergi namun dia tidak mendapatkan ampunan dosa dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Tentu ada beberapa persiapan yang bisa kita contoh dari para salafush shālih dalam masalah ini.
Diriwayatkan dari seorang salaf yang bernama Imam Abū Bakar Al Balkhiy rahimahullāh, beliau mengatakan:
شهر رجب شهر الزرع، وشعبان شهر السقي للزرع، ورمضان شهر حصاد الزرع
"Bulan Rajab adalah bulan menanam dan bulan Sya'bān adalah bulan mengairi tanaman dan bulan Ramadhān adalah bulan untuk memanen."
Kalau kita perhatikan, para Salaf sudah siap sejak bulan Rajab, oleh karena itu kita pun harus mempersiapkan diri sebelum bertemu dengan bulan Ramadhān ini.
Bulan Sya'bān ini kita berlatih untuk menghadapi bulan Ramadhān, jika diibaratkan bulan Rajab dan Sya'bān adalah bulan pemanasan untuk menghadapi bulan Ramadhān. Jadi ketika masuk bulan Ramadhān kita semua sudah siap baik ilmu maupun ibadah.
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengingatkan kita untuk mengisi bulan Sya'bān ini dengan banyak ibadah.
Dalam satu hadīts dari Usamah bin Zaid radhiyallāhu 'anhu, beliau berkata:
"Wahai Rasūlullāh, aku tidak pernah melihatmu berpuasa selama sebulan dari bulan-bulannya selain di bulan Sya’bān.”
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Bulan Sya’bān adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhān. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allāh Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.”
(Hadīts riwayat An Nassai. Syaikh Al Albāniy rahimahullāh mengatakan bahwa hadīts ini hasan.)
Bulan Rajab adalah salah satu dari bulan haram. Empat bulan haram adalah Dzulqadah, Dzulhijjah Muharram dan Rajab.
Bulan Sya'bān adalah bulan istimewa karena diapit oleh bulan utama yaitu Rajab dan Ramadhān. Namun banyak orang yang lalai akan bulan ini.
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memperbanyak puasa sunnah pada bulan Sya'bān ini agar amalan Beliau diangkat kepada Allāh dalam keadaan Beliau sedang berpuasa sunnah.
Imam Al Hafizh Ibnu Rajab Al Hambali dalam kitābnya Latha'if Al Ma'arif menjelaskan hadīts di atas:
وفيه: دليل على استحباب عمارة أوقات غفلة الناس بالطاعة، وأن ذلك محبوب لله عزوجل، كما كان طائفة من السلف . يستحبون إحياء ما بين العشاءين بالصلاة ويقولون : هي ساعة غفلة
Hadīts ini merupakan dalīl anjuran mengisi waktu yang sering terabaikan dengan amalan ibadah (ketaatan). (Mengisi waktu yang diabaikan dengan aktifitas ibadah dan ketaatan) sangat dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Sebagaimana dilakukan oleh sebagian salaf terdahulu mereka mengisi waktu antara Maghrib dan Isya dengan shalāt-shalāt sunnah dan ibadah lainnya. Dan mereka mengatakan bahwasanya, ini adalah waktu dimana manusia lalai.
Oleh karena itu kita perbanyak berpuasa sunnah di bulan Sya'bān ini, karena ini dilakukan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan salafush shālih.
Sebagian salaf pun mengatakan:
شهر شعبان شهر القراء
"Bulan Sya'bān adalah bulannya para pembaca Al Qur'ān."
Artinya orang-orang yang terbiasa membaca Al Qur'ān sudah banyak membaca Al Qur'ān sejak bulan Sya'bān.
Imam Habibi bin Abī Tsābit rahimahullāh, jika memasuki bulan Sya'bān beliau mengatakan:
هذا شهر القراء
"Ini adalah bulan para pembaca Al Qur'ān."
⇒ Menunjukkan bahwasanya beliau sibuk membaca Al Qur'ān sejak bulan Sya'bān.
Imam Amar bin Qais rahimahullāh ketika memasuki bulan Sya'bān beliau libur berjualan (menutup tokonya) dan beliau mengisi hari-hari beliau di bulan Sya'bān dengan membaca Al Qur'ān.
Demikianlah, hendaklah kita lakukan amalan-amalan ini di bulan Sya'bān ini dan sekarang kita masih berada di bulan Sya'bān
Semoga bermanfaat.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
__________
🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 22 Sya’ban 1441 H / 16 April 2020 M
👤 Ustadz Arief Budiman, Lc
📗 Kajian Tematik | Telah Datang Bulan Ramadhan (04)
〰〰〰〰〰〰〰
TELAH DATANG BULAN RAMADHĀN (4)
بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين نبينا محمد وعلى آله وصحبه اجمعين ومن تبعهم بإحسانٍ إلى يوم الدين أما بعد
Para pendengar rahīmakumullāh.
Ada satu hal yang harus kita perhatikan persis sebelum memasuki bulan Ramadhān. Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam melarang kita berpuasa satu atau dua hari di akhir bulan Sya'bān sebelum masuk bulan Ramadhān.
Sebagaimana hadīts dari Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
لاَ يَتَقَدَّمَنَّ أَحَدُكُمْ رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ، إِلاَّ أَنْ يَكُونَ رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمَهُ فَلْيَصُمْ ذَلِكَ الْيَوْمَ
“Janganlah salah seorang dari kalian mendahului berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadhān, kecuali seseorang yang punya kebiasaan puasa, maka tetaplah ia berpuasa pada hari tersebut.”
(Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 1914)
قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَالْعَمَلُ عَلَى هَذَا عِنْدَ أَهْلِ الْعِلْمِ يَكْرَهُونَ لِلرَّجُلِ أَنْ يَخْتَصَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِصِيَامٍ لَا يَصُومُ قَبْلَهُ وَلَا بَعْدَهُ وَبِهِ يَقُولُ أَحْمَدُ وَإِسْحَقُ
Al Imam At Tirmidzī (Abu ‘Isa) setelah mengeluarkan hadīts ini, beliau mengomentari bahwa hadīts Abū Hurairah ini adalah hadīts hasan shahīh dan pengamalannya menurut para ulama adalah diamalkan.
Mereka mengatakan makruh (yaitu mengharamkan atau melarang) seseorang berpuasa sebelum masuk bulan Ramadhān (berpuasa di akhir Sya'bān karena dikhawatirkan sudah memasuki bulan Ramadhān.)
Jika seperti ini maka dilarang!
Namun apabila seseorang sudah terbiasa berpuasa sunnah (puasa Dāwūd, Senin Kamis) atau puasa wajib karena mengqadha atau puasa nadzar, maka ini tidak mengapa menurut para ulama.
Ada satu aturan khusus kita tidak boleh berpuasa satu hari sebelum Ramadhān maksudnya di akhir Sya'bān, kecuali jika kita terbiasa puasa sunnah atau sedang melakukan puasa wajib (qadha) atau puasa nadzar.
Imam Ash Shan'ani mengatakan sebagaimana beliau sebutkan di dalam kitābnya Subulus Salam:
الحديث دليل على تحريم صوم يوم أو يومين قبل رمضان ، وإنما نهى عن تقديم رمضان لأن الشارع قد علق الدخول في صوم رمضان برؤية هلاله، فالمتقدم عليه مخالف للنص أمراً ونهياً.
Hadīts ini adalah dalīl diharamkannya puasa satu atau dua hari sebelum memasuki bulan Ramadhān.
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam melarang seseorang mendahului bulan Ramadhān dengan berpuasa satu hari sebelumnya karena syari'at dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah menjelaskan bahwa masuknya bulan Ramadhān itu jelas dengan melihat hilal.
Orang yang mendahulukan puasa sebelum bulan Ramadhān (akhir Sya'bān) dia menyelisihi nash (dalīl) baik perintah ataupun larangan syari'at.
Tidak boleh kita berpuasa di akhir Sya'bān dengan niat "ihtiyath" (kehati-hatian) atau khawatir sudah masuk Ramadhān, ini tidak boleh!
Menurut Imam Ash Shan'ani, orang yang mendahulukan puasa sebelum bulan Ramadhān (akhir Sya'bān) dia menyelisihi nash (dalīl) baik perintah ataupun larangan syari’at.
Demikian semoga bermanfaat.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_____
🌍 BimbinganIslam.com
Jum’at, 23 Sya’ban 1441 H / 17 April 2020 M
👤 Ustadz Arief Budiman, Lc
📗 Kajian Tematik | Telah Datang Bulan Ramadhan (05)
〰〰〰〰〰〰〰
TELAH DATANG BULAN RAMADHĀN 05
بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين وبه نستعين على امور الدنيا والدين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين نبينا محمد وعلى آله وصحبه اجمعين ومن تبعهم بإحسانٍ إلى يوم الدين أما بعد
Ma'asyiral Mustami'in, para pendengar rahīmakumullāh.
Ini adalah sesi ke-5 dalam penyampaian materi yang berkaitan dengan menyambut bulan suci Ramadhān 1441 Hijriyyah.
Para pendengar rahīmakumullāh.
Keutamaan bukan Ramadhān secara umum banyak dijelaskan di dalam Al-qur'ān dan Hadīts-hadīts Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Di antaranya:
⑴ Allāh Turunkan Al-Qurān Di Bulan Ramadhan.
Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
شَهۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدٗى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٖ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ
"Bulan Ramadhān adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qurān, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)." (QS Al-Baqarah: 185)
⑵ Dibuka Pintu-pintu Surga Dan Dikunci Pintu-pintu Neraka Dan Dibelenggu Syaithan-syaithan Dan Jin Pembangkang.
Sebagaimana disebutkan dalam hadīts yang shahīh yang diriwayatkan oleh Bukhāri dan Muslim, dari Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu. Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ، وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ
“Jika telah datang bulan Ramadhān, pintu-pintu Surga (pintu-pintu langit) dibuka, pintu-pintu Neraka ditutup, dan syaithan-syaithan dibelenggu." (Hadits shahīh riwayat Al-Bukhari 4/97 dan Muslim 1079)
Dalam riwayat (Tirmidzi) صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ, dibelenggu syetan-syetan dan para jin pembangkang.
⑶ Bulan Pengampunan
Dari Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda,
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ
"Jika telah datang awal malam bulan Ramadhān, diikatlah syaithan-syaithan dan para pembangkang dari jin, ditutup pintu-pintu Neraka, tidak ada satu pintu-pintu yang dibuka dan dibukalah pintu-pintu Surga, tidak ada satu pintu-pun yang tertutup, berseru seorang penyeru; “Wahai orang yang ingin kebaikan lakukanlah, wahai orang yang ingin kejelekan kurangilah. Dan bagi Allāh mempunyai orang-orang yang dibebaskan dari neraka, itu terjadi pada setiap malam.” (Hadīts shahīh riwayat At-Tirmidzī nomor 682)
⑷ Bulan Ramadhān adalah Salah Satu Waktu Dikabulkannya Do'a.
Setiap muslim setiap hari di bulan Ramadhān memiliki do'a yang mustajab. Sebagaimana hadīts dalam Al-Mu'jam Ausath karya Imam Ath-Thabrani dan hadīts ini dishahīhkan oleh Imam Al-Albāniy rahimahullāh dalam shahīh Ath-Tharghib dan lainnya.
Dari Abū Said Al-khudri radhiyallāhu 'anhu, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
إن لله عتقاء من النار في كل يوم وليلة، ولكل مسلم في كل يوم وليلة دعوةً مستجابة
"Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta'āla membebaskan setiap muslim dari Neraka setiap malam di bulan Ramadhān. Dan setiap muslim pada setiap hari dan malam jika dia berdo'a, maka dia memiliki do'a yang mustajab."
⑸ Bulan Ramadhān adalah Bulan Pengampunan Dosa.
Bagi yang berpuasa dan qiyamul lail (tarawih) dengan penuh iman dan pengharapan pahala dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Satu hadīts yang sangat masyhur dari shahīh Al-Bukhāri dan Muslim dari Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
”Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhān karena iman dan mengharap pahala dari Allāh maka dosanya di masa lalu akan diampuni. Dan barangsiapa bangun pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka akan diberikan ampunan kepadanya atas dosanya yang telah lalu."
(Hadīts shahīh riwayat Al-Bukhāri nomor 2014, Muslim nomor 760)
⑹ Terdapat Malam Yang Penuh Kemuliaan dan Keberkahan (Lailatul Qadr).
Pada bulan Ramadhān terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan yang disebut dengan Lailatul Qadr (malam kemuliaan).
Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ ۞ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ ۞ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ ۞ تَنَزَّلُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذۡنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمۡرٖ ۞ سَلَٰمٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطۡلَعِ ٱلۡفَجۡرِ ۞
”Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'ān) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibrīl) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar." (QS Al Qadr: 1-5)
Juga hadīts yang tadi sudah dijelaskan, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
"Allāh memiliki satu malam di bulan Ramadhān yang lebih baik daripada orang beribadah selama 1000 bulan, barang siapa yang terhalang dari kebaikannya maka sungguh dia telah terhalang dari kebaikan yang banyak."
⑺ Ramadhān menuju Ramadhān berikutnya merupakan penghapus dosa-dosa antara keduanya selama seseorang menjauhi dosa-dosa besar. Karena dosa besar tidak bisa dihapuskan kecuali dengan taubat nasuha.
Dari Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu, dalam shahīh Muslim. Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam hadīts:
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
"Shalāt lima waktu dan shalāt Jum'at ke Jum'at berikutnya, dan Ramadhān ke Ramadhān berikutnya adalah penghapus untuk dosa antara keduanya apabila dia menjauhi dosa besar."
(Hadīts shahīh riwayat Muslim nomor 344)
Itulah keutamaan bulan Ramadhān secara global (umum) semoga bermanfaat.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_____
🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 24 Sya’ban 1441 H / 18 April 2020 M
👤 Ustadz Arief Budiman, Lc
📗 Kajian Tematik | Telah Datang Bulan Ramadhan (06)
〰〰〰〰〰〰〰
TELAH DATANG BULAN RAMADHĀN (6)
بسم اللّه
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، ولاحول ولا قوة إلا بالله أما بعد
Para pendengar dan pemirsa rahīmakumullāh.
Beberapa hari lagi kita akan berjumpa dengan bulan Ramadhān, bulan mulia dan bulan yang penuh dengan keberkahan.
Untuk seluruh kaum mukminin dan muslimin, Allāh dan Rasūl-Nya memotivasi untuk memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri (bertaqarrub) kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Oleh karena itu sudah sepantasnya kita selaku muslim, mukmin menyambut bulan Ramadhān dengan gembira.
Dan sudah lewat beberapa hadīts yang berkaitan dengan masalah ini pada pertemuan sebelumnya. Di antaranya adalah hadīts dari Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu di dalam Musnad Imam Ahmad, Jami' At Tirmidzī dan yang lainnya.
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ، ﺷَﻬْﺮٌ ﻣُﺒَﺎﺭَﻙٌ، ﺍﻓْﺘَﺮَﺽَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺻِﻴَﺎﻣَﻪُ، ﺗُﻔْﺘَﺢُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ، ﻭَﺗُﻐْﻠَﻖُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﺤِﻴﻢِ، ﻭَﺗُﻐَﻞُّ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ، ﻓِﻴﻪِ ﻟَﻴْﻠَﺔٌ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﻒِ ﺷَﻬْﺮٍ، ﻣَﻦْ ﺣُﺮِﻡَ ﺧَﻴْﺮَﻫَﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﺣُﺮِﻡَ
“Telah datang kepada kalian Ramadhān, bulan yang diberkahi. Allāh mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu Surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup, syaithan-syaithan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.”
Jadi secara umum ketika kita menghadapi satu moment ibadah maka ada tiga hal yang harus kita pikirkan.
⑴ Apa yang harus kita persiapkan dalam menghadapi ibadah tersebut.
⑵ Apa yang kita lakukan ketika beribadah.
⑶ Apa yang harus kita pertahankan dan lestarikan sesudah ibadah tersebut.
Bagaimana Seorang Muslim Memasuki Bulan Ramadhān?
⑴ Memperbanyak do'a
Secara umum adalah memperbanyak do'a. Berdo'alah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla agar kita dipertemukan dengan bulan Ramadhān.
Saat ini kita berada di bulan Sya’bān, akan tetapi belum tentu kita bisa masuk kepada bulan Ramadhān, karena usia dan ajal hanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang tahu.
Oleh karena itu berdo'alah! Minta kepada Allāh agar kita diberikan panjang umur dan kemudahan untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan di bulan Ramadhān.
Diriwayatkan dari Ma'la bin Fadhl (salah satu ulama tābi'in) sebagaimana disebutkan dalam kitāb Lathaif Al Ma'arif karya Al Hafizh Ibnu Rajab bin Hambali. Beliau mengatakan:
كانوا يدعون الله تعالى ستة أشهر أن يبلغهم رمضان، ثم يدعونه ستة أشهر أخرى أن يتقبل منهم
"Dahulu para sahabat radhiyallāhu 'anhum enam bulan sebelum datang Ramadhān mereka berdo'a kepada Allāh agar Allāh pertemukan mereka dengan Ramadhān. Kemudian enam bulan setelah Ramadhān mereka berdo'a agar Allāh menerima amalan mereka di bulan Ramadhān tersebut.”
Bayangkan dahulu para sahabat enam bulan sebelum Ramadhān, mereka sudah berdo'a supaya bisa mendapatkan bulan Ramadhān.
Jadi satu tahun itu penuh dengan do'a, do'a memohon kebaikan di bulan Ramadhān dan do'a agar amalan-amalan shālih mereka di terima oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kalau kita perhatikan terhadap diri kita sendiri, kita instropeksi, ada di antara kaum muslimin yang bahkan esok harinya sudah bulan Ramadhān dia masih belum sadar dan belum tahu apakah besok bulan Ramadhān atau bukan.
Karena kesibukannya dengan urusan dunia sampai tidak mengetahui kapan Ramadhān tiba. Ada di antara kaum muslimin yang demikian, Lā haula wa lā quwata ilā billāh.
Dan di antara do'a yang diriwayatkan oleh para dalaf di antara oleh Imam Yahya bin Abī Katsīr dan disebutkan oleh Ibnu Rajab di dalam Lathaiful Al Ma'arif,
اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِيْ إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـيْ رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِيْ مُتَقَبَّلاً
“Yā Allāh, antarkanlah aku hingga sampai kepada bulan Ramadhān dan antarkanlah Ramadhān kepadaku dan terimalah amalan-amalanku di bulan Ramadhān."
⑵ Memperbanyak Istighfār.
Memperbanyak ampunan kepada Allāh, karena dosa dan maksiat adalah sumber penyakit hati. dan dosa juga maksiat adalah noda hitam bagi hati.
Dalam satu hadīts riwayat At Tirmidzī dan yang lainnya, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ : ( كلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ )
Sesungguhnya seorang hamba jika melakukan perbuatan dosa maka akan tertitik dalam hatinya noda hitam, jika ia menghilangkannya dan memohon ampun, dan di ampuni, maka hatinya itu dibersihkan.
Jika ia melakukan kelasahan lagi, maka bintik hitam itu akan ditambah sehingga bisa menutupi hatinya. Dan itu adalah ar rān yang Allāh sebutkan dalam surat Muthafifin ("Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan telah menutupi hati mereka").
Jadi maksiat sangat berbahaya bisa menjadikan hati sangat hitam dan kalau sudah hitam nasehat apapun sulit untuk diterima. (wal'iyadzubillāh)
Sehingga bertaubatlah, beristighfārlah kepada Allāh. Dan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pun menjanjikan sebagaimana disebutkan dalam satu hadīts shahīh dari Ibnu Mājah
التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ
"Orang yang bertaubat dari satu perbuatan dosa seperti orang yang tidak melakukan dosa."
(Hadīts shahīh riwayat Ibnu Mājah nomor 4250)
⑶ Mulai untuk melakukan kebaikan-kebaikan.
Seperti memulai untuk membaca Al Qur'ān, memperbanyak puasa-puasa sunnah, jika hal ini sudah dilakukan, In syā Allāh ketika masuk Ramadhān kita sudah terbiasa.
⑷ Ramadhān momen untuk berubah menjadi lebih baik.
Jadikan Ramadhān sebagai momen dan kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik, sehingga kita harus memiliki target:
"Ramadhān tahun ini harus merubah diri kita menjadi lebih baik."
Allāh akan memberikan taufīq kepada orang yang bersungguh-sungguh di jalannya.
Sebagaimana sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam di dalam Shahīh Al Bukhāri dan Muslim, "Apabila Ramadhān telah tiba maka dibukakan pintu-pintu Surga dan ditutup pintu-pintu Neraka dan syaithan-syaithan di belenggu."
Jadi momen Ramadhān ini, Allāh akan mudahkan seseorang untuk bertaubat dan taat kepada-Nya.
Jika di bulan Ramadhān hati seseorang tidak tergerak untuk taubat dan taat, lalu kapan hatinya akan tergerak? Kapan seseorang akan bertaubat dan istighfār?
Jadi bulan Ramadhan adalam momentum untuk merubah diri untuk semakin baik, jika sudah baik dipertahankan kebaikannya, dan ibadah-ibadah yang lainnya.
⑸ Pahami, pelajari tentang fiqih Ramadhān.
Mempelajari fiqih dan hukum-hukum di Ramadhān baik dengan menghadiri majelis taklim secara langsung atau melalui media seperti ini. Karena ilmu itu sangat bermanfaat. Dan kita diperintahkan oleh Allāh dan Rasūl-nya untuk menuntut ilmu syar'i.
Ilmu itu sebelum seseorang berucap dan beramal, sebagaimana perkataan Imam Al Bukhāri.
العِلمُ قَبلَ القَولِ وَالعَمَلِ
"Ilmu itu harus didahulukan sebelum kita berbicara dan beramal.”
Karena berbicara atau beramal tanpa ilmu berbahaya, berbicara atau beramal tanpa dalīl berbahaya. Sementara ilmu akan membuat kita semakin yakin dengan pembicaraan dan amal yang akan kita lakukan.
Demikian semoga bermanfaat.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_______________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar